SURABAYA,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Di tengah ketatnya persaingan e-commerce di tanah air, pelaku usaha mencoba mencari ceruk pasar yang masih lengang. Salah satunya, segmen konsumen menengah ke atas.
Head of Public Relations Blibli Yolanda Nainggolan mengatakan, pasar menengah ke atas sebenarnya bukan target dari perusahaan. Namun, segmen tersebut terbentuk karena sistem yang dibangun oleh perseroan sebagai strategi pembeda.
"Kita kan ingin menjamin keaslian dan kualitas barang yang kami jual. Secara alami, yang akhirnya datang ke ekosistem kami yang butuh jaminan tersebut," tuturnya saat di Surabaya kemarin (29/7).
Dia mengatakan, transisi perilaku belanja memang disertai dengan risiko fraud. Baik penipuan maupun pengiriman barang tak asli. Oleh karena itu, pihaknya berupaya untuk menjaga keaslian produk dengan berpartner hanya kepada seller yang terverifikasi. Hal tersebut membuat ekosistem tidak mempunyai penjual sebanyak platform lain.
"Selain itu, kami juga mengembangkan sistem yang bisa membuat kenyamanan belanja maksimal. Konsep omnichannel di mana konsumen bisa memilih belanja dari baik online maupun offline," jelasnya.
Hal tersebut bisa mendorong kinerja platform tersebut. Tahun lalu, pendapatan dari toko fisik berhasil tumbuh. Dari Rp 3,5 triliun pada 2022 menjadi Rp 4,3 triliun pada tahun lalu. Sedangkan, segmen institusi juga naik dari Rp 2,6 triliun pada 2022 menjadi Rp 3 triliun di 2023.
Head of Branch East Jawa Blibli Didi Tjandra menambahkan, pihaknya fokus untuk terus melengkapi ekosistem di Jatim. Memang, toko fisik organik di provinsi tersebut baru ada 13 lokasi. Namun, perseroan mempunyai mitra click and collect di lebih dari 800 titik.
"Tiga kategori terfavorit masyarakat Jatim adalah kebutuhan sehari-hari, gawai, dan kosmetik," tuturnya. (bil/dio/thi/dek)