BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Lebih kurang satu pekan, operator UPTD SPAM Manggarai Timur (Matim), berjuang keras memperbaiki kerusakan pipa transmisi di tengah aliran sungai Wae Dara. Sehingga akhirnya warga di kecamatan Lamba Leda Utara, kembali mendapat pasokan air minum.
Pekerjaan yang menyita waktu tidak sedikit itu, akibat tingkat kerusakan pipa karena banjir bandang cukup parah. Banyak pipa hanyut terbawa banjir, sehingga harus dilakukan pencarian. Aset pipa gip 3 dim yang dibangun dinas PUPR Matim tersebut, tidak sedikit kondisinya bengkok. Harus dipotong lalu las sambung.
Juga lakukan pembersihan matrial pasir dan batu yang mengisi ruang bangunan penangkap di sumber air baku sungai Wae Dara. Jarak dari pemukiman warga, kampung Tumbak, Desa Satar Punda ke lokasi, terhitung jauh. Dampak dari semua itu, pelanggan di Satar Kampas dan Satar Punda, satu bulan tidak bisa dilayani.
"Pekerjaaan sejak 6 April hingga tuntas pada 12 April 2024. Pekerjaan cukup banyak akibat dari banjir bandang ini, dan merasa sesuatu pekerjaan yang cukup berbahaya. Beruntung saat kerja, cuaca sedikit mendukung," ujar Kepala UPTD SPAM Matim, Fransiskus Yun Aga, Jumad (19/4/2024) di Borong.
Fransiskus menjelaskan, pekerjaan pertama yang dilakukan operator pelayan air minum dalam menyelesaikan masalah kerusakan jaringan air minum Wae Dara, yakni membersihkan material pada bangunan penangkap di sumber. Dimana sumbernya dari permukaan sungai. Ketika banjir maka kotoran seperti pasir dan batu, masuk dalam bangunan penangkap.
"Pertama yang dikerjakan itu membersihkan seluruh bagian dalam bangunan penangkap. Memastikan air baku ini benar-benar bisa masuk bangunan penangkap dengan baik. Pekerjaanya seharian penuh, karena material penuh mengisi seluruh ruang penangkap ini," jelas pria yang akrab disapa Kevin.
Lanjut Dia, pekerjaan kedua itu menyambung kembali pipa dari unit produksi dan sepanjang jalur pipa transmisi hingga unit produksi. Pipa yang semula telah dibangun, sebagiannya hanyut dibawa bajir. Sehingga pada tahap ini, pihaknya melakukan penulusuran atau pencarian pipa yang hanyut tersebut.
Menurut Kevin, masing-masing potongan pipa itu dipindahkan, dan dikumpulkan kembali untuk bisa ditempatkan pada posisi semula. Namun demikian, tidak semua langsung dilas sambung, karena ada beberapa yang kondisinya bengkok. Sehingga terpaksa harus dipotong dan dilas ulang atau kembali.
Pengumpulan pipa, berjalan sepanjang rute perbaikan. Jalur pipa dipindahkan ke pinggir atau tepi sungai dengan maksud selain untuk aman, juga memperpendek jalur serta menutup kekurangan pipa yang hilang dan rusak. Terhitung ada 7 titik tingkat kerusakan, dan kesulitan yang paling parah.
"Sebab disini ada beberapa spot berada di tengah kali, dan pipanya harus dicari dan dipindahkan ke tepi sungai. Hampir semua pipa terjadi bengkok, sehingga dipotong. Sementara kita tidak bisa tambah pipa baru, karena harganya mahal," bilang Kevin.
Kata Dia, bahwa pekerjaan las pipa itu dilakukan di tengah hutan dan pinggir sungai. Resiko terhadap banjir susulan, dan binatang buas, tentu itu juga menjadi pertimbangan bagi keselamatan petugas. Apalagi selama itu, petugas tidak bisa nginap di lokasi kerja. Tapi harus pergi dan pulang.
Artinya kata Kevin, setiap hari harus memikul pulang pergi peralatan kerja seperti mesin las dan genset. Peralatan yang ada harus dipikul oleh banyak orang. Lalu perjalanan harus 3 kali menyeberang sungai. Belum lagi saat pekerjaan, terjadi hujan. Beruntung ada warga yang bersedia untuk memandu jalan dan membantu operasional mesin.
Warga bantu memikul dua mesin kerja menuju lokasi perbaikan dengan jarak sekira 2 kilo meter (KM). Sementara dari kampung Tumbak menuju bangunan penangkap, jarak yang ditempuh sekira jarak 2,4 KM. Setelah itu, pekerjaan lanjut atau berikutnya adalah pemindahan jalur pipa yang melewati kebun milik warga.
"Pipa dipindah dengan alasan kondisi elevasi yang bisa menghilangkan tekanan. Dimana pipanya lebih rendah dari titik pelayanan, sehingga dilakukan penyesuaian. Terakhir kita pastikan pipa yang ada itu bersih dan bisa sampai pada titik pelayanan," katanya.
Kemudian lanjut Kevin, pada hari ke-7 atau terakhir, pihaknya memastikan setiap rumah pelanggan, air mengalir dengan aman, dan berfungsi dengan baik. Bersyukur saat ini pelanggan yang ada sudah bisa dilayani kembali. Kondisi air sampai di titik pelayanan, yakni 5 liter per detik, dan pada produksi 8 liter per detik. Kondisi yang ada masih peluang untuk perluasan jaringan.
"Dampak kerusakan ini, lebih dari satu bulan air tidak mengalir. Banjir pertama, sempat diperbaiki, lalu banjir kembali. Namunn untuk lakukan perbaikan tidak bisa, karena arus banjir besar. Cuaca juga tidak bersahabat, sehingga untuk cari pipa yang tenggelam tidak bisa dilakukan," tutup Kevin, (Kr1).