BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Dua pejabat dari Kementerian Pangan dan Kementerian Pertanian, Rumaksono dan Nur Saptahidayat melakukan panen raya jagung di lahan milik Seminari Kisol, Kelurahan Tanah Rata Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Kamis (10/4).
Kegiatan dihadiri Bupati Matim, Agas Andreas, Bupati Manggarai, Herybertus Nabit, Wakil Bupati Matim, Tarsy Sjukur, Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat, Dandim Manggarai, Kapolres Matim, AKBP Suryanto, instansi vertikal, perwakilan dari kabupaten se-daratan Flores serta para imam Katolik Keuskupan Ruteng.
Selain itu hadir ketua dan wakil ketua TP PKK Kabupaten Matim, BUMN dan BUMD, tokoh masyarakat, para mitra dan offteker, pimpinan OPD, sejumlah camat, sejumlah pelajar dan ratusan petani. Pada kegiatan itu juga dilakukan pemotongan pita pengiriman hasil panen jagung ke pulau Jawa oleh Bupati Matim.
"Inilah pertanian jagung yang benar, karena berkolaborasi antara berbagai sektor. Jadi disini cara tanamnya sudah benar," ujar Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian Kementerian Pangan, Rumaksono.
Cara tanam yang benar itu lanjut Rumaksono, karena ada bibit yang baik, pupuk yang baik, tata kelola yang baik dan sudah sesuai trek. Awalnya dirinya tidak membayangkan akan panen jagung dengan hasil produksi yang dinilainya sangat luar biasa.
"Awalnya saya membayangkan hanya panen yang biasa-biasa saja. Tapi saat tiba di lokasi ternyata panen jagung dan tanamannya luar biasa. Produktivitas sangat baik. Sehingga saya menyampaikan terima kasih kepada lembaga Seminari, petani dan semua pihak yang sudah berkolaborasi," katanya.
Menurut Rumaksono, terkait problem yang selalu dikeluhkan oleh petani jagung seperti bibit, pupuk dan pemasaran, tentu sekarang sudah diselesaikan dengan adanya kolaborasi. Disebutkan, terkait harga masih rendah, faktornya karena saat ini untuk pulau Flores belum ada produksi pakan. Sehingga semua hasil panen jagung banyak yang dibawa ke pulau Jawa.
Sementara, Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat mengatakan, wilayah Matim khususnya di lahan Seminari Kisol, aktivitas pertanian jagung sudah mulai sejak tahun 1980. Di mana, kala itu awal dimotori oleh seorang Bruder asal Jerman. Peralatan pertanian seperti traktor saat itu sudah ada dan dibawa dari Jerman.
"Saya ingin katakan bahwa setiap tahun wilayah ini tetap ditanam jagung dan hasil sangat beragam. Kadang hasilnya baik dan kadang tidak baik. Sekarang hasilnya lebih bagus setelah adanya kerja sama dengan sejumlah pihak, salah satunya mitra dari PT SMJ," kata Mgr Siprianus.
Dikatakan, melalui kerja sama itu memaksimalkan lahan yang ada dengan sistem pertanian jagung yang profesional dan modern. Apalagi jenderal lapangan yang akomodatif dengan usaha itu adalah seorang imam Katolik, Romo Pice. Sehingga hasilnya pun maksimal seperti yang bisa dilihat pada kegiatan panen raya.
"Sebagai tokoh agama, saya mau mengatakan bahwa melalui kolaborasi di Seminari Kisol, mari kita maknai sebagai berkat Tuhan yang turun ke atas bumi ini. Berkat itu membuat mata dan hati kita menjadi terbuka, juga akhirnya memampukan kita untuk mengambil langkah baru khususnya di bidang pertanian jagung," bilang Mgr Siprianus.
Dia berharap, mudah-mudahan perhatian dari pemerintah pusat dan kolaborasi yang ada akan berdampak juga ke seluruh Flores. Kepada para petani diajak untuk menyambut peristiwa dengan hati dan memaknainya sebagai berkat Tuhan. Semoga berkat itu tetap akan berjalan dan membawa bukan saja untuk kemakmuran batin.
"Kita melihat ini semua campur tangan Tuhan yang membawa orang-orang menyadarkan kita mengambil langkah baru bagi perubahan untuk kesejahteraan masyarakat kita. Terima kasih kepada pemerintah pusat melalui Kemenko Pangan dan Menteri Pertanian yang sudah memberi perhatian kepada masyarakat petani di Manggarai Raya," tuturnya.
Sedangkan Bupati Matim, Agas Andreas menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pangan dan Kementerian Pertanian yang sudah hadir di Kabupaten Matim melalui kegiatan panen raya jagung. Wilayah Kabupaten Matim sebagian besar memiliki potensi untuk tanaman jagung, khususnya wilayah utara dan selatan.
"Jagung ini pangan juga. Dulu orang tua kita pengganti beras itu jagung. Tapi sekarang sudah bergeser ke beras. Orang Matim itu sekarang kalau makan jagung berarti itu belum makan. Artinya harus makan nasi. Harapan saya, semoga dengan peristiwa panen raya hari ini, harga jagung semakin membaik," bilang Agas. (kr1/ays/dek)