Tahbis 4 Diakon, Uskup Weetabula: Jadi Imam Bukan untuk Kaya

  • Bagikan
TAHBIS JADI IMAM. Uskup Keuskupan Weetabula, Mgr. Edmond Woga, CSsR mentahbiskan empat Diakon Redemptoris menjadi imam baru pada misa yang berlangsung di Gereja Katolik Sang Penebus Wara, Waingapu, Selasa (1/8). (FOTO: ISTIMEWA)

WAINGAPU, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Keuskupan Weetabula kembali mengutus empat orang diakon menjadi imam baru dari Kongregasi Sang Penebus Mahakudus atau Congregatio Sanctissimi Redemptoris (CSsR).

CSsR merupakan sebuah kongregasi misionaris yang didirikan oleh Santo Alphonsus Ligouri di Scala-Italia yang bertujuan memberi perhatian bagi orang-orang miskin yang bekerja di negara yang diabaikan di lingkungan Napoli.

Misa pentahbisan imam baru itu berlangsung di Gereja Katolik Sang Penebus Wara, Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Selasa (1/8), dipimpin langsung Uskup Keuskupan Weetabula, Mgr. Edmundus Woga, CSsR. Hadir mendampingi Uskup Woga sejumlah imam konselebran.

Keempat diakon yang ditahbiskan menjadi imam baru tersebut adalah Diakon Emanuel Teodorus Bulu, CSsR, Diakon Aprianus Yohanes Maya, CSsR, Diakon Klementius Anselmus Loba, CSsR, Diakon John Richard Lessoe, CSsR.

Sebelum ditahbiskan menjadi imam baru Redemptoris, orang tua keempat diakon menyerahkan keempat diakon tersebut kepada gereja kudus untuk ditahbiskan menjadi imam baru.

Uskup Weetabula dalam khotbahnya mengingatkan keempat diakon tersebut bahwa menjadi seorang imam bukanlah sebagai mata pencaharian tapi menjadi imam adalah panggilan untuk melayani umat.

Hal itu, sejalan dengan apa yang disampaikan Santo Paulus dalam
suratnya yang dengan sunguh-sungguh mengikuti langkah Tuhan Yesus dalam mewartakan imannya supaya umat memperoleh keselamatan, supaya iman umat berkembang dengan baik dan menimbulkan kesadaran bahwa hidup sebagai gereja adalah hidup sebagai saudara satu sama lain.

“Imamat itu bukan mata pencaharian, jangan salah gunakan imamat untuk menjadi kaya. Cukup dengan sarana yang ada untuk memperlancar pelayanan kita kepada umat,” pesan Uskup Edmond.

Di awal khotbahnya, Mgr. Edmond meminta keempat diakon tersebut untuk mencontohi teladaan Tuhan Yesus ketika berada di rumah ibadat di Nasareth, untuk mewartakan khabar baik untuk orang miskin, membebaskan mereka dalam tawanan, membuka mata mereka yang buta, dan membebaskan mereka yang tertindas.

“Ini semua Tuhan Yesus katakan untuk dirinya sendiri. Dan apa yang Tuhan Yesus katakan sudah terlaksana sejak ia menjalankan perutusanNya di tengah dunia. Dia sudah mewartakan kabar baik kepada orang miskin, sudah membuka mata orang-orang yang buta, baik secara fisik atau secara simbolis. Dia juga sudah membebaskan orang tertindas,” terang Uskup Edmond.

Namun yang mengherankan, lanjut Uskup Edmod, masih ada orang yang buta terus dan tidak melihat semua tanda-tanda tersebut sebagai tanda kedatangan Mesias ke dunia, seperti orang Farisi dan ahli taurat.

“Mereka tidak membayangkan apa yang dibuat Tuhan Yesus adalah tanda kedatangan Tuhan Yesus ke dunia. Mereka tetap tetutup mata dan telinganya, mereka tetap tebal kulitnya. Itu bisa juga terjadi pada kita pada zaman yang modern ini,” ungkapnya.

“Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib untuk menyelamatkan dunia tapi masih ada yang belum percaya tentang hal itu. Tuhan Yesus katakan bahwa pada hari ini digenapilah nats Kitab Suci ketika kamu mendengarkannya. Saya yakin kita semua yang hadir ini percaya apa yang dikatakan Tuhas Yesus,” lanjut Uskup Edmond.

Mgr. Edmond Woga meminta kepada keempat imam baru dari Kongregasi Redemptoris itu untuk melanjutkan tugas-tugas yang telah dijalankan Tuhan Yesus itu dengan menyampaikan kabar gembira kepada orang miskin, membebaskan mereka yang tertawan, membuka mata mereka buta.

“Itulah adalah tugas-tugas yang harus kita teruskan di dalam panggilan imamat kita. Apakah Kamu siap untuk itu? Kalau siap berarti kita harus mempelajari cara bagaimana Tuhan menggenapi nats Kitab Suci ini,” demikian pintanya kepada empat pastor baru tersebut.

Perayaan misa pentahbisan imam baru itu berlangsung secara meriah di Gereja Katolik Sang Penebus-Wara dan dihadiri sedikitnya 1. 000 umat Katolik dari beberapa paroki di Keuskupan Weetabula dan umat dari stasi-stasi di lingkungan Paroki Sang Penebus Waingapu. (yl/aln)

  • Bagikan