Yang Tersisa dari Diskusi Publik Lima Sektor Unggulan Politani Kupang
Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang menggelar diskusi publik. Tema mengusung tema lima sektor unggulan di Provinsi NTT.
IMRAN LIARIAN, Kupang_
GEDUNG Student Centre Politani Kupang dipenuhi para peserta dalam kegiatan diskusi. Mulai dari unsur pemerintah, akademisi dan dunia usaha. Sebelum diskusi publik dimulai, kegiatan didahului dengan presentasi dari tim peneliti Ekosmira NTT yang diketuai Noldin Abola.
Dalam kesempatan itu, Noldin Abola menjelaskan bahwa temuan selama satu tahun penelitian oleh Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Politeknik Negeri Kupang dan Politeknik eLBajo Commodus.
penelitian dilakukan pada lima sampel di kabupaten.
"Pada kesempatan ini, kami sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Sumba Timur dan Pemerintah Kabupaten Alor," ungkapnya.
Dalam pelaksanaan riset ini bekerja sama dengan mitra dalam hal ini Kadin NTT yang mewakili dunia usaha dan dunia industri. Selain itu juga bekerjasama dengan Bapeda yang ada di wilayah riset dan SMK serta OPD yang ada di setiap kabupaten/kota yang menjadi lokasi riset kami.
Dalam riset yang dituangkan dalam naskah kebijakan yang diberikan kepada pemerintah provinsi NTT. Pertama, terkait rencana ketenagakerjaan. Kedua, rencana inovasi planning. Ketiga, dituangkan dalam naskah kebijakan atau Policy Paper.
Yang ditemukan dalam penelitian yaitu dua faktor penentu utama untuk perencanaan ketenagakerjaan maupun inovasi berbasis potensi daerah di NTT. Pertama faktor nilai komitmen pemangku kepentingan terhadap integrasi sektor pariwisata dan sektor primer. Kedua, faktor ekonomi terkait nilai inovasi dan daya saing produk, baik sektor primer maupun sektor pariwisata.
"Dalam penelitian ini kami siapkan dua skenario yaitu skenario dalam sisi penguatan ekonomi dan sisi penguatan nilai yang tertuang dalam perencanaan inovasi," jelasnya.
Dalam riset ini juga melihat perencanaan seperti apa masa depan tenaga kerja di NTT. Diharapkan di NTT memiliki tenaga kerja yang terampil dari pendidikan vokasi yang mengetahui tentang teknologi modern dan bisa bekerja di sektor primer dan sektor pariwisata.
Mayoritas saat ini tenaga kerja yang ada di NTT dalah lulusan non vokasi. Selain itu, ketika mereka bekerja juga masih manual atau minim terhadap penggunaan teknologi yang ada. Selanjutnya profil tenaga kerja di NTT masih didominasi sektor pertanian, namun sekarang bergeser ke arah pariwisata.
"Ini merupakan temuan kunci yang ada," ujarnya.
Pihaknya juga mencoba membuat inovasi bagi Nusa Tenggara Timur yaitu perlunya platform digital pasar pertanian berbasis komunitas. Selain itu, Koperasi pertanian, pengembangan rantai pasok, budidaya tanaman dengan smart farming.
Usai pemaparan materi riset dilanjutkan dengan diskusi publik terkait riset yang dipaparkan oleh Noldin Abolla selaku Ketua Tim Periset Ekosmira NTT.
Diskusi Publik dengan tema 'Sinergi Lima Sektor Unggulan' untuk pembangunan berkelanjutan dan inklusif di NTT. Lima sektor unggulan yaitu, pertanian, peternakan, perkebunan yang di dalamnya kehutanan, perikanan dan pariwisata.
Diskusi publik dipandu oleh Alexander Tanody. Hadir sebagai pemateri yaitu Direktur Politeknik Negeri Kupang Frans Mangngi, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kadin NTT, Yusak Victor Benu, Tim Pakar Mitras Dudi Prof. Lilik Sudiajeng, Direktur eksekutif Tempo Institute Qaris Tajudin dan Baperinda NTT Tanda Soalagogo Sirait.
