JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Lama direncanakan, Presiden Prabowo Subianto akhirnya bertemu dan berbicara dengan para ekonom dan investor di Menara Mandiri Jakarta, Selasa (8/4). Momen itu, Prabowo gunakan untuk menjelaskan visi ekonominya lima tahun ke depan. Selain itu, Prabowo juga mencoba meyakinkan jika masa depan Indonesia cerah.
Mengawali paparannya, Prabowo menyadari jika pemerintah kurang komunikatif. Termasuk dalam menjelaskan situasi nasional kepada pelaku pasar. "Karena saya menganut filosofi evidence based performance. Jadi saya enggan bicara tanpa bukti nyata," ujarnya.
Namun belakangan, dia menyadari jika itu tidak sepenuhnya tepat. Karena di era sekarang pemimpin harus terbuka dan tidak anti kritik. Prabowo menjelaskan, visi pembangunan yang dicanangkan tertuang dalam buku strategi transformasi bangsa yang ditulis.
Di mana basisnya adalah Pancasila dan UUD 1945 yang harus berketuhanan, mengandung persatuan, melindungi kemanusiaan, dan harus mencerminkan keadilan sosial. "Tidak boleh ada yang lapar di republik merdeka 80 tahun. Tidak boleh ada yang tinggal di bawah kolong jembatan, ini menusuk rasa keadilan," imbuhnya.
Oleh karenanya, strategi pihaknya sejalan dengan sustainable development goals. Yakni food, energy, water.
"Karena itu swasembada pangan menjadi sasaran kita, swasembada energi, swasembada dan manajemen air yang baik dan tentunya industrialisasi supaya ada nilai tambah," jelasnya.
Dia menambahkan, saat ini situasi dunia tengah dalam goncangan ekonomi. Teranyar diakibatkan kebijakan peningkatan tarif impor oleh Amerika. Sejatinya, lanjut dia, para pendiri bangsa sudah mengingatkan sejak dulu untuk bangun ekonomi dengan berdiri di atas kaki sendiri.
Kepada para investor dan ekonom, Prabowo menepis wacana Indonesia gelap. Baginya, itu hanya narasi untuk mendestabilisasi suatu negara. Padahal, dia meyakini masa depan Indonesia cerah.
"Kalau saya ketemu petani, mereka gembira, peningkatan hasil mereka naik secara drastis, produksi naik drastis," kata dia. Ke depan, lanjutnya, kekayaan alam Indonesia akan dikelola untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat.
Hal itu, akan menciptakan lapangan kerja yang baru. Di sektor kelautan misalnya, pihaknya akan membuka budidaya ikan dan udang di pantai utara Jawa hingga 40 ribu hektare. Di mana setiap hektarnya, akan menyerap 2-4 pekerja. "Dunia butuh protein. Kita punya pantai salah satu terpanjang di dunia," jelasnya.
Prabowo juga meyakinkan jika Indonesia mampu merespon dampak pengenaan tarif resiprokal yang dikeluarkan Amerika Serikat (AS). Selain upaya negosiasi, Dia menjelaskan akan memaksimalkan pasar domestik Indonesia yang sangat besar. Contohnya untuk industri tekstil, jumlah seragam yang dibutuhkan saja 50 juta siswa. Jika masing-masing punya 4, maka bisa menjadi demand yang tinggi.
Pada kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan berbagai indikator ekonomi domestik masih resilien. Meski begitu, dia mengakui adanya kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden AS Donald Trump memicu adanya guncangan dan ketidakpastian global.
"Pengumuman penetapan tarif oleh Trump 2.0 kita lihat ekonomi uncertainty langsung melonjak, yang tertinggi ini akibat kebijakan tersebut probability resesi juga meningkat," ujarnya.
Probabilitas resesi global turut muncul. Meski begitu, probabilitas Indonesia relatif rendah, yakni hanya 5 persen akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan ini. Sementara itu, probabilitas resesi di AS mencapai 60 persen.
"Indonesia tapi relatif rendah di 5 persen trade policy uncertainty juga tinggi sehingga kita masuk dalam kebijakan yang uncertain," tambah mantan Menperin itu.
Dia melanjutkan, gejolak pasar keuangan seluruh dunia pun terjadi. Indonesia sebagai emerging market turut mengalami tekanan. Kondisi itu makin diperparah dengan retaliasi tarif oleh Tiongkok, yang memicu gangguan rantai pasok global. Hal itu turut membuat banyak korporasi mengambil sikap menahan diri atau wait and see untuk melakukan investasi maupun ekspansi.
Airlangga juga menyinggung guncangan yang memicu tekanan pada IHSG. Pelemahan itu disebutnya tidak hanya dialami Indonesia, tapi juga negara-negara lainnya.
"IHSG masih negatif, tadi pagi negatif namun sudah berada pada tren positif sudah naik. Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga walaupun ada pelemahan. Tapi kalau kita bandingkan negara lain seperti Jepang pelemahannya itu sampai 50 persen, demikian juga beberapa negara lain," ujar Airlangga. (jpc/thi/dek)