Jaga Basis Suara,Kunjungan Ganjar dan Jokowi ke NTT

  • Bagikan
Yeftha Sabaat

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Presiden Joko Widodo melaksanakan kunjungan kerjanya ke Provinsi NTT, Senin (4/11). Kunjungan tersebut beririsan dengan kedatangan Ganjar Pranowo dalam rangka kampanye terbatas di NTT, Jumat (1/12) lalu.

Meskipun datang dengan dua agenda yang berbeda, di mana Jokowi dalam rangka kunjungan kerja kenegaraan, sementara Ganjar dengan kampanye terbatasnya, tak bisa dipungkiri ada fenomena politik yang dikaitkan.

Diketahui, NTT merupakan basis suara Jokowi dan PDIP. Selama pilpres dua periode berturut-turut, Jokowi menang telak. Bahkan, lebih dari 50 persen kemenangannya. Begitu pun PDIP yang menjadi salah satu partai peraih suara terbanyak di NTT. Pada pemilu 2019 lalu, PDIP berhasil meraih 450 ribu suara.

Sementara itu, polemik Jokowi dan PDIP terus berlanjut. Jokowi diisukan berada di kubu Prabowo-Gibran. Sementara, Ganjar diusung oleh PDIP. Karena itu, tarik menarik suara antara Jokowi (Prabowo-Gibran) dengan Ganjar (PDIP) pun terjadi.

Pengamat politik, Yeftha Sabaat menyampaikan, kunjungan Jokowi ke NTT tidak terlepas dari bagaimana menjaga basis suaranya untuk Gibran.

“Seperti yang kita ketahui, NTT merupakan basis suara PDIP, sehingga Jokowi juga perlu menjajaki basis pemilih di NTT agar tetap solid dan mendukung Gibran. Ditambah lagi basis suara Prabowo di NTT, saya kira PDIP perlu kerja keras dengan mesin partainya untuk mengimbangi basis suara Jokowi dan Prabowo," kata Yeftha.

Karena itu, kedatangan Ganjar dan Jokowi bisa membuat pemilih menjadi dilema, sebab bagaimana pun basis suara PDIP sewaktu mendukung Jokowi itu solid.

"Sekarang pemilih diperhadapkan antara dua pilihan baik PDIP dengan Ganjar-Mahfud, Jokowi dengan Prabowo-Gibrannya," tuturnya.

Sementara itu, pengamat politik Ahmad Atang mengatakan, memang ada rivalitas politik antara PDIP dan Jokowi, namun jika dilihat secara politik bahwa Ganjar pergi dan Jokowi datang, bisa jadi sebagai upaya untuk menghapus memori publik agar tidak perlu mengingat Ganjar, melainkan ingat Prabowo-Gibran.

"Jadi, kehadiran Jokowi secara implisit menjadi simbol yang merepresentasikan Prabowo-Gibran," ungkapnya.

Meskipun begitu, Ahmad menilai Ganjar datang karena masa kampanye, tapi Jokowi datang karena tugas. Agenda Ganjar disusun setelah ada jadwal kampanye, tapi Jokowi datang dengan jadwal yang sudah diatur jauh hari sebelum masa kampanye.

"Ganjar datang dengan agenda politik tapi Jokowi datang dengan agenda kenegaraan. Jadi ini hanya soal kebetulan dan tidak ada nuansa politik," katanya.

Hal senada disampaikan pengamat politik Yohanes Jimmy Nami. Menurutnya, tidak ada benang merah antara kedatangan keduanya.

"Kedatangan Jokowi sudah diagendakan sejak lama hanya tertunda saja dengan agenda lainnya. Sekarang baru bisa direalisasikan. Soal irisan waktu dengan Ganjar yang kunjungi NTT, ya menurut saya tidak ada kaitannya," tutupnya. (cr1/ays)

  • Bagikan