BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Setelah hampir satu bulan air macet karena terjadi gangguan pada pipa transmisi, kini pelanggan UPTD SPAM di Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), kembali mendapatkan pelayanan air minum. Air sudah mengalir normal seperti biasanya setelah petugas UPTD SPAM Matim bekerja ekstra keras memperbaiki jarigan yang rusak.
Awalnya, masalah air macet ini terjadi ada kerusakan pipa di tengah hutan. Pipa patah karena pohon tumbang. Petugas UPTD SPAM Matim, telah memperbaiki kerusakan itu. Namun ternyata hasilnya sama, air tetap tidak mengalir. Setelah ditelusuri, ditemukan ada masalah baru. Pipa rusak kena benda tajam, seperti diparangi. Namun masalah di titik ini juga berhasil diatasi.
"Masalah yang baru, sudah temukan ada kerusakan pipa terkena benda tajam. Pemajangan sementara menggunakan clamp. Sehingga sudah dua pekan, air mengalir normal sampai ke pelanggan," ujar Kepala UPTD SPAM Matim, Fransiskus Y. Aga, kepada TIMEX saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (28/7).
Sosok yang akrab disapa Kevin ini mengatakan, penanganan kerusakan pipa itu belum total, karena harus harus dilas menggunakan mesin. Belum bisa dilakukan, karena selama ini cuaca kurang bersahabat. Apalagi medan ke titik kerusakan itu sangat sulit dan jarak dari jalan raya cukup jauh. Penanganan sementara dilakukan, agar pelanggan bisa dilayani dengan cepat.
"Lokasi kerusakan ini ada di tengah hutan. Jadi minimal harus 4 orang untuk pikul mesin las dan genzet ke lokasi. Sekarang cuacanya sudah bagus, sehingga dalam waktu dekat petugas akan bawa peralatan untuk bisa las pipa yang rusak kena benda tajam itu. Terpenting saat ini, pelanggan sudah bisa terlayani," bilang Kevin.
Lanjut dia, penelusuran masalah kerusakan pipa yang diduga dipotong orang menggunakan parang itu, dilakukan selama tiga hari lamanya. Petugas telusuri mulai dari sumber mata air. Pipa air yang dibangun untuk IKK Pota, semuanya tidak di dalam tanah. Hal itu dilakukan untuk tidak mengganggu ekosistem hutan.
"Mulai dari sumber sampai titik pelanggan, bentangan pipa ini lewat tengah hutan. Pipa yang dibangun ini tidak dikubur dalam tanah. Ketakutannya, akar pohon ini bisa rusaki pipa yang ada. Kami pun minta ke warga, untuk mari sama-sama untuk menjaga pipa yang ada," pintanya.
Kevin menambahkan, untuk sementara pelayanan bagi 351 pelanggan aktif di IKK Pota, berlaku selama 24 jam. Artinya selama debit air masih cukup, belum dilayani secara bergilir. Namun saat musim kemarau, pelayanan akan dilakukan bergilir. Pasalnya, sumber air yang sama, juga dimanfaatkan untuk kebutuhan sawah oleh masyarakat sekitar sumber mata air, di Desa Nanga Mbaur.
"Petani di sekitar sumber air, saat ini sedang kerja sawah untuk musim tanam yang baru. Sehingga musim kemarau, ketika debit air berkurang, maka harus berbagi air dengan mereka. Petugas kita di sumber ke depan lebih fokus pelayanan ke sawah dan air minum. Karena air minum untuk IKK Pota ini diambil langsung pada bendungan irigasi persawahan," kata Kevin.
Dikatakanya, bisanya pembagian jadwal bergilir untuk pelanggan di Pota, rata-rata 4 kali dalam sepekan. Saat musim kemarau biasanya warga Pota terbantu dengan air sumur. Selama air macet, para pelanggan tetap aktif membayar. Hal itu tentu karena pelanggan tahu, bahwa kerusakan itu bukan karena disengaja, tapi faktor alam.
"Kalau musim kemarau, untuk air minum warga manfaatkan air dari keran. Sementara untu mandi dan cuci, mereka bisa gunakan air sumur. Sebab kalau musim kemarau, air sumur itu bersih dan tidak kotor," katanya. (*)
Penulis: Fansi Runggat