Pelaku Industri Makanan Targetkan Pertumbuhan Dobel Digit Tahun Ini

  • Bagikan
INCAR PASAR BARU: Kiri ke kanan, Komisaris PT Sekar Laut Tbk Oei Michele Mallorie Sunogo, Direktur John C Gozal, dan Corporate Secretary Jimmy Herlambang memamerkan produk di tengah acara RUPS di Surabaya kemarin (23/4). MOCHAMAD SALSABYL AD'N/JAWA POS

Disokong Eskpor dan Pasokan Bahan Baku Lokal

SURABAYA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID– Sektor industri makanan nasional masih leluasa berekspansi di tengah ketidakpastian global. Seperti PT Sekar Laut Tbk (SKLT) yang akan mengembangkan usahanya di Indonesia Timur. Tahun 2024 mereka berhasil mencatatkan pertumbuhan laba hingga dobel digit.

Corporate Secretary SKLT Jimmy Herlambang menargetkan pendapatan perusahaan bisa tumbuh 10-20 persen. Sedangkan, laba bisa tumbuh minimal 20 persen.

Perusahaan yakin dengan produk mereka yang tinggi peminatnya. Mereka juga tidak tergantung pasar dolar karena semua bahan dari dalam negeri. Di sisi lain, permintaan ekspor sendiri masih cukup tinggi. ”Pasar kami di Eropa masih menjanjikan dengan kontribusi 40 persen. Terutama di Belanda,” terangnya.

Pihaknya juga menyiapkan modal belanja hingga Rp 100 miliar untuk ekspansi ke wilayah Indonesia timur. ”Ada rencana untuk membangun gudang di Palu, Kendari, dan wilayah lainnya,” ungkapnya. Termasuk, proyek revitalisasi fasilitas produksi. Saat ini, kapasitas produksi perusahaannya mencapai 48 ribu ton per tahun.

Rencana besar itu tidak lepas dari kinerja perusahaan sepanjang 2024 yang cukup memuaskan. Pendapatan perusahaan tercatat tumbuh 28 persen menjadi Rp 2,29 triliun. Bahkan, laba perseroan naik 53 persen menjadi 119 miliar. ”Ini dapat diinterpretasikan sebagai keberhasilan perusahaan untuk bertahan di tengah gejolak perekonomian dunia,” ungkapnya usai menggelar RUPS di Surabaya kemarin (23/4).

Sepanjang 2024, perusahaan mengalami kenaikan aset lancar sebesar 13 persen. Seperti piutang usaha senilai Rp 275 miliar dan persediaan sebesar Rp 365 miliar. Kewajiban lancar perusahaan juga meningkat sebesar 151 persen pada periode yang sama.

Dia mengatakan bahwa saat ini kontribusi produk sambal mencapai 45 persen. Produk tersebut memang sudah mengalahkan produk kerupuk yang menjadi akar perusahaan. ”Kami melihat utilitas masih di angka 80-85 persen. Dengan proyeksi pertumbuhan pun, kapasitas masih bisa mengakomodir,” terangnya. (bil/gal/thi/dek)

  • Bagikan