IHSG Dipengaruhi Respon Kebijakan Tarif Trump

  • Bagikan
ilustrasi

Sentimen Positif Pertumbuhan Kinerja Emiten Tidak Berpengaruh

JAKARTA,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai akhir pekan lalu, Jumat (11/4), secara teknikal masih bergerak dalam rentang level 6.200 hingga 6.300.

Pergerakan IHSG ke depan masih akan dibayangi oleh dinamika kebijakan ekonomi global, terutama yang berasal dari Amerika Serikat (AS) Performa IHSG pekan lalu disinyalir salah satunya didorong oleh respon positif pelaku pasar atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang menunda pemberlakuan tarif resiprokal selama 90 hari ke depan, termasuk Indonesia.

Proyeksi pekan ini, fokus utama pelaku pasar akan tertuju pada rilis data inflasi dari sisi produsen Negeri Paman Sam untuk Maret yang diperkirakan mengalami kenaikan tipis menjadi 3,3 persen YoY dari sebelumnya 3,2 persen YoY pada Februari.

Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada mengatakan, tidak ada jaminan posisi IHSG di zona hijau seperti pekan lalu akan sustain.

"Di tengah positifnya pasar apalagi IHSG saat ini yang mulai mencoba naik sudah pasti akan ada yang memanfaatkan kenaikan tersebut untuk profit taking serta masih adanya risiko ketidakpastian. Sehingga, kenaikan IHSG pun kemungkinan tidak sustain," ujarnya kemarin (13/4).

Reza mengatakan, penguatan IHSG pekan lalu seiring imbas kenaikan sejumlah bursa saham global setelah merespon penundaan implementasi pengenaan tarif AS. Persepsi pelaku pasar melihat serangan balasan dari negara mitra dagang tidak cepat terjadi.

"Di sisi lain, sentimen positif dari dalam negeri juga tak menjamin bisa menahan pelemahan," tuturnya.

Menurut Reza, saat ini banyak emiten yang merilis kinerja keuangan perseroan secara tahunan dengan mayoritas masing-masing menunjukkan pertumbuhan. Selain itu, banyak emiten yang membagikan dividen.

"Tapi pelaku pasar lebih merespon kepada kebijakan Trump's tariffs yang mungkin secara sentimen tidak berhubungan langsung dengan sejumlah fundamental emiten," tuturnya.

Dengan sentimen yang ada, Reza memprediksi pergerakan IHSG akan bertengger rentang 6.100-6.400. Menurut dia, kalau level tersebut tidak bisa dijaga, akan sulit mengawal IHSG untuk tumbuh di atas 6.500-an. "Ini dulu yang harus dijaga," imbuhnya.

Mereview isu bursa sepanjang pekan lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat IHSG pada perdagangan saham periode 8-11 April 2025 bergerak negatif 3,82 persen. Pasar ditutup di level 6.262,2 dari 6.510,6 pada pekan sebelumnya.

Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi menyebutkan, perubahan turut terjadi pada kapitalisasi pasar BEI sebesar 3,88 persen menjadi Rp 10.695 triliun dari Rp 11.126 triliun.

"Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian BEI selama sepekan mengalami koreksi sebesar 20,38 persen menjadi Rp 14,81 triliun dari Rp 18,60 triliun pada pekan sebelumnya," bebernya. (agf/dio/thi/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version