Utang AS dan Isu Tarif Bisa Jadi Awal Perang Dagang Skala Besar

  • Bagikan
ilustrasi

SINGAPURA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Masalah ekonomi Amerika Serikat (AS) bakal semakin runyam. Salah satu tokoh ekonomi negara tersebut, Ray Dalio, menyebut ada satu aspek khusus yang harus menjadi perhatian. Yaitu, utang negara.

Pendiri perusahan pengelola investasi Bridgewater tersebut memperingatkan bahwa ada permasalahan suplai dan kebutuhan utang negara. Kondisi tersebut bisa memberikan efek disruptif terhadap ekonomi global.

"AS harus menjual utang negara dalam volume besar. Dan investor global benar-benar tak ingin membeli," terangnya kepada CNBC kemarin (12/3).

Peringatan itu memberi sinyal bahaya mengenai utang negara yang kini mencapai USD 3,62 triliun. Angka tersebut menyerap 7,2 persen dari total PDB negara adidaya itu.

Jika utang tersebut tak terserap investor, maka Negeri Paman Sam tersebut harus menempuh beberapa opsi. Mulai restrukturisasi utang; mengintimidasi negara mitra untuk membeli surat utang atau bahkan memangkas pembayaran utang ke beberapa negara.

Untuk menghindari hal tersebut, AS harus bisa menurunkan rasio utang menjadi tiga persen terhadap total PDB secepatnya. "Anda akan melihat perkembangan yang mengagetkan terhadap bagaimana isu ini akan ditanggulangi," ujarnya.

Dia juga merasa bahwa tarik ulur tarif impor mengakibatkan ketidakpastian ekonomi. Investor sendiri sudah takut bahwa ini akan menjadi awal perang dagang dalam skala yang lebih besar.

Dalio mencontohkan, sengketa tarif impor sendiri sudah pernah terjadi dalam sejarah yang di lakukan Jerman pada 1930. Saat itu, banyak terjadi penghapusan utang dan naiknya tarif untuk mendorong pondasi domestik. Pemerintah di era itu pun menekankan pentingnya nasionalisme dan patriotisme.

"Pada akhirnya isu konfrontasi ini akan menjadi pertengkaran antar negara meskipun bukan konfrontasi militer," paparnya.

Dia menegaskan bahwa pandangannya datang dari pihak netral. Dalio pun tidak ingin membela pihak manapun. "Saya hanya sebagai dokter yang menganalisa sebuah kondisi. Nyatanya, bakal ada pertengkaran dan akan ada efeknya," imbuhnya. (bil/dio/thi/dek)

  • Bagikan