Normalisasi Dunia Usaha, Pertumbuhan DPK Melambat

  • Bagikan
ilustrasi

Agustus 2024, Dana Pihak Ketiga Bank Tercatat Rp 8.650 T

JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) melambat pada Agustus 2024. Meskipun demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan kondisi likuiditas perbankan masih mencukupi. Tren pemangkasan suku bunga acuan diharapkan mampu menarik arus dana masuk (capital inflow) ke perbankan dalam negeri.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan, DPK perbankan tercatat tumbuh sebesar 7,01 persen year-on-year (YoY) menjadi Rp 8.650 triliun. Rinciannya giro, tabungan, dan deposito masing-masing terkerek sebesar 10,06 persen; 6,14 persen; dan 5,37 persen YoY.

"Memang melambat dibandingkan pertumbuhan Juli yang sebesar 7,72 persen year-on-year," ujarnya kemarin (2/10).

Likuiditas industri perbankan dinilai tetap memadai meskipun termoderasi dibanding bulan sebelumnya. Tercatat rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 112,92 persen dan 25,37 persen. Semuanya masih di atas threshold sebesar 50 persen dan 10 persen.

Menurut dia, fenomena tersebut mencerminkan ekspansi usaha yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan penyimpanan dana bagi pelaku bisnis. Artinya, mencerminkan normalisasi dunia usaha.

"Peningkatan aktivitas ekonomi di sisi lain mendorong konsumsi masyarakat, sehingga ikut memengaruhi simpanan DPK masyarakat di perbankan," beber Dian.

Meski menurun, lanjut dia. pertumbuhan DPK masih on the track dengan rencana penghimpunan dana bank sampai akhir tahun ini. Seiring dengan pemangkasan suku bunga acuan global yang diikuti dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dan inflasi yang rendah, akan menarik modal asing masuk.

"Capital inflow akan meningkat masuk ke sistem perekonomian Indonesia, yang tentunya akan memperbaiki pertumbuhan DPK dari waktu ke waktu," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama Bank BNI Royke Tumilar menyatakan optimisme tinggi terhadap pemulihan ekonomi Indonesia setelah penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia menjadi 6 persen.

Tumilar menekankan bahwa langkah ini merupakan momentum penting yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat dan pelaku usaha.

"Walaupun suku bunga sudah turun, biaya pinjaman masih belum sepenuhnya menurun. Namun, kita harus tetap optimis. Turunnya suku bunga seharusnya menjadi dorongan bagi semua pihak untuk lebih berani berinvestasi," ujar Tumilar saat ditanya Jawa Pos.

Tumilar menambahkan bahwa likuiditas di pasar juga perlu diperbaiki. "Kita berharap likuiditas bisa lebih mudah sehingga suku bunga juga akan menyesuaikan. Ini butuh waktu, tapi kita percaya ini akan membantu perekonomian kita," katanya.

Dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat dan pelaku bisnis, serta adanya dukungan dari kebijakan moneter yang lebih akomodatif, Tumilar optimistis bahwa pengeluaran konsumen akan meningkat.

"Yang pada gilirannya akan mendorong permintaan barang dan jasa," tuturnya. (han/als/dio/thi/dek)

  • Bagikan