RUTENG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Guna meningkatkan pemahaman tentang penyakit dan hama tanaman hortikultura, para petani di Kota Ruteng dan TNI, di Kabupaten Manggarai, mendapat ilmu tentang penggunaan pestisida yang baik dan benar dari PT. Dharma Guna Wibawa (DGW).
Kegiatan yang dilaksanakan satu hari itu berlangsung di Ruang Bangunan Produksi Pupuk Organik, Kampung La'o, Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Sabtu (11/6). Hadir sebagai narasumber koordinator wilayah Flores PT DGW, Darius A. Sanang juga Danramil Kodim 1612/01 Kota Ruteng, Kapten Inf Soleman Baba.
Hadir juga Pembimbing Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartika Lao sekaligus penggerak tanaman hortikultura, Serka Lambertus Enga, dan staf dari PT DGW. Pesertanya petani holtikultura dari La'o Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, dan anggota TNI dari Kodim 1612/Manggarai serta anggota TNI dari Koramil Kota Ruteng.
"Ini kegiatan temu tani. Jadi di sini kita mau memberi edukasi penggunaan pestisida yang bijak. Tentu petaninya bisa mengenal hama dan penyakit pada tanaman," jelas Koordinator Wilayah Flores PT DGW, Darius A. Sanang, kepada TIMEX usai kegiatan temu tani, Sabtu (11/6).
Darius menjelaskan, tujuan lainya agar petani tidak mengeluarkan biaya begitu besar dalam penggunaan pestisida. Sering kali petani lakukan pemborosan saat menggunakan pestisida. Kadang hanya mengikuti dari petani lain. Tentu hal yang perlu dilakukan itu dengan enam tepat. Dimana pertama itu tepat sasaran.
Disini, kata Darius, petani dituntut untuk menjadi dokter pada tanaman sendiri atau dengan melakukan pengamatan terhadap tanaman yang diserang penyakit atau hama. Kedua, tepat pestisida. Kalau sudah tahu awal dalam melakukan pengamatan penyakit atau hama pada tanaman, disitu bisa tentukan pestida yang cocok.
Ketiga, tepat dosis. Dalam hal ini yang menentukan penyakit mati atau kebal. Keempat, tepat waktu. Harus bisa sesuaikan waktu mana yang tepat untuk melakukan penyemprotan. Petani harus melihat dari sifat tanaman. Kelima, tepat cara, yakni cara campur pestisida, juga perhatikan semburan air saat melakukan penyemprotan. Keenam, tepat harga.
"Produk pestisida dari PT DGW, sudah digunakan petani selama ini. Hanya saja setelah dievaluasi, kekurangan petani itu masih belum tahu persis apa itu penyakit dan hama. Sehingga mereka selalu salah kaprah, dalam penggunaan pestisida," jelas Darius.
Dia menyebut, produk yang sudah banyak digunakan petani itu, masing-masing jenis dimolis, explor, astonis, leili, dan juga pupuk organik. Pestisida yang disediakan itu, dijamin dan sudah pasti ramah lingkungan. Sehingga tanaman yang menggunakan produk tersebut, tidak berdampak buruk jika dikonsumsi. "Tingkat residunya sangat kecil. Saat kita melakukan penyemprotan dalam waktu 3 atau 4 hari, residu pestisidanya sudah berkurang. Sehingga kalau kita konsumsi di atas satu minggu, itu sudah sangat bisa dikonsumsi. Kecuali kalau kita semprot hari ini, tidak boleh langsung dikonsumsi," tandasnya.
Darius menambahkan, petani di Manggarai, secara teknis budidaya sudah sangat paham. Namun pemahaman tentang apa itu penyakit dan hama serta solusi mengatasinya, masih kurang. Sehingga diharapkan dengan kegiatan temu tani tersebut, bisa merubah atau meningkatkan pemahaman petani tentang hama dan penyakit tanaman.
Sementara Pembimbing KWT Kartika Lao, Serka Lambertus Enga meyakini, budidaya hortikultura ini sangat membantu ekonomi keluarga. Juga mendukung pariwisata premium Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai. Saat ini, kata Lambertus, permintaan sayur dari Labuan Bajo sangat tinggi. Namun petani Manggarai, belum bisa memenuhi permintaan tersebut.
"Saya sudah lama bergelut dalam budidaya hortikultura di Kota Ruteng. Keuntunganya luar biasa. Pemasaranya tidak susah. Apalagi sekarang dengan adanya pariwisata premium di Labuan Bajo. Saya ini seorang TNI, tapi saya selalu menggerakan petani untuk budidaya hortikultura. Saya selalu ajak petani untuk jangan piara itu kemiskinan," kata Lambertus.
Namun lanjut dia, hal yang paling utama oleh petani agar pemasaran sayur lancar, tentu harus menjaga kualitas. Jika ingin ekonomi petani berubah, maka budidaya hortikultura. Tentu dengan adanya kegiatan temu tani bersama pihak PT DGW, bisa menambah ilmu bagi petani hortikultura.
Lambertus berharap pengetahuan ini bisa diterapkan di lapangan. "Kita berharap, hal ini berkelanjutan. Kita asah terus ilmu seperti ini. Saya juga mengajak petani, agar pola tanam itu harus berubah. Seperti jangan tanam dengan satu jenis. Minimal tiga jenis tanaman. Harus ada tanaman jangka pendek, menengah, dan jangka panjang," kata Lambertus. (*)
Penulis: Fansi Runggat
Editor: Marthen Bana