Edistasius-Johanna Nakhodai Nasdem NTT

  • Bagikan
Ahmad Atang

Johanna Perlu Didampingi Figur Politisi yang Paham Karakter Partai

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Usai pemilu 2024, DPW Partai Nasdem Provinsi NTT merombak kepengurusannya. Hal itu tertuang dalam surat keputusan DPP Nasdem Nomor:45-Kpts/DPP-Nasdem/IV/2024.

Perombakan menjadikan Edistasius Endi sebagai Ketua DPW Nasdem NTT menggantikan Raymundus Fernandes.

Edistasius Endi ketika dikonfirmasi belum ingin berkomentar banyak. Ia hanya menyebut akan berkomentar usai pelantikan, 5 Mei 2024 mendatang.

"Tanggal 5 Mei setelah pelantikan ya, pelantikan di Kupang," katanya, Jumat (26/4) malam.

Sementara itu, posisi sekretaris dijabat oleh Johanna Lisapaly menggantikan Yusak Meok. Johanna merupakan pensiunan ASN di Pemerintah Provinsi NTT.

Johanna merupakan mantan Kadis Peternakan dan Plt Sekda NTT dalam masa kepemimpinan Viktor Bungtilu Laiskodat.

Menyikapi perombakan struktur di DPW Partai Nasdem NTT, pengamat politik dari Unmuh Kupang, Ahmad Atang yang dimintai komentarnya, Jumat (26/4) menilai, Johanna Lisapaly merupakan mantan birokrat dan sekarang telah menjadi rakyat biasa yang punya hak untuk memilih  politik.

Secara personal, dia mempunyai pengalaman panjang sebagai birokrat dan telah menduduki berbagai jabatan eselon 2 pada dinas dan badan di Pemerintah Provinsi NTT. Jabatan lain yang dipercayakan sebagai Penjabat Wali Kota Kupang dan Plt Sekda beberapa kali.

“Dengan modal ini sangat wajar jika Partai Nasdem mempercayainya untuk menduduki jabatan sebagai sekretaris. Kematangan dan kesuksesan dalam meniti karier di birokrasi menjadi modal penting bagi Partai Nasdem," terang Ahmad.

Menurutnya, Johanna punya kemampuan kepemimpinan dan manajemen yang baik untuk mengelola partai. Walaupun ini dua institusi yang berbeda, namun dengan pengalaman sebagai kepala Badan Kesbangpol yang selalu berhubungan dengan partai politik, maka dinamika ini bisa disesuaikan.

"Partai Nasdem tidak salah memilih ibu Johanna sebagai sekretaris, karena beliau merupakan figur yang tepat. Sungguhpun begitu, di partai politik merupakan wilayah yang penuh dengan intrik, friksi bahkan konflik kepentingan, karena itu membutuhkan kepiawaian dalam mengelolanya," jelasnya.

Birokrasi merupakan total intitution, di mana bawahan harus tegak lurus dengan kebijakan atasan. Hal ini berbeda dengan partai yang bebas menentukan pilihan, maka sehebat apapun kemampuan dan kematangan akan diuji di dunia bebas.

Menurut Ahmad, ini merupakan tantangan bagi Johanna, sehingga perlu didampingi oleh figur politisi yang paham karakter dan dinamika internal Partai Nasdem.

Sebagai sekretaris dalam melaksanakan fungsi administratif, dia dapat menjembatani kepentingan partai dan rakyat/konstituen.

"Apalagi Nasdem merupakan partai besar dengan posisi di parlemen, baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota bahkan di jajaran kabinet maupun kepala daerah. Inilah kekayaan dan modal politik Partai Nasdem yang harus dikelola," tandas Ahmad.

Sementara itu, dari sumber terpercaya di internal DPW Nasdem NTT yang diwawancarai Timor Express, Jumat (5/4) malam lalu mengatakan, hasil evaluasi pemilu 2024 menjadi acuan bagi partai dalam merombak kepengurusan.

Seperti yang diketahui, kegagalan elit Nasdem, Viktor Bungtilu Laiskodat dalam pileg lalu berhasil diatasi dengan mundurnya Ratu Wulla yang meraih suara terbanyak.

Mundurnya Ratu Wulla santer dikabarkan untuk memuluskan jalan VBL menuju Senayan.

Sumber tersebut mengatakan, VBL bercita-cita menjadi ketua fraksi nanti. Namun, karena gagal, maka satu-satunya jalan adalah Ratu Wulla harus mundur.

"Ibu Ratu itu semacam dipaksa untuk mundur, karena kalau tidak mundur, suaminya tidak dapat pintu untuk maju pilbup SBD. Nasib ibu Ratu juga tidak jelas, dia dikasih ganti rugi. Tapi untuk jabatan itu masih berupa janji," kata sumber terpercaya ini.

Selain Ratu Wulla yang harus mengorbankan puluhan ribu suara rakyat untuknya, dikabarkan juga terjadi rombakan besar-besaran di internal DPW Nasdem NTT.

Lanjutnya, reposisi kepengurusan merupakan bentuk luapan kekesalan VBL atas kekalahannya.

"VBL ini emosi karena dia posisi sebagai caleg DPR RI tidak dapat, makanya emosi dan rombak besar-besaran," kata sumber terpercaya dari Nasdem ini.

Dia menyampaikan, salah satu reposisi yang terjadi adalah posisi Sekretaris DPW Nasdem NTT akan diganti dan dijabat oleh mantan Pj Wali Kota Kupang dan Plt Sekda NTT, Johanna Lisapaly.

"Ibu Lisapaly ini orangnya VBL. Jadi di Nasdem itu ada orang ibu Julie dan pak VBL," katanya.

Sementara itu, Johanna Lisapaly belum dapat dikonfirmasi oleh media ini.

"Sudah dari tanggal 15 yang lalu ibu Julie sudah rancang perubahan, di kota juga perubahan. Rata-rata kabupaten dilakukan reposisi," terangnya.

Untuk sekretaris dijabat oleh Johanna Lispaly, sementara untuk bendahara diisi oleh Kristien Samiyati. Selain itu, Pius Rengka yang menjabat Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Pendidikan Politik juga akan diganti.

Selanjutnya, posisi Christian Mboeik sebagai Wakil Ketua DPRD NTT pun juga akan diganti oleh Alex Ofong dari dapil NTT 6.

Sementara Ketua DPW Nasdem NTT adalah Edi Endi dari Manggarai Barat.

"Orientasi parpol di NTT harusnya pemerataan dan tidak didominasi oleh daerah tertentu saja, kalau kita lihat kepengurusan lebih condong ke Flores, padahal kepengurusan parpol harus merata diberbagai lini. Cenderung parpol dikuasai oleh satu warna. Ibu Johanna campuran Ambon-Jawa. Parpol itu harusnya mencerminkan representasi dari kekuatan politik di wilayah ini, kalau kita lihat lebih banyak ke Flores," jelasnya.

Sumber ini mengaku, reposisi dan cara-cara seperti itu merupakan bentuk mundurnya politik Partai Nasdem di NTT karena manajemen organisasi yang tidak profesional. (cr1/ays)

  • Bagikan