Tutup Bulan Budaya dan Bahasa, Jemaat Gereja Bet’el Oesapa Tengah Bonet Massal

  • Bagikan
TARIAN BONET. Jemaat Gereja Bet'el Oesapa Tengah menari Bonet massal di halaman gereja usai kebaktian penutupan perayaan Bulan Budaya dan Bahasa, Minggu (29/5). (FOTO: INTHO HERIZON TIHU/TIMEX)

Pdt Grace Pandie Sjion Ajak Jemaat Akui Perbuatan Agar Diampuni

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Perilaku kehidupan jemaat seringkali melampaui dan keluar dari ajaran Tuhan yang mengakibatkan jatuh dalam dosa. Perilaku umat manusia terjadi dengan berbagai bentuk tindakan.

Untuk diampuni, Pdt. Grace Pandie Sjion yang memimpin ibadah minggu dan penutupan Bulan Budaya dan Bahasa di Jemaat Gereja Bet'el Oesapa Tengah, Minggu (29/5), mengajak jemaat agar dapat mengakui perbuatannya sehingga bisa diampuni.

Dalam khotbahnya, Pdt. Grace mengatakan, dengan berbagai perkembangan teknologi saat ini banyak orang lebih suka menghakimi orang. Banyak orang dengan berbagai penampilan dan tingkah laku yang menyimpang dari ajaran Tuhan. Hal ini, kemudian menimbulkan penghakiman yang cepat dari seseorang.

"Sosial media menjadi hujatan dan penghakiman kepada orang yang bersalah maupun yang tidak bersalah tanpa harus mengecek kebenarannya," ujarnya.

Dikatakan, sifat sopan, berwibawa tidak menjamin seseorang dianggap baik, tetapi sikap tersebut bahkan dinilai sebagai awal dari menyakiti sesama. "Terlihat sopan, berwibawa namun menyakitkan," katanya.

Dikatakan, ada budaya dan perilaku orang Timor yang berbeda dan mesti dicontohi. Perilaku ini diakui tidak tunjukan semua orang namun menjadi pembelajaran bagi umat untuk bisa ditiru yakni "Naketi" atau merendahkan diri serta mengakui kesalahannya.

"Meski memiliki jabatan ataupun pengaruh besar sekalipun, memiliki sifat Naketi atau merendahkan diri serta mengakui kesalahannya ini sangat penting. Kita harus merendah diri karena dengan keangkuhan maka membawa kita dalam dosa karena Tuhan tidak menginginkan itu," sebutnya.

"Perilaku ini menjadi pelajaran berharga bahwa kita saat ini segera mengakui kesalahan kita agar segera dibebaskan dari berbagai persoalan yang ada," katanya menambahkan.

Perwakilan jemaat tengah melakukan proses pengampuan dosa saat kebaktian penutupan perayaan bulan Budaya dan Bahasa di Gedung Kebaktian Jemaat Gereja Bet'el Oesapa Tengah, Minggu (29/5). (FOTO: INTHO HERIZON TIHU/TIMEX)

Pdt. Grace berharap, Firman Tuhan yang disampaikan tersebut dapat melepaskan umat manusia dari belenggu dosa-dosa yang ada.

Terpantau TIMEX, kebaktian penutupan Bulan Budaya dan Bahasa yang berlangsung di jemaat itu berjalan penuh hikmah dengan liturgi ibadah etnis Timor (TTS). Umat yang hadir mayoritas mengenakan busana adat TTS.

Kebaktian itu diawal dengan pementasan drama oleh pemuda, lalu tarian pengantar pendeta dan majelis serta penyematan destar Timor (kilnoni) kepada pendeta.

Nampak jemaat yang hadir mengikuti kebaktian tersebut mengenakan busana adat ketimuran. Lagu yang dilantunkan dan semua rangkaian tata ibada juga menggunakan bahasa Timor.

Diakhir kebaktian panitia hari raya gerejawi Jemaat Gereja Bet'el Oesapa Tengah memberikan penghargaan kepada enam orang jemaat karena dinilai mengenakan adat 80-100 persen selama perayaan bulan budaya dan bahasa.

Keenam orang tersebut yakni Jeni Pukuali-Banusu (Etnis Alor), Yesy Nggelu (Etnis Sabu), Putra Bobo (Etnis Sumba), Reni Suan Tallo (Etnis Rote), (Etnis Nusantara) Prily Munday dan Etinis Timor, Isai Kause.

Tidak hanya itu, mengakhiri Bulan Budaya dan Bahasa tahun 2022, panitia gerejawi juga menggelar tarian Bonet (TTS) massal usai kebaktian di halaman gedung kebaktian Jemaat Gereja Bet'el Oesapa Tengah. (r3)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan