Khawatir Jadi Skema Pengosongan oleh Israel
JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID– Rencana pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi sementara warga Gaza ke tanah air menuai kontroversi. Banyak pihak menilai langkah ini berisiko tinggi dan justru kontraproduktif terhadap perjuangan rakyat Palestina dalam mempertahankan tanah mereka. Pengamat Hubungan Internasional hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak agar rencana tersebut tidak dilanjutkan.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan kekhawatiran publik atas relokasi sementara warga Gaza sangat beralasan. Ia mengingatkan kemungkinan bahwa ini bukan sekadar bantuan kemanusiaan, melainkan bisa menjadi bagian dari strategi besar Israel dan Amerika Serikat untuk mengosongkan Gaza dari rakyat Palestina secara permanen.
“Sebenarnya kekhawatiran ini menurut saya valid. Karena timing-nya tidak pas. Kenapa? Karena bersamaan dengan Trump mengenakan tarif yang tinggi ke Indonesia. Sementara Indonesia kan minta diturunkan,” ujarnya kepada Jawa Pos, Senin (14/4).
Menurut Hikmahanto, banyak kalangan khawatir langkah evakuasi ini bisa dijadikan alat tawar-menawar (bargaining chip) antara Indonesia dan Amerika Serikat, terutama dalam konteks hubungan ekonomi. Ia menyebut bahwa upaya mengosongkan Gaza sudah lama menjadi kepentingan Israel, karena wilayah tersebut merupakan basis perlawanan terhadap pendudukan.
“Pengosongan Gaza dari rakyat Palestina sangat dikehendaki oleh Israel. Karena dari Gaza serangan rudal Hamas dilancarkan ke Israel. Israel sangat ingin menguasai Gaza sebagaimana dia menguasai Tepi Barat,” lanjutnya.
Ia menilai dalih evakuasi karena alasan kemanusiaan seperti perawatan medis atau rekonstruksi hanyalah kedok untuk melegitimasi tindakan pengusiran secara halus. Jika Indonesia ikut serta dalam skenario ini, menurutnya, bisa berdampak buruk pada persepsi internasional terhadap komitmen Indonesia membela Palestina.
“Kalau ini direalisasikan di Indonesia, maka akan berpengaruh buruk pada citra Indonesia sendiri. Bahkan dianggap proxy dari AS dan Israel,” tegas Hikmahanto.
Sikap senada juga disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, mengingatkan agar rencana evakuasi tidak menjadi sumber perpecahan di dalam negeri.
“Kontroversi ini tidak bisa dibiarkan berlarut, karena akan menjadi benih-benih retaknya konsolidasi dukungan untuk warga Gaza,” ucapnya di kantor MUI, Senin (14/4/2025).
Sudarnoto menekankan pentingnya Presiden Prabowo Subianto mendengarkan hasil Ijtima Ulama MUI soal Palestina, yang sebelumnya telah disampaikan secara resmi. Ia khawatir jika rencana ini tetap dilanjutkan tanpa pertimbangan matang, akan mengganggu posisi strategis Indonesia dalam perjuangan diplomatik untuk kemerdekaan Palestina.
“Jangan sampai kontroversi ini kontraproduktif bagi kepentingan nasional. Termasuk kontraproduktif bagi upaya kita membela dan memerdekakan Palestina dari penjajahan Israel,” katanya.
Ia juga menyoroti faktor dominasi Amerika Serikat dalam dinamika konflik Israel-Palestina. Menurutnya, AS akan terus mendukung Israel, sehingga Indonesia harus berhati-hati dalam setiap langkah yang diambil.
“Amerika tetap Amerika. Yang akan tetap mati-matian mendukung Israel,” ucapnya.
Meski begitu, ia menyebut masih ada ruang untuk melakukan diplomasi dan persuasi, termasuk membuka jalur komunikasi dengan Presiden AS Donald Trump, agar tidak mendorong kebijakan yang semakin melemahkan posisi Palestina.
Melihat gelombang penolakan yang muncul baik dari masyarakat maupun organisasi keagamaan, para pengamat dan tokoh berharap pemerintah tidak melanjutkan rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia. Langkah ini dinilai rawan disalahartikan sebagai bagian dari proyek pengosongan Gaza yang justru memberi keuntungan pada pihak penjajah. (jpc/thi/dek)