Launching Living Lab, Komitmen Politani Atasi Masalah Pertanian

  • Bagikan
IST LAUNCHING. Suasana acara launching Living Lab Politani Kupang yang ditandai dengan pemukulan gong di aula Student Centre Politani Kupang, Selasa (13/8).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang akhirnya melaunching Living Lab. Launching Living Lab ini bertempat di aula Student Centre Politani Kupang, Selasa (13/8).

Direktur Politani Kupang, Johanis A.Jermias pada kesempatan tersebut menjelaskan bahwa terdapat dua kegiatan besar yang digelar yakni launching Living Lab dan diskusi publik terkait penguatan ekosistem kemitraan berbasis potensi daerah NTT.

Dijelaskan Johanis A. Jermias bahwa dampak perubahan iklim semakin nyata dirasakan. Kondisi ini juga berdampak pada gangguan sektor pertanian dan ketahanan pangan. Dalam menghadapi tantangan ini, katanya, harus dicari solusi inovatif yang adaptif dan berkelanjutan terutama dalam sektor pertanian.

"Sebagai salah satu wujud nyata komitmen Politani Kupang untuk berkontribusi dalam mencari solusi atas permasalahan ini maka hari ini (kemarin, Red) kita bersama-sama melaunching konsorsium Living Lab Politani Kupang yang merupakan hasil kerja sama dengan Van Hall Larenstein University Of Applied Science," jelas Direktur Politani Kupang.

Dikatakan bahwa Living Lab merupakan sistem inovasi terbuka di lingkungan nyata yang melibatkan pengguna komunitas dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses kolaboratif untuk menciptakan solusi yang inovatif.

"Living Lab akan menjadi wadah bagi kita semua, baik dosen, mahasiswa maupun mitra dari berbagai sektor untuk berkolaborasi dan berinovasi dan menyumbangkan solusi yang adaptif dalam menghadapi perubahan iklim, khususnya dalam sistem pangan kita," ungkapnya.

Dasar pengembangan Living Lab pada pengembangan rantai nilai atau sektor keunggulan daerah, seperti pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan Agro Ekowisata.

"Saya berharap agar Living Lab ini dapat menjadi pusat pembelajaran, pusat penelitian dan pengembangan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat, khususnya petani, peternak, nelayan dan pelaku usaha di sektor pertanian," harapnya.

Menurutnya, dengan semangat kolaborasi dapat menciptakan sistem pangan, pendidikan ekologi dan ekonomi yang lebih tangguh berkelanjutan dan berkeadilan sehingga pada gilirannya akan mendukung ketercapaian visi Indonesia Emas 2045 yaitu mewujudkan negara yang berdaulat, maju dan berkelanjutan melalui misi transformasi sosial kearah pembangunan kualitas pendidikan yang merata.

Selain itu, pembangunan IPTEK, tranformasi ekonomi hijau, transformasi digital serta ketahanan sosial budaya dan ekologi untuk arah pembangunan residensi bencana dan perubahan iklim. Selain launching Living Lab, juga akan dilakukan diskusi publik terkait hasil kegiatan konsorsium penguatan ekosistem kemitraan untuk pengembangan potensi daerah NTT yang merupakan program pengembangan dari Direktorat Mitra Studi Direktorat Pendidikan Vokasi.

Hasil penelitian konsorsium ini menunjukkan bahwa NTT memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor-sektor pertanian, peternakan, perikanan namun menghadapi tantangan seperti kurangnya infrastruktur, keterbatasan sumber daya manusia yang terampil dan kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya mendukung inovasi.

Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang mempengaruhi dinamika ekonomi dan sosial serta memberikan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi tantangan tersebut. Faktor kunci pertama adalah nilai yang merupakan komitmen pemangku kepentingan terhadap integrasi sektor primer dan pariwisata.

Faktor kunci kedua yaitu ekonomi yang berkaitan dengan inovasi dan daya saing produk yang masih rendah. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan mencakup peningkatan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan serta peningkatan terhadap akses teknologi dan informasi.

Implementasi rekomendasi ini membutuhkan kolaborasi yang kuat antara Pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan dan masyarakat dengan model ekosistem kemitraan sebagai fondasi utama.
Penelitian ini dengan hasil panduan strategis untuk pengembangan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di NTT.

"Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi pengambil kebijakan dalam meningkatkan Inovasi dan daya saing daerah," harapnya.

Diskusi publik ini, kata Direktur Politani Kupang, Johanis A.Jermias, diharapkan dapat dihasilkan dokumen berupa kajian atau rekomendasi terkait pengembangan kemitraan di daerah ini.

"Kami pastikan kehadiran 2 konsorsium besar di NTT ini akan saling mendukung dalam rangka memberikan dukungan yang optimal bagi masyarakat," kata Direktur Politani Kupang.

Hasil identifikasi dan permasalahan yang dilakukan oleh konsorsium ekosistem kemitraan NTT dapat menjadi informasi dasar yang valid bagi penelitian dan pengembangan inovasi oleh kedua konsorsium ini ke depannya sehingga hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan Pemerintah Daerah.

"Mari kita jadikan momentum ini untuk memperkuat komitmen kita dalam menjaga bumi dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ajaknya.

Sementara Perwakilan dari Nuffic Southeast Asia, Naya Burki mengatakan bahwa suatu kehormatan dirinya bisa hadir dalam kegiatan launching Living Lab sebagai bagian kerja sama dengan Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang dan beberapa mitra. Nuffic dalam beberapa tahun terakhir telah bekerja sama dan menjalin beberapa projec di Indonesia. Projec itu di antaranya bidang pendidikan dan pertanian.

Diketahui bahwa Netherlands merupakan negara terbesar kedua di dunia yang berfokus pada bidang agri culture, karena itu kerja sama ini juga disadari pada masalah di NTT yang paling signifikan adalah kekeringan yang sangat ekstrim dan 70 persen masyarakat NTT tergantung pada faktor ini.

Dia mengaku sangat senang berada ditempat ini untuk mendukung menemukan masalah yang dihadapi oleh Provinsi NTT ini salah satunya meningkatkan pertanian yang berkelanjutan melalui Living Lab dan juga ketahanan pangan

"Saya menyampaikan terima kasih kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta mitra SMK maupun SMA yang turut mengambil bagian dalam kegiatan ini," ungkapnya.

Direktur Peneliti dari Van Hall Larenstein University Of Applied Science Netherlands, Gerard Robijn, mengatakan bahwa di Netherlands terdapat beberapa Universitas yang berbeda.

"Universitas kami fokus pada bidang praktis sehingga penelitian kami itu bertujuan kepada menciptakan solusi praktis kepada dunia pendidikan dan berbeda dengan universitas pada bidang akademik dengan tujuan menghasilkan publikasi," jelasnya.

Gerard menambahkan bahwa Universitasnya memiliki misi untuk menghubungkan semua orang untuk bekerjasama menciptakan bumi yang lebih baik. Untuk mencapai misi terdapat empat hal penting untuk menemukan solusi terhadap masalah yang ada dalam bidang pertanian pada umumnya, bidang agri culture untuk menciptakan keberlanjutan rantai makanan bidang lingkungan, bidang berkelanjutan manajemen air dan yang tidak kalah penting untuk memberikan solusi bagi perubahan iklim yaitu adaptasi iklim dan bagaimana mengatasi perubahan iklim. (r1/gat/dek)

  • Bagikan