APBN Sumbang Pertumbuhan Ekonomi NTT Sebesar 3,01 Persen

  • Bagikan
Kepala Kantor DJPb Provinsi NTT, Catur Ariyanto Widodo. (FOTO: FENTI ANIN/TIMEX)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Pertumbuban ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Triwulan II (April-Juni) tahun 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mengalami pertumbuhan sebesar 3,01 persen.

Kinerja belanja negara (APBN) yang baik di NTT turut menyumbang pertumbuhan ekonomi kuartal II Tahun 2022 sebesar 3,01 persen (yoy), melalui peningkatan realisasi belanja penyaluran THR, Dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dan Dana Tarnsfer ke Daerah (TKD).

Kepala Kantor Dirjen Perbendaharaan (DJPb) Provinsi NTT, Catur Ariyanto Widodo, dalam penjelasannya kepada awak media di kantornya, Senin (22/8), berharap, ke depannya, capaian di atas bisa terus ditingkatkan dengan mengakselerasi belanja pusat pada kementerian dan lembaga.

Catur juga mendorong realisasi belanja daerah untuk memberikan kontribusi maksimal terhadap perekonomian di NTT. Selain itu, di tengah risiko kondisi perekonomian global yang bergeser dari pandemi ke tekanan ekonomi global, perekonomian Indonesia masih kuat di tengah perlambatan ekonomi di berbagai negara Q2 tahun 2022, dimana terjadi pertumbuhan sebesar 5,44 persen (yoy).

Catur menjelaskan, meski pertumbuhan ekonomi di NTT di bawah nasional, tetapi masih cukup baik. Untuk itu, peran APBN sangat optimal di kwartal kedua tahun 2022.

Catur menyebutkan, kinerja pendapatan APBN di NTT sampai Juli 2022, mencapai 56,7 persen atau Rp 1,65 triliun. Ini lebih tinggi dibandingkan capaian tahun sebelumnya. "Capaian pendapatan negara ini disumbang oleh kinerja positif komponen penerimaan PPh, PPN, PBB, dan pajak lainnya," beber Catur.

Sementara kinerja belanja APBN mencapai 50,2 persen atau Rp 17,18 triliun. Ini juga meningkat dibandingkan realisasi periode tahun sebelumnya, yakni sebesar 48 persen. Total realisasi belanja K/L adalah sebesar 44,4 persen dengan realisasi belanja pegawai dan bansos sudah di atas angka 50 persen. "Juga penyaluran TKDD sampai dengan Juli 2022 sudah mencapai 53 persen. Ini didorong oleh kinerja positif belanja DAK fisik dan dana desa," sebutnya.

Terkait inflasi, lanjut Catur, mengalami peningkatan di bulan Juli. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga di sektor transportasi, juga komoditas lain seperti cabai, dan lainnya.

Catur menambahkan, tingkat kemiskinan di NTT juga mengalami penurunan, tetapi masih tertinggi ketiga di seluruh Indonesia. "Per Maret 2022, tingkat kemiskinan mencapai 20,05 persen, di perkotaan 128,80 ribu jiwa dan pedesaan 1.004,83 juta jiwa.

DAK Non Fisik yang disalurkan melalui KPPN di daerah adalah dana BOS, BOP, PAUD, dan BOP kesetaraan, dengan pagu dana BOS sebesar Rp 1,60 triliun.

Dana BOS yang telah disalurkan Rp 11,38 miliar untuk sekolah negeri dan Rp 292,21 miliar untuk sekolah swasta.

Alokasi DAK Fisik digunakan untuk pembangunan infrastruktur di NTT, tahun 2022 sebesar Rp 3,62 triliun. Sampai 31 Juli 2022, realisasinya baru mencapai 23,6 persen atau Rp 853,4 miliar.

Realisasi pendapatan daerah Rp 10,73 triliun, dan realisasi belanja daerah Rp 7,85 triliun. "Untuk itu harus terus mengakselerasi dan mengoptimalkan belanja daerah," pungkas Catur. (r2)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan