Stop Kekerasan pada Anak

  • Bagikan
BERI KETERANGAN. CildFund International di Indonesia bersama Pemprov dan DPRD NTT memberikan keterangan pers tentang pertemuan Perlindungan Anak Nasional di Hotel Harper Kupang, yang juga bertepatan dengan pertemuan perlindungan anak se-Asia, Rabu (15/5)

136 Anak Jadi Korban, Terbanyak di Kota Kupang, Ngada dan TTS

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- CildFund International di Indonesia bersama Mitra Yayasan Cita Masyarakat Madani (Yacita) menyelenggarakan pertemuan Perlindungan Anak Nasional yang berlangsung pada tanggal 14-17 Mei 2024 di Hotel Harper Kupang. Ini juga bertepatan dengan pertemuan perlindungan anak se-Asia.

Pertemuan ini menjadi ruang untuk memperkuat jaringan kerja sama, berbagi pengetahuan dan mengidentifikasi tantangan serta solusi yang berkelanjutan dalam melindungi anak-anak di Indonesia dan Asia.

Perencana Ahli Madya pada Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Ir. F. B. Didied Santoso mengatakan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Jakarta sangat mengapresiasi pertemuan tersebut terutama tentang isu-isu perlindungan anak, yang dihadiri oleh perwakilan dari enam negera dan delapan provinsi di Indonesia.

Didiet mengatakan, kalau melihat data dari hasil Simponi PPA, sejak Januari sampai tanggal 12 Mei 2024, di NTT ada 136 korban anak yang didominasi di Kota Kupang, Ngada dan Kabupaten TTS.

"Tiga kabupaten ini yang melaporkan adanya kasus kekerasan pada anak. Sehingga, diharapkan agar melalui pertemuan ini maka bisa diidentifikasi permasalah apa yang menyebabkan anak-anak mendapatkan kekerasan. Dan yang terpenting adalah intervensi programnya nanti seperti apa," jelasnya.

Dia mengingatkan juga agar sosialisasi kekerasan pada anak sangat penting untuk terus dilakukan untuk melindungi anak-anak demi masa depan anak.

Sementara itu, Staf Khusus Perlindungan Anak, ChildFund International di Indonesia, Rebeka Reni Haning mengatakan, CildFund ingin melakukan penguatan program perlindungan anak untuk mendukung indeks pembangunan keluarga.

"Tantangan perlindungan anak juga ikut bertransformasi, kalau kekerasan sebelumnya yang dialami anak misalnya kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional itu terjadi dari orang-orang terdekat seperti di keluarga, sekolah, lingkungan dan komunitas, sekarang itu bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan oleh orang yang tidak dikenal, karena kita saat ini ada dalam dunia tanpa batas," ujarnya.

Sekarang, kata dia, pelaku kekerasan bisa saja dari negera lain, dan korbannya ada di Indonesia dan di negera lainnya. Jadi, saat ini tantangannya sangat luar luar biasa untuk menghadapi isu-isu perlindungan anak, karena bertransformasi yang didorong oleh kemajuan teknologi.

"Untuk memulai generasi emas tahun 2045 kita bisa mulai dari NTT, harus sama-sama kolaborasi sembari meningkatkan literasi digital kita, baik itu di anak, keluarga, masyarakat, aparat penegak hukum dan pemerintah," jelasnya.

Dia menambahkan, saatnya semua orang menjadi agen-agen perubahan, untuk stop kekerasan pada anak, dimulai dari dalam keluarga, untuk menyumbang indeks pembangunan keluarga.

kegiatan ini sangat penting untuk menentukan masa depan Indonesia yang ada di anak-anak sekarang, generasi emas 2045 tidak akan terwujud jika masih ada masalah terhadap anak-anak.

Dia mengatakan, CildFund berkomitmen untuk melindungi anak,dan saat ini sudah 2,5 juta anak, dan mencoba untuk menjangkau 5 juta anak pada Tahun 2026.

Sementara itu, Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT, Dr. Ir. Alfonsus Theodurus, mengatakan, dari Pemerintah Provinsi NTT dalam kerangka perencanaan, sellau berbicara tentang keluarga berkualitas, keseteraan gender dan masyarakat yang inklusi. Dalam hal-hal tersebut ada indikator yang harus dibereskan di Pemerintah Provinsi NTT yang terintegrasi dengan Pemerintah pusat.

"Kita selalu berbicara tentang indeks pembangunan kualitas keluarga, yang didalamnya bicara tentang indeks ketimpangan gender, sehingga mengerucut pada angka yang harus dimaksimalkan, karena target kita angka indeks pembangunan kualitas keluarga di NTT ada pada angka 60,01 sampai 60,14 persen," jelasnya.

Angka itu, semakin tinggi semakin baik, dan ditargetkan pada Tahun 2045 angka indeks pembangunan kualitas keluarga berada pada angka 64,16 persen sampai 64,47 persen.

"Naik empat poin dalam 20 tahun memang tidak gampang, sehingga salah satu variabel pentingnya adalah kekerasan pada anak, perlindungan anak, partisipasi anak, menuju kemakmuran Indonesia, variabel ini yang harus dipenuhi," jelasnya.

Kegiatan ini, kata dia, menunjukan komitmen NTT dan stakeholder lainnya termasuk CildFund untuk merubah pandangan-pandangan tentang masa depan anak. Tentu saja angka yang ditargetkan itu tidak mudah, perlu asumsi-asumsi yang kuat, sehingga semua yang dikerjakan saat ini menuju pada target.

"Pembelajaran, masa depan anak, stop kekerasan, membuat anak menjadi hebat dan menjaga masa depan mereka, sehingga sumber daya manusia bisa lebih kokoh demi masa depan di NTT dan Indonesia," ungkapnya.

Anggota Komisi V DPRD NTT Periode 2019- 2024, Emanuel Kolfidus mengatakan, isu yang penting di NTT yaitu perlindungan hak-hak anak dan perempuan, namun tidak bisa dikerjakan sendiri, membutuhkan kerja kolaborasi untuk menjawab permasalahan dan tantangan ini. (thi/gat)

  • Bagikan