IOM-Kemenaker Dirikan Sejumlah SBMI Mart di Indonesia, Salah Satu di Flotim

  • Bagikan
SBMI Mart. (FOTO: IOM for JawaPos)

JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-International Organization for Migration (IOM) mencatat, selama pandemi, jutaan migran kembali ke negara asal mereka. Dan Indonesia merupakan salah satu negara pengirim pekerja migran terbesar.

Setiap tahun sekitar 200-300 ribu pekerja migran ditempatkan di luar negeri, khususnya sebelum pandemi. Pada saat yang sama, penempatan ke negara-negara tujuan telah menurun secara drastis dari periode sebelum pandemi. Salah satu penyebabnya adalah penutupan perbatasan dan pembatasan mobilitas.

Alhasil, calon pekerja migran dan masyarakat memiliki peluang yang lebih sedikit dalam hal mata pencaharian. Karena itu Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Dirjen Binapenta & PKK) Kementerian Ketenagakerjaan meresmikan sebuah Unit Koperasi Masyarakat, SBMI Mart, di Wonosobo.

Acara peluncuran itu bersamaan dengan penyerahan dukungan pemberdayaan ekonomi kepada 100 pekerja migran purna di Wonosobo yang didukung program Pijar Indonesia, sebuah inisiatif yang dipelopori oleh IOM bekerja sama dengan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan Semut Nusantara. Program ini berfokus kepada pemberdayaan ekonomi pekerja migran dan keluarganya untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja migran.

”Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan bagi PMI serta keluarganya serta memberikan motivasi untuk melaksanakan usaha dalam proses perluasan kesempatan kerja kepada masyarakat,” ungkap Dirjen Binapenta & PKK Kemenaker, Suhartono.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperkuat reintegrasi ekonomi bagi PMI yang pulang melalui kewirausahaan produktif dan koperasi berbasis masyarakat dalam bentuk mini retail mart yang disebut SBMI Mart.

Suhartono menyebut, badan usaha itu didirikan oleh dan untuk para pekerja migran. Yakni untuk memberikan mata pencaharian alternatif serta peluang pengembangan kapasitas bagi rumah tangga pekerja migran.

Selain di Wonosobo, SBMI Mart juga hendak didirikan di beberapa daerah asal PMI lain yang merupakan bagian dari daerah sasaran program Pijar Indonesia. Beberapa di antaranya adalah di Karawang (Jawa Barat), Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), dan Flores Timur (Nusa Tenggara Timur).

Sebastien Lucian Frederic Reclaru selaku Project Manager yang hadir mewakili Kepala Misi IOM berharap inisiatif itu dapat menjadi model yang berkelanjutan bagi upaya reintegrasi dan pemberdayaan ekonomi pekerja migran, terutama di tengah gejolak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

”Kami berharap unit koperasi berbasis masyarakat, SBMI Mart dapat menjadi wadah yang tangguh bagi PMI dan keluarganya untuk mendukung perekonomian mereka, meningkatkan kapasitas mereka dalam berorganisasi dan memobilisasi, dan memberikan dukungan peer-to-peer yang dibutuhkan,” ujar Sebastien Lucian Frederic Reclaru.

Ketua Umum SBMI, Hariyanto Suwarno menjelaskan, SBMI Mart merupakan gerakan ekonomi kerakyatan. Tujuannya untuk mendorong tumbuhnya inisiatif dan inovasi produk lokal.

”Sehingga memiliki daya saing yang tinggi, baik di tingkat lokal, nasional maupun regional. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada IOM Indonesia yang didukung Koica. Sehingga pemberdayaan purna PMI yang terdampak Covid-19 bisa dikembangkan di Wonosobo,” terang Hariyanto Suwarno.

Deputy Country Director Korea International Cooperation Agency (Koica) Jeung Wook Lee menambahkan, inisiatif tersebut dapat mendukung upaya pemulihan dari pandemi Covid-19. ”Saya percaya bahwa kuatnya kemitraan yang sedang berjalan melalui kolaborasi program ini dapat menjadi katalisator untuk memperkuat ketangguhan masyarakat menjelang berakhirnya pandemi dan dalam menghadapi ancaman resesi, sehingga para PMI dapat berdaya,” ucap Jeung Wook Lee. (JPC/JPG)

  • Bagikan