Awal Tahun, Kasus DBD Capai 15 Kasus

  • Bagikan
drg retnowati.

Angkanya Menurun jika Dibandingkan Januari 2023

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Kupang hingga tanggal 24 Januari tercatat sebanyak 15 kasus. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati saat diwawancarai, Rabu (31/1).

drg. Retnowati menjelaskan, kasus DBD tahun 2024 jumlahnya menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 lalu yaitu sebanyak 46 kasus. Dia menyebutkan, biasanya kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Oebobo.

Namun, sesuai pengamatan yang dilakukan, hingga saat ini kasus DBD di Kecamatan Oebobo menurun drastis. Ia menilai bahwa penurunan kasus DBD secara drastis ini juga dipengaruhi oleh penerapan teknologi nyamuk wolbachia yang telah diterapkan di Kecamatan Oebobo dan sudah menyasar semua kelurahan di wilayah kecamatan tersebut.

Dikatakan drg. Retnowati, penurunan kasus ini terjadi sebanyak 66 persen jika dibandingkan dengan persentase tahun sebelumnya. Bahkan, pasien yang sampai pada tahap rawat inap di rumah sakit pun menurun dan hanya dua sampai tiga orang pasien saja.

Dia mengungkapkan bahwa untuk penerapan teknologi nyamuk wolbachia ini akan dilanjutkan di dua kecamatan pada tahun 2024 yaitu Kecamatan Maulafa dan Kecamatan Kelapa Lima.

"Saat ini sementara berproses dan dua kecamatan ini kita ambil karena memang memiliki jumlah kasus DBD yang cukup tinggi," ungkapnya.

Tentunya, kata drg. Retnowati, penerapan teknologi nyamuk wolbachia ini akan terus dievaluasi. Tujuannya agar mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

"Upaya-upaya seperti fogging dan penaburan larvasida, akan terus dilakukan, namun tentunya sesuai dengan kebutuhan, " tambahnya.

Misalnya, kata drg. Retnowati, fogging yang biasanya dilakukan 75 kali dalam satu tahun, bisa mengalami penurunan. Sampai saat ini saja, baru tiga lokus atau area yang dilakukan fogging karena kasus DBD.

"Kami pun terus mengimbau masyarakat agar tetap melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk dari sisi lingkungan, kegiatan 3M Plus, berupa menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas harus tetap dilakukan serta menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air," jelasnya.

Dia menambahkan, di setiap rumah pun wajib memiliki juru pemantau jentik, agar jangan sampai terjadi perkembangbiakan telur nyamuk karena ada tampungan air yang tidak terpantau.

Terpisah, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang, Alfred Djami Wila mengatakan, untuk mencegah terjadinya kasus DBD tentunya membutuhkan peran serta masyarakat untuk membersihkan lingkungan masing-masing karena DPD merupakan penyakit berbasis lingkungan.

Menurut politisi Partai Golkar ini, Dinas Kesehatan melalui Puskesmas pun diminta untuk lebih gencar melakukan sosialisasi pencegahan DBD, dengan berbagai cara yang sering didengar yaitu 3M Plus.

"Misalnya seperti bubuk larvasida, Puskesmas bisa membaginya di kelurahan-kelurahan untuk didistribusikan kepada masyarakat atau menghimbau kepada masyarakat untuk kedatangan langsung ke Puskesmas untuk mengambilnya," tambahnya.

Tentang penetapan teknologi nyamuk Wolbachia, dia meminta Dinas Kesehatan agar lebih gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas karena tidak semua masyarakat mengetahui tentang teknologi tersebut, sehingga banyak pemberitaan yang akhirnya mempengaruhi persepsi masyarakat.

"Semua program pemerintah yang baik untuk masyarakat tentunya DPRD sangat mendukung tetapi perlu ada langkah-langkah yang diambil, seperti sosialisasi, karena masyarakat sendiri pun perlu tahu apa itu nyamuk Wolbachia, " ungkapnya. (thi/gat)

  • Bagikan

Exit mobile version