Dalam kesempatan itu, Tim Pakar Mitras Dudi Prof. Lilik Sudiajeng, mengharapkan Pentahelix menjadi motor bersama untuk bagaimana mensinergikan lima keunggulan ini yang tujuan akhirnya dapat terjadi pengurangan atau meminimalisir pengangguran terdidik. Tujuan utama adalah lulusan satuan pendidikan vokasi agar betul-betul terserap sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
"Ini dibutuhkan kolaborasi dan sinergi dari Pentahelix," ujarnya.
Pandangan terkait sinergi ini disampaikan oleh Direktur Politeknik Negeri Kupang Frans Mangngi, menjelaskan bahwa hasil riset dari tim Ekosmira NTT ini sangat luar biasa karena selain mempersatukan pemangku kepentingan ini belum pernah terjadi baru pertama kali terjadi di ketiga Politeknik yang menjadi konsorsium ini.
"Walaupun baru 5 Kabupaten sebagai sampel dalam penelitian ini tetapi memberikan gambaran yang utuh bagi kami dalam mempersiapkan lulusan-lulusan Politeknik Negeri Kupang akan ke mana nanti sehingga Kompetensi harus disiapkan untuk menunjang lima sektor unggulan ini," jelasnya.
Sementara pendapat Kadin NTT terkait sinergi dalam lima sektor unggulan ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kadin NTT Yusak Victor Benu.
Dalam kesempatan itu Yusuf memberikan masukan bahwa ketika dunia kampus melakukan penelitian sebaiknya memperhitungkan hasilnya itu benar-benar bisa di kongkritkan menjadi dunia usaha. Karena tidak semua penelitian itu bisa dikongkritkan menjadi dunia usaha dan berdampak untuk banyak orang.
Contohnya seperti ada Universitas di NTT menemukan bahwa Kalor gar yang ada dalam kayu yang hidup di NTT itu memiliki kalor gar lebih tinggi dari batu bara. Listrik yang dirasakan ditempat ini (Gedung Student Centre) tidak 100 persen berasal dari batu bara lagi.
"Kebutuhan batu bara untuk seluruh pulau Timor itu perhari 600 ton tetapi ketika Universitas menemukan itu kami dunia usaha mengkongkritkan menjadi usaha dan kami sudah punya 5 pabrik. Sehari kami support pengganti batu bara di PLTU sudah 50 ton dan itupun kami bekerjasama dengan Pemerintah," jelasnya.
Karyawan pengumpul kayu di pabrik juga sudah mencapai 618 orang dan gaji perbulan rata-rata perorang itu sebesar Rp 5 juta sampai Rp 8 juta.
" Kami ambil orang-orang itu bekerjasama dengan BUMDes-BUMDes," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu juga Yusak berpesan agar pihak kampus juga memberikan pendidikan karakter yang baik kepada mahasiswa-mahasiswa.Kemudian tanggapan dari Direktur eksekutif Tempo Institute Qaris Tajudin mengatakan bahwa penelitian ini sangat luar biasa karena memberi nyawa terhadap data. Menurutnya, ini yang jarang terjadi pada penelitian penelitian yang lain. Penelitian ini bagaimana memotret budaya, kebiasaan dan soft skill.
"Jadi, kita bisa melihat apa yang dihadapi masyarakat," ungkapnya.
Usai empat narasumber memberikan tanggapan, moderator Alexander Tanody, menyimpulkan bahwa empat narasumber sepakat tentang pentingnya kerja-kerja kolaborasi dan sinergitas.
Selanjutnya penyampaian dari Baperinda NTT Tanda Soalagogo Sirait, bahwa penelitian ini merupakan momen yang tepat untuk dimasukkan dalam dokumen perencanaan. Dia juga mengapresiasi Politani Kupang, ini langkah yang sangat luar biasa.
"Kami apresiasi bisa bekerjasama dengan kami di Pemprov NTT," ungkapnya.
Baperinda itu bagaimana mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Pihaknya tidak melihat bagaimana masalah dan tantangan, tapi yang dilihat adalah bagaimana menyejahterakan masyarakat.
"Kami harapkan stakeholder, supaya kami bisa merumuskan ke dalam rancangan indikator yang benar-benar bisa diimplementasikan dan ramah keuangan," pungkasnya. (gat/dek)