Jadilah Enterpreneur Muda,16 Peserta Ikut Pelatihan Tata Busana di LKP Salon Rinny

  • Bagikan
IMRAN LIARIAN/TIMEX BERSAMA. Pimpinan LKP Salon Rinny, Eveline Mauboy Faah pose bersama dengan para undangan dan peserta pelatihan usai seremonial pembukaan pelatihan Tata Busana di LKP Salon Rinny, Selasa (10/9)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Jadilah enterpreneur muda yang bisa membuka usaha sendiri. Jika tidak bisa sendiri, maka bisa juga berkelompok dalam membuka usaha.

"Harus punya jiwa enterpreneur. Harus juga menjalankan usaha dan harus fokus. Semoga bisa menjadi enterpreneur muda di Nusa Tenggara Timur (NTT)," kata Kepala Seksi Penempatan Pembinaan dan Pemagangan Tenaga Kerja, Dinas Tenaga Kerja Provinsi NTT, Ketut Supiastra.

Hal ini disampaikan Ketut Supiastra itu saat membuka kegiatan pelatihan Tata Busana (Operator Sewing) atau bertugas mengoperasikan mesin jahit yang digelar Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Salon Rinny, Selasa (10/9).

Sementara Pimpinan LKP Salon Rinny, Eveline Mauboy Faah menjelaskan bahwa pelatihan Tata Busana ini diikuti oleh 16 orang peserta.

Sesuai jadwal, pelatihan ini akan berlangsung selama 180 jam kompetensi atau 23 hari. Terhitung sejak tanggal 9 September sampai 5 Oktober nanti.

"Peserta pelatihan ini adalah angkatan ke-6," ujarnya.

Para peserta pelatihan akan mengoperasikan alat-alat dibidang menjahit. Mereka juga akan mendapatkan teori dan praktik.

Dengan harapan agar bisa ada perhatian pemerintah terhadap anak-anak yang putus sekolah untuk dapat mengikuti pelatihan keterampilan seperti ini.

"Saya sampaikan terima kasih kepada Pemerintah atas bantuan yang diberikan sehingga kami menggelar pelatihan sesuai dengan proposal yang kami ajukan," ungkapnya.

Ini merupakan model pelatihan yang baru. Ia bersyukur lembaga pelatihan ini bisa berkembang mulai dari tata kecantikan, rias pengantin, dan hantaran.

Menurutnya, keterampilan seperti ini sangat penting guna membuka lapangan kerja baru bagi anak-anak muda. Dia mengaku ada mengalami kendala ketika anak-anak usia mengikuti ujian akhir kompetensi itu mendatangkan ahli assesor itu dari pulau Jawa.

"Nah itu mesti keluar biaya. Kenapa tidak assesor di Kota Kupang. Pemerintah tolong membantu kami untuk mendatangkan asesor untuk melakukan uji kompetensi," ungkapnya.

Mereka mengikuti pelatihan selesai tapi tidak mengantongi bukti otentik seperti sertifikat kompetensi maka mereka tidak ada bukti bahwa punya keterampilan.

Kendala lainnya di NTT itu kurang sekali lembaga sertifikasi profesi atau LSP. Karena itu, penting sekali ada Tim Asesor di Kota Kupang sehingga tidak mendatangkan tim Asesor dari Jakarta.

"Perlu ada perhatian pemerintah untuk membuka LSP di NTT terkait Tata Busana, Pariwisata dan sebagainya," tandasnya. (r1/gat/dek)

  • Bagikan