Penyebab Cacat Tertinggi di NTT, Ahli Bedah Saraf Gelar Seminar Penanganan Stroke dan Cedera Kepala

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Stroke dan cedera pada kepala menjadi kondisi atau penyebab kecacatan tertinggi di Provinsi NTT. Demi meminimalisir hal tersebut, kecakapan dokter menjadi penting dalam penanganan terhadap pasien dengan kondisi ini.

Guna meningkatkan kecakapan dokter, sejumlah ahli bedah saraf di NTT mengadakan seminar dengan menghadirkan sejumlah pakar atau ahli bedah saraf, seperti Prof. Dr. Ahmad Faried, dari RSUP Hasan Sadikin Bandung, dr. Elric Brahm Malelak dan dr. Doni Argie selaku dokter bedah saraf RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang serta dr.Pauline Arantji Leyloh juga dari RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Dokter Elric Malelak, SpBS., mengatakan, kegiatan seminar ini digelar di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, Rabu (16/3). Topik dalam seminar itu, yakni “Stroke dan Cedera Kepala”. “Topik ini diangkat karena memang secara epidemiologi paling tinggi kasusnya di NTT. Dan bukan saja sebagai penyebab kematian tertinggu, tetapi kecacatan nomor satu,” ungkap dr. Elric kepada TIMEX, usai seminar, Rabu (16/3).

Menurut dr. Elric, pembahasan mengenai cedera kepala dan stroke sebagai pembekalan atau sharing ilmu mengenai hal tersebut diberikan kepada dokter umum dan dokter bedah umum yang berasal dari kabupaten-kabupaten di NTT.

Secara geografis, kata dr Elric, NTT memang berbeda dengan provinsi lainnya di Indonesia. NTT adalah wilayah maritim atau terdiri dari pulau-pulau. Karena itu, lanjut dr Elric, diperlukan sharing pengetahuan seperti ini secara komprehensif mulai dari penanganan emergency, referral, hingga proses rujukan. “Semua perlu benar-benar dipikirkan supaya pasien dapat atau layak kita tindaklanjuti,” jelas dr. Elric.

Proses rujukan sendiri, demikian dr. Elric, membutuhkan pengawasan khusus. Terlebih jika rujukan itu dari daerah yang jauh dari Kota Kupang. Pasien dari kabupaten lainnya membutuhkan waktu berhari-hari untuk dapat sampai k RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang.

Dokter Elric menyebutkan, saat ini di NTT, penanganan pasien untuk bedah syaraf hanya di RSUD W. Z. Johannes Kupang sehingga pasien dari daerah akan dirujuk ke Kota Kupang. Di RSUD Johannes saat ini ada dua dokter bedah syaraf, yaitu dr. Elrick dan dr. Doni Argie.

Sebagai dokter bedah saraf di NTT, dr. Elric mempunyai cita-cita membangun sistem pelayanan bedah saraf di NTT, terutama bagaimana merawat atau menangani pasien. “Solusi strategis sudah mulai dipetakan untuk diwujudkan,” ucapnya.

Ia menjelaskan, konsultasi dan pertemuan dengan pihak yang kompeten juga dilakukan untuk mendapatkan solusi terhadap kendala di NTT, terutama dari segi keilmuannya.

Dokter Elric mengakui, penanganan pasien cedera kepala dengan kondisi infrastruktur di Provinsi NTT sebagai wilayah kepulauan ini memang berbeda dengan apa yang telah mereka pelajari.

Sebelumnya, Prof. Dr. Ahmad Faried, ahli bedah saraf dari RSUP Hasan Sadikin Bandung dalam seminar itu memaparkan materi tentang “Trepanation and Burr Hole in Acute Care Surgery.”

Ia mengatakan, dokter umum mempunyai kewenangan untuk menangani cedera kepala sampai beres sebelum merujuk pasien. Untuk itu, dokter umum perlu terus menerus membekali diri dengan pengetahuan untuk berkembang. “Karena kalian merujuk pasien dalam kondisi yang sudah kalian tangani,” katanya.

Prof. Ahmad mengingatkan para dokter umum untuk tidak takut menangani pasien. Harus bertanggungjawab terlebih dulu karena rumah sakit sudah memiliki protokol atau SOP. Hal itu juga harus dipelajari dan menjadi pegangan oleh seorang dokter umum.

Prof. Dr. Ahmad Faried sebelumnya juga melakukan audiensi dengan pihak Undana. Ini terkait dengan out put lulusan dari Fakultas Kedokteran di Undana. Lulusan yang ingin melanjutkan spesialis ditawarkan untuk ke Universitas Padjajaran Bandung.

Menurut Prof. Ahmad, Universitas Padjajaran punya perhatian khusus untuk pembangunan kesehatan ke wilayah Indonesia Timur, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT). (r2)

  • Bagikan