Antisipasi Varian Omicron, IDAI Minta Guru dan Siswa Divaksin Lengkap saat PTM

  • Bagikan

JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Menyebarnya varian Covid-19 Omicron secara lokal dan impor di Indonesia, membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis rekomendasi terbaru terkait Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk anak sekolah. Sebab belajar dari pengalaman sebelumnya, usia masa liburan, kasus Covid-19 umumnya meningkat. Guru dan siswa yang ikut PTM diminta sudah divaksinasi lengkap atau dua dosis.

Ketua Umum IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan, varian Omicron di negara lain seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan Afrika memicu peningkatan kasus Covid-19 pada anak dalam beberapa minggu terakhir. Sebagian besar kasus anak yang sakit adalah anak yang belum mendapat imunisasi Covid-19.

Sekjen IDAI dr. Hikari Ambara Sjakti, SpA(K) mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka tapi pada waktu dan tempat yang tepat. Salah satunya guru dan siswa sudah harus divaksinasi lengkap. “Karena keselamatan dan kesehatan anak adalah yang utama,” kata dr. Hikari.

IDAI meminta agar saat PTM berlangsung, 100 persen guru dan petugas sekolah sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 lengkap 2 kali dan tanpa komorbid.

Sekolah tetap harus patuh pada protokol kesehatan terutama fokus pada penggunaan masker dan kebersihan. Fasilitas di sekolah harus lengkap. “Penggunaan masker wajib untuk semua orang yang ada di lingkungan sekolah,” tegasnya.

Ketersediaan fasilitas cuci tangan. Menjaga jarak. Tidak makan bersamaan. Memastikan sirkulasi udara terjaga. Mengaktifkan sistem penapisan aktif per harinya untuk anak, guru, petugas sekolah dan keluarganya yang memiliki gejala suspek Covid-19.

Anak usia 12-18

Lalu untuk kategori anak usia 12-18 tahun, pembelajaran tatap muka dapat dilakukan 100 persen dalam kondisi tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut. Tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.

Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi jika masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate dibawah 8 persen. Ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan, anak, guru, dan petugas sekolah sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 100 persen.

Anak usia 6-11 tahun

Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut. Tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.

Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen daring, 50 persen luring outdoor) karena masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate dibawah 8 persen. Ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan, serta fasilitas outdoor yang dianjurkan adalah halaman sekolah, taman, pusat olahraga, ruang publik terpadu ramah anak.

Anak usia di bawah 6 tahun

Sekolah pembelajaran tatap muka belum dianjurkan sampai dinyatakan tidak ada kasus baru Covid-19 atau tidak ada peningkatan kasus baru. Sekolah dapat memberikan pembelajaran sinkronisasi dan asinkronisasi dengan metode daring dan mengaktifkan keterlibatan orangtua di rumah dalam kegiatan outdoor atar luar ruang.

Sekolