99,9 Persen Melki-Johni di Pilkada NTT

  • Bagikan
Jimmy Nami

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Di tengah hiruk-pikuk persiapan pemilihan gubernur dan wakil gubernur NTT, muncul berita yang memantik perhatian publik. Kabar itu datang dari Partai Gerindra.

Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra dikabarkan telah memberikan dukungan kepada Irjen Pol (Purn) Johni Asadoma untuk maju sebagai bakal calon wakil gubernur NTT. Johni Asadoma diusung untuk mendampingi Melki Laka Lena, bakal calon gubernur yang diusung oleh Partai Golkar.

Kabar ini dibenarkan oleh Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerindra NTT, Fernando Soares ketika dikonfirmasi Timor Express, Rabu (31/7).

Fernando mengungkapkan bahwa DPD Gerindra hanya mengusulkan nama Johni Asadoma kepada DPP. Keputusan akhir tetap berada di tangan DPP.

"Kita DPD hanya mengusulkan dan pak Johni Asadoma yang diusulkan Gerindra NTT, sehingga kita tunggu pengumuman resmi oleh DPP," ujar Fernando.

Fernando, yang juga merupakan anggota DPRD NTT terpilih, tampak optimis dengan peluang Johni Asadoma. Ia bahkan memperkirakan peluang Johni untuk mendampingi Melki Laka Lena sebesar 99,9 persen. Optimisme ini didasarkan pada dukungan awal yang telah diberikan oleh Partai Gerindra kepada kader Partai Golkar tersebut.

"99,9 persen dipastikan pak Johni Asadoma bakal calon wakil gubernur mendampingi Melki Laka Lena sebagai bakal calon gubernur," tambah Fernando.

Namun demikian, Fernando juga menekankan bahwa DPD Partai Gerindra NTT tetap menunggu pengumuman resmi dari DPP. Baginya, keputusan final dari DPP adalah hal yang sangat penting dan harus dihormati.

“Kita tetap menunggu pengumuman resmi dari DPP,” tegasnya.

Terpisah, Pengamat Politik asal Universitas Nusa Cendana (Undana), Yohanes Jimmy Nami berpendapat bahwa posisi bacawagub pada pilkada 2024 menjadi sangat strategis, jika dicermati peta aktor dan unsur geopolitik pada konstelasi politik yang sedang bergerak dinamis saat ini.

Posisi para bacagub berdasarkan beberapa hasil survei boleh dikatakan sudah stagnan dalam penilaian publik. Artinya, angka-angka tersebut sudah cukup bisa menjadi potret.

“Bisa jadi penyebabnya adalah, portofolio para bacagub sudah dikenal baik oleh publik dan sudah dinilai walaupun belum holistik menjelaskan secara detail apa saja yang diharapkan publik dari para tokoh ini,” ungkapnya.

Ruang-ruang kosong inilah yang kemudian menjadi ruang strategis diasumsikan sebagai ruang politik yang bisa menjadi area dari bacawagub. Bacawagub dipilih harus bisa memberikan benefit elektoral bagi branding politik bacagub maupun parpol koalisi.

“Jangan sampai salah pilih bacawagub, harus representasi dari budaya politik masyarakat NTT jika ingin mendapatkan injeksi elektoral yang potensial. Selain itu paham tentang NTT dan punya kapasitas yang sama dengan bacagub,” katanya.

Merujuk pada peta koalisi dukungan terhadap Melki Laka Lena sekilas nampak kontestasi pilpres akan landing dan representatif pada koalisi pendukungnya di NTT. Jika parpol-parpol ini bisa mendorong kekuatan akar rumput selaras dengan sikap parpol tentu ini akan menjadi kekuatan yang besar.

“Walaupun ini bukan kerja politik yang mudah. Butuh strategi politik yang tepat dan terukur,” tegasnya.

“Boleh jadi belum fix-nya penentuan bacawagub dari Melki Laka Lena karena masih terjadi tarik menarik kepentingan dan branding tokoh yang tepat untuk dampingi Wakil Ketua Komisi IX DPR RI itu,” tambahnya.

Munculnya nama Johni Asadoma menjadi alternatif dari kebutuhan koalisi yang didalamnya ada Partai Gerindra. Johni Asadoma selain punya pengalaman memimpin teritorial Polda NTT, sederhana dan humble, punya kapasitas memimpin.

“Secara personal tidak diragukan lagi. Hanya mungkin menjadi tantangan adalah bentuk chemistry yang harus dibangun pada kedua tokoh ini. Apakah kebutuhan koalisi juga bisa di breakdown juga dalam bentuk yang lebih lugas pada pasangan ini, kita lihat saja perkembangan politik beberapa waktu ke depan,” pungkasnya. (cr6/ays/dek)

  • Bagikan