Paroki Sok Gelar Festival Budaya di Pantai Ligota, Begini Kata Sekda Matim

  • Bagikan
TANAM POHON. Sekda Matim, Boni Hasudungan dan sejumlah imam Katolik Paroki Santo Hubertus Sok bersama tokoh masyarakat menanam pohon di Pantai Ligota, Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong, Kabupaten Matim, Selasa (5/7). (FOTO: FANSI RUNGGAT/TIMEX)

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Paroki Santo Hubertus Sok, Keuskupan Ruteng, menggelar festival budaya pariwisata holistik di Pantai Ligota, Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Selasa (5/7). Festival ini dipadukan dengan prosesi Arca Bunda Maria.

Kegitan itu dibuka oleh Sekda Matim, Boni Hasudungan. Diawali dengan perayaan ekaristi kudus secara inkulturasi, dan dipimpin imam kongregasi Claretian, Pater Gusti CMF. Hadir Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Matim, Albertus Rangkak, sejumlah imam dan frater, umat paroki Santo Hubertus Sok, dan sejumlah undangan lain.

Usai Perayaan Ekaristi, dilanjutkan dengan penanaman simbolis sejumlah anakan pohon wilayah pesisir pantai Ligota. Selanjutnya ada atraksi budaya dari umat maupun siswa pada sekolah yang ada di wilayah Paroki Santo Hubertus Sok. Dalam Festival budaya itu, juga ada pameran kerajinan tangan. Bank NTT turut berpartisipasi dalam even ini.

"Sektor pariwisata itu merupakan sektor yang dikedepankan oleh pemerintah saat ini. Bagi Kabupaten Matim, langkah ini dilakukan menjemput langkah yang di buat oleh presiden," ujar Sekda Matim, Boni Hasudungan saat membuka kegiatan festival budaya itu.

Boni mengatakan, Pemkab Matim tentu akan mengendapkan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Sebab pengembangan wisata di Matim, berbasis masyarakat. Dimana selama ini pemerintah telah melakukan pembinaan secara langsung terhadap sejumlah desa yang ditetapkan sebagai desa wisata.

“Kita berharap, pengembangan wisata berbasis masyarakat ini bisa berjalan dengan baik. Disini kita tidak menghadirkan investor, namun masyarakat sendiri yang menjadi investornya,” kata Sekda Boni.

Dalam kesempatan itu, Boni berpesan kepada semua masyarakat Matim, khusus yang hadir saat itu, bahwa budaya kejujuran itu sangat penting untuk dijaga dalam menerima dan menyambut wisatawan.

Sekda Boni juga menyampaikan apresiasi untuk gereja dan Keuskupan Ruteng yang telah menetapkan tahun 2022 sebagai tahun pariwisata holistik. "Terima kasih kepada gereja dan Keuskupan Ruteng. Terima kasih kepada umat di Paroki Sok. Saya juga ucapkan terima kasih untuk Bank NTT Cabang Borong yang telah ikut serta dalam menyukseskan kegiatan festival ini," ucap Boni.

Pater Gusti dalam homilinya menekankan pentingnya setiap pribadi manusia memperoleh rasa bahagia ataupun senang dalam hidupnya. Kebahagiaan itu menurut Pater Gusti, hanya dapat diperoleh jika manusia menjalankan kehidupannya dengan selaras. Baik dengan sesama, alam, maupun Tuhan sang pencipta. 

"Dalam kaitan dengan penentuan tahun pastoran pariwisata holistik oleh Keuskupan Ruteng, maka umat diajak untuk belajar dari nilai-nilai budaya yang bisa menjadi penopang dalam menjalankan hidup. Sehingga tercapainya kebahagiaan yang hakiki disetiap pribadi umat itu sendiri," kata Pater Gusti.

Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan Festival, Agustinus Harun, mengatakan, pariwisata itu menjadi penggerak utama pembangunan perkembangan ekonomi daerah. Sehingga semua pihak diajak untuk sama-masa membangun pariwisata di Indonesia. Tentunya, bergerak bersama-sama.

“Setelah kegiatan ini selesai, diharapkan bisa memberi dampak yang signifikan untuk masyarakat. Pariwisata holistik adalah konsep pariwisata yang bersifat menyeluruh. Meliputi aspek kesejahteraan masyarakat. Membangun pariwisata tidak hanya destinasinya saja, tetapi manusia dan budayanya," ujar Agustinus. (*)

Penulis: Fansi Runggat

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan