Pantai Pede Berubah Fungsi Jadi Pangkalan Bengkel Kapal dan Banyak Sampah

  • Bagikan
BANYAK SAMPAH. Pantai Pede di Kabupaten Mabar yang sudah berubah wajah menjadi pangkalan bengkel kapal-kapal wisata. Gambar diabadikan Selasa (7/6). (FOTO: HANS BATAONA/TIMEX)

LABUAN BAJO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Dalam beberapa pekan terakhir, Pantai Pede yang terletak di Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) tampak tak terawat pasca ditinggal pengelola swasta sebelumnya, PT. Sarana Investama Manggabar.

Fakta lapangan menunjukan kawasan itu menjadi pangkalan bengkel perbaikan dan renovasi body dan mesin kapal-kapal wisata, baik kapal kayu maupun speedboat jenis fiberglass.

Seperti disaksikan TIMEX saat berkunjung ke kawasan itu, dalam sepekan terakhir hingga Selasa (7/6), area pantai itu tampak kumuh akibat sampah organik dan anorganik yang mudah ditemukan dimana-mana. Semak-belukar tumbuh bagaikan hutan.

Untuk diketahui, kawasan itu sebelumnya dikelola PT. SIM setelah adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT sebagai pemilik aset di era kepemimpinan Gubernur Frans Lebu Raya.

Sejumlah fasilitas dan sarana pengembangan kawasan itu seperti hotel dan restoran sedang dalam pembangunan. Dalam perjalanan, ketika hasil Pilgub NTT yang memenangkan pasangan Victor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nae Soi, semuanya menjadi berubah. Sejumlah bangunan tak tuntas dikerjakan.

Pihak ketiga yang mengelolah aset itu harus angkat kaki. Akibatnya lokasi itu menjadi liar tak terurus. Janji Gubernur VBL dan Josef Nae Soi untuk menyerahkan aset itu ke Kabupaten Manggarai Barat dalam kampanye dulu, seakan hanya isapan jempol saja karena tak pernah terealisasi hingga saat ini.

Di sepanjang pantai, mulai dari samping Hotel La Prima dipenuhi kapal kayu maupun fiberglass atau speedboat yang sedang dalam perawatan dan perbaikan body kapal maupun mesin. Sementara bagian dalam pantai banyak dihiasi sampah dan rumput ilalang liar yang tumbuh subur.

Dibagian utara nampak pedagang kaki lima menjajakan kopi dan makanan ringan untuk siapapun yang datang menikmati pantai itu meskipun masih tampak jorok. Tidak hanya sampah plastik, sisa makanan tetapi juga limbah oli dan solar maupun kayu-kayu atau cat dari kapal maupun speedboat dibiarkan begitu saja mengotori laut dan dan bibir pantai.

Sesekali relawan dari organisasi sosial kemasyarakatan dan pelaku wisata maupun unsur pemerintah ikut membantu menggelar aksi kebersihan di Pantai Pede kendati demikian tampaknya belum maksimal karena sampah seakan tak pernah habis.

Pantai Pede hingga kini tetap menjadi tempat favorit bagi warga kota Labuan Bajo untuk rekreasi dan melepas lelah. Meskipun tampak kotor karena tidak ada lagi pantai lain yang bisa memberikan kebebeasan bagi warga yang mau berwisata atau bersenang-senang akibat diklaim sebagai area privat oleh pemilik hotel yang berdiri di pesisir pantai. (Krf7)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan