143 Tenaga Medis Dilatih Penanganan Patah Tulang

  • Bagikan
PELATIHAN. dr. Su Djie To Rante, M. Biomed., SpOT, dosen Prodi Kedokteran Undana Kupang ketika menjelaskan penanganan patah tulang kepada nakes di Puskesmas Sikumana, Selasa (16/5). (FOTO: RESTI SELI/TIMEX).

Pengabdian Masyarakat oleh dr. Su Djie To Rante, M. Biomed di Puskesmas Sikumana

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Dosen Program Studi (Prodi) Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang dr. Su Djie To Rante, M. Biomed., SpOT memberikan pelatihan kepada 143 tenaga medis tentang patah tulang.

Pelatihan dikemas dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat yang difokuskan pada penanganan patah tulang ini diikuti sebanyak 143 tenaga kesehatan di Puskesmas Sikumana, Selasa (16/5).

dr. Su Djie, mengatakan, penanganan dan kesadaran tenaga kesehatan maupun masyarakat di Kota Kupang secara khusus sangat berbeda jauh dibandingkan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

"Kadang-kadang patah tulang, tapi tenaga kesehatan tidak memasang pen/gibs atau penyangga yang semestinya kepada pasien. Kita memang terbatas fasilitas, tapi sebenarnya penanganan itu harus diadakan untuk keselamatan pasien," ungkap dokter spesialis bedah tulang itu.

Selain itu, kecenderungan masyarakat yang masih mempercayai mitos-mitos tertentu pun menjadi hambatan dalam penanganan patah tulang. "Orang-orang kita kalau patah tulang larinya ke tukang urut, ada yang bilang kalau pasang pen rasanya ngilu, kena sambar petir, akan langsung amputasi," bebernya.

Padahal, menurut dr. Su Djie, apabila masyarakat memilih melakukan urut atau pijat, maka dapat menyebabkan komplikasi, seperti cedera jaringan semakin parah hingga menyebabkan pembengkakan, cedera saraf dan pembuluh darah serta infeksi.

"Segera berobat ke dokter. Jangan takut operasi karena tujuannya adalah mengembalikan fungsi tangan dan kaki," tegasnya.

Disebutkan, kondisi masyarakat tersebut mendorongnya untuk melaksanakan pengabdian masyarakat dengan menyasar tenaga kesehatan di Puskesmas. Pasalnya, Puskesmas menjadi fasilitas kesehatan pertama yang didatangi masyarakat apabila sakit.

Lanjutnya, tenaga kesehatan di puskesmas harus memiliki pemahaman dan kompetensi untuk menangani keluhan patah tulang tersebut kepada masyarakat.

Dosen yang juga aktif di Rumah Sakit Siloam Kupang itu menambahkan, selain dirinya, saat ini NTT hanya memiliki tiga dokter spesialis bedah tulang. Ia bersama dua orang dokter lainnya beroperasi di Kota Kupang, sementara satu di Labuan Bajo.

Disamping itu, dr. Su Djie juga mempraktekan langsung bagaimana penangan patah tulang kepada tenaga kesehatan, dengan menggunakan manekin. Hal itu agar peserta dapat melihat secara langsung bagaimana langkah-langkah yang tepat ketika menangani pasien patah tulang.

Kepala Puskesmas Sikumana, dr. Maria Veronica Ivonny Ray pada kesempatan itu menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Undana atas perhatiannya yang selalu bersama Puskesmas Sikumana untuk melakukan kegiatan produktif.

dr. Maria mengatakan, terutama berkaitan dengan penanganan patah tulang, ia mengatakan, di Puskesmas Sikumana sendiri memiliki dokter umum yang tentunya tidak memiliki kompetensi mendalam dalam kasus patah tulang.

"Kita memiliki dokter umum, yang memang apabila ada kasus patah tulang, kita tangani sesuai kapasitas kita. Kalau sudah kategori berat, kita rujuk ke dokter spesialis yang memang ahli di bidang itu," jelas dr. Maria.

Ia mengakui, kompetensi petugas kesehatan dan sarana-prasaran masih sangat terbatas. Sehingga pihaknya, berterima kasih karena ada kepedulian dari Undana memberikan peningkatan pemahaman kepada tenaga kesehatan.

"Dengan begitu, pemahaman dan kompetensi dari tenaga kesehatan akan lebih baik, sehingga dapat menangani dan memberi keselamatan pada pasien," ucapnya.

Dia melanjutkan, dengan adanya kegiatan tersebut, puskesmas yang melaksanakan tugas sebagai promosi dan pencegahan, dapat menyebarluaskan pemahaman tersebut kepada masyarakat. "Bagaimana seandainya ada kecelakaan, apapun itu yang berhubungan dengan patah tulang, datanglah ke dokter," tutupnya. (cr1)

Editor: Intho Herison Tihu

  • Bagikan