Tingkatkan Pemahaman Tenaga Kesehatan Tangani Kasus Gigitan Ular
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Bio Farma menggelar workshop bertema "Update on Snake Bite Management System in Indonesia (Pembaruan Sistem Penanggulangan Gigitan Ular di Indonesia): Nusa Tenggara Timur ".
Workshop ini menghadirkan tenaga kesehatan sebagai peserta, baik yang mengikuti secara online maupun offline. Workshop berpusat di Ballroom Aston Hotel, Kelurahan Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Rabu (9/4/2025).
Bio Farma sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam penanganan gigitan ular dengan produksi Polyvalent Snake Antivenom.
Nusa Tenggara Timur menjadi lokasi pertama pelaksanaan workshop ini dengan mempertimbangkan tingginya kasus gigitan ular berbisa di NTT, khususnya jenis ular yang anti bisanya terkandung dalam Neuro Polyvalent Antivenin.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, drg. Iien Adriany, M.Kes, menjelaskan bahwa Provinsi NTT memiliki ular-ular yang berbisa. Pencegahan dan pengendalian penyakit akibat gigitan hewan berbisa merupakan program baru yang masih dikembangkan.
Oleh karena itu, kata rg. Iien, penanganan awal gigitan ular berbisa yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama masih sangat bervariasi, dan masih banyak yang belum sesuai standar. "Yah, kalua tenaga kesehatan saja belum terpapar ilmunya, apalagi masyarakat umum," ungkapnya.
Dokter Iien berharap, pertemuan ini dapat menjadi salah satu solusi untuk menjawab masalah yang dihadapi dalam pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit akibat gigitan ular berbisa dan tanaman beracun di masyarakat.
"Kegiatan ini merupakan momen yang sangat penting untuk menguatkan komitmen meningkatkan tekad dan semangat kita semua untuk lebih memberi makna kepada masyarakat akan pentingnya kesehatan," jelasnya.
Dokter Gigi Iien juga berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan pertolongan pertama kasus gigitan ular berbisa.
Kepala Departemen Manajemen Produk Nasional Bio Farma, dr. Erwin Setiawan, mengatakan, materi yang disampaikan komprehensif dan aplikatif mengenai penanganan gigitan ular berbisa.
Harapannya, kata dr. Erwin, kegiatan ini menjadi solusi untuk tenaga kesehatan di NTT dalam menangani kasus gigitan ular. "Ketika kasus gigitan ular ditangani dengan cepat dan tepat bisa menurunkan angka kematian," jelasnya.
Bio Farma sebagai BUMN, lanjut dr. Erwin, tentu memiliki peran mendukung program-program pemerintah, khususnya dibidang kesehatan melalui produk-produknya. Bio Farma akan selalu mendukung program pemerintah agar permasalahan-permasalahan kesehatan di Indonesia terselesaikan.
"Bio Farma juga berkomitmen untuk mendukung penanganan yang tepat dengan menyediakan produk-produk Antivenom," janjinya.
Menurut r. Erwin, kolaborasi Dinas Kesehatan Provinsi NTT dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan dukungan dari berbagai pihak menjadi kunci suksesnya pelaksanaan workshop ini. Harapannya, workshop ini dapat memberi pemahaman yang lebih baik dan keterampilan praktis dalam penanganan gigitan ular berbisa bagi para tenaga kesehatan di NTT.

Dalam kegiatan workshop ini, turut dihadirkan Ahli Toksinologi Ular Indonesia, Dr. dr. Trimaharani, M.Si, Sp.Em. Dalam paparannya tentang Snake Bite Disease Burden in Indonesia (Beban Penyakit Gigitan Ular di Indonesia), How to Make a Better Diagnosis in Snake Bite (Cara Membuat Diagnosis yang Lebih Baik pada Gigitan Ular), dan Snake Bite Management (Penatalaksanaan Gigitan Ular), Dr. Trimaharani membeberkan bahwa di NTT terdapat tiga jenis ular.
"Di NTT ada tiga ular, yakni Trimeresurus Insularis atau ular hijau, Daboia Russellii, dan Laticauda Colubrina atau ular laut," bebernya. (r1/aln)