Alami Kekurangan Dokter

  • Bagikan
Thobias Mesakh

MENIA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua telah mengusulkan ke pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih luas. Karena keberadaan Sabu Raijua jauh dari Kota Kupang ibukota Provinsi NTT dan terpencil di selatan NKRI.

Memasuki tahun 2025 Sabu Raijua dilanda penyakit malaria dan demam berdarah dengue (DBD) di lima kecamatan. Yakni Kecamatan Sabu Tengah, Sabu Timur, Sabu Liae, Sabu Barat dan Kecamatan Hawu Mehara dengan korban mencapai 516 orang.

"Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua melalui Dinas Kesehatan Sabu Raijua bekerja sama dengan lima puskesmas dalam menangani pasien DBD. Sembuh 509 orang dan meninggal tujuh orang," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua, Thobias Mesakh kepada Timexkupang.fajar.co.id, pekan lalu.

Ia membenarkan awal tahun 2025 terjadi kasus malaria dan DBD. Puncaknya pada Januari dan Februari 2025. Setelah ditangani secara intensif penyakit DBD dapat disembuhkan walau ada korban meninggal tujuh orang.

Kata dia, RSUD Sabu Raijua terjadi kekurangan dokter spesialis dan alat kesehatan (alkes). Sehingga masyarakat yang sakit selalu dirujuk ke Kota Kupang.

Terpisah, tokoh masyarakat Sabu Raijua, Ruben Kale Dipa menjelaskan, rumah sakit Pratama Raijua tidak ada pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Padahal, rumah sakit Pratama (RSP) Raijua mulai dibangun tahun 2020 dan PHO pada Maret 2021. Kemudian terkena bencana alam Seroja 5 April 2021 dan terjadi kerusakan atap seng di gudang penyimpanan obat.

Kerusakan itu telah diperbaiki sehingga pada 2 April 2023 Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke meresmikan pemakaian dan operasionalnya.

Dikatakan, rumah sakit Pratama Raijua setelah  diresmikan hanya dipakai untuk rawat jalan dan tidak bisa melayani rawat inap.

Semua pelayanan kesehatan diatur dari Puskesmas Ledeunu dengan jadwal tiga hari bertugas di KPM Ledeunu dan tiga hari para perawat (nakes) melayani di rumah sakit Pratama Raijua.

"Sudah empat tahun rumah sakit Pratama Raijua tidak bisa beroperasi secara optimal karena ketiadaan alkes, tenaga medis dan dokter yang harus lengkap. Pemerintah Sabu Raijua harus bertanggung jawab atas mandeknya rumah sakit Pratama Raijua tidak bisa beroperasi," ungkap Ruben.

Ditambahkan, masalah ketiadaan dokter, tenaga medis, obat-obatan dan alkes di RSP Raijua menjadi persoalan tersendiri.

RSP Raijua sudah diresmikan 2 April 2023 lalu, berdiri kokoh tetapi masih nganggur sampai sekarang. Karena itu, masyarakat minta kepada Pemkab Sabu Raijua segera memberi perhatian dan mencari solusi. Jika tidak segera diatasi akan berdampak pada kualitas dalam pelayanan di RSUD dan PKM Sabu Raijua. (kr8/ays/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version