ENDE, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Rektor Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Maxs U. E. Sanam, mengatakan, Pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan pariwisata sebagai prime mover (penggerak utama) pembangunan ekonomi di NTT. Untuk itu, sumber daya lokal yang dimiliki, baik wisata alam, budaya, bahari, dan lainnya harus menjadi kekuatan untuk membangun NTT.
Hal ini dikatakan Maxs Sanam saat membuka kegiatan Seminar Nasional Akuntansi dan Managemen Ekonomi (SAME 4) yang digelar Program Studi (Prodi) Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB), Undana, yang berlangsung di Jayakarta Hotel Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Selasa (14/3).
Seminar Nasional bertema “Tantangan Digitalisasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Menuju New Society 5.0″ menghadirkan Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai pembicara utama.
Rektor Undana menjelaskan, di tengah stigma NTT sebagai provinsi miskin dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah, maka tantangan terbesar adalah bagaimana semua stakeholder dan pemangku kepentingan bisa melakukan hal-hal yang inovatif dan produktif agar bisa keluar dari stigma tersebut.
Oleh karena itu, lanjut Maxs Sanam, pariwisata harus menjadi lokomotif utama dalam membebaskan masyarakat NTT dari keterpurukan ekonomi maupun SDM. “Pembangunan apa saja harus dimulai dari manusia, begitu juga pariwisata. Dalam segala kemajuan harus berpihak pada masyarakat lokal. Apa gunanya kemajuan, bila masyarakat jadi penonton. Kalau masyarakat jadi penonton, berapa banyak rupiah yang akan dipegang masyarakat lokal kita?” tanya Maxs Sanam.
Di hadapan para peserta seminar, Maxs mengajak pemerintah dan para akademisi untuk memikirkan konsep digital seperti apa yang harus diintrodusir kepada masyarakat lokal. Ini sangat penting untuk bisa bersaing dengan para pebisnis di tengah kompetisi dunia digital dalam bidang pariwisata.
Selain Rektor Undana, Kepala Desa Detusoko Barat, Kabupaten Ende, Ferdinandus Watu juga mendapat kesempatan menjadi pembicara dalam SAME 4 itu.
Ferdinandus menyebutkan, selain dirinya juga ada Direktur Utama (Dirut) Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores, Shana Fatina sebagai pembicara.
Nando Watu demikian ia biasa disapa menjelaskan, wisata premium ‘ala kampung’ yang ia terapkan membuat konsep wisata yang menonjolkan originalitas, lokalitas, keaslian, dan keunikan.
Nando memberi contoh wisata premium sesuai citarasa Flores, yang berbasis pada ‘living like a locals’, Be a Floreness. “Hidup seperti orang lokal dan menjadi seperti kebiasaan kita orang Flores, itulah yang dinamakan premium,” ungkap Nando dalam keterangan tertulisnya kepada TIMEX, Rabu (16/3
Menurut Nando, wisata premium itu harus mampu membawa pemahaman, pertukaran pengalaman, edukasi pada nilai-nilai kearifan lokal serta serentak menggerakan bersama untuk menjaga alam, melestarikan budaya dan mendukung orang-orang lokal.
“Biasanya makin ke kampung, makin asli, makin primitif/makin original dan narasinya makin kuat. Semakin memiliki keasliannya, maka makin banyak yang cari dan itu tentu akan menjadi lebih mahal,” ujar Nando Watu.
Mantan jurnalis itu menjelaskan, konsep originalitas dan keaslian ini hanya adanya di kampung-kampung, yakni di desa-desa. Nando menjelaskan, jiwa wisata premiun adalah pengalaman. Karena itu bicara wisata premium tanpa melibatkan konsep tentang pengalaman di desa wisata, dengan aneka nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang ada, itu ibarat bangun wisata namun tidak ada jiwanya (roh).
Bagi wisatawan, tambah Nando, ketika datang ke Flores, selain menikmati keindahan alam, pantai, gunung, dan budaya lokal, namun wisatawan juga harus mendapatkan pengalaman hidup yang lebih, yakni melalui interaksi langsung antara tamu dan tuan rumah.
“Mesti ada ruang untuk saling belajar dan memperkaya pemahaman serta pengetahuan. Hal terpenting adalah bagaimana memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal,” ujar Nando.
Pariwisata, sebut Nando adalah pergerakan. Tidak hanya untuk sesuatu yang bisa dilihat, diraba secara fisik (tangible), namun juga lebih berkaitan dengan hal-hal yang tidak bisa dilihat/disentuh seperti pikiran, pengetahuan, pengalaman, dan emosi (Integible),” pungkasnya.
Sementara itu, Dirut Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo (BOPLB), Shana Fatina dalam materinya yang disampaikan Sisilia Lenita Jemana lebih fokus pada amenitas sertifikasi CHOSE untuk hotel dan restoran.
Dia menjelaskan, disamping ada atraksi wisata, juga adanya pembangunan Waterfront City, puncak Waringin, 30 Desa Wisata Tematik di Manggarai Barat. Ini sebut dia dalam konteks hubungan dengan industri melalui Floratama Academy, Floratama Digital Investment, made in Floratama, Pass Floratama, Floratama Travel Pass, dan dalam kaitan dengan desa, membuat 30 Desa Wisata Tematik dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di 9 desa wisata.
Dalam kegiatan seminar ini hadir Rektor Undana dan seluruh civitas akademika Undana dan 80- an peserta sidang pleno APSMBI dan Seminar SAME 2022 dari seluruh Indonesia. Diantaranya dari Undana Kupang yang menjadi tuan rumah, dan 12 Co-Host, yakni Universitas Jendral Ahmad Yani Bandung-Cimahi, Universitas IBN Khandul Bogor, Politeknik Keuangan Negara (STAN), Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Universitas Cenderawasih, Universitas Bengkulu.
Selain itu dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah (STIEM) Jakarta, Universitas Palangka Raya, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara, Universitas Batu Raja, dan Univeristas Mataram. Dalam sidang pleno ini juga terdapat 65 perwakilan Program Studi Manajemen dari universitas-universitas yang tersebar di seluruh Indonesia. (Kr7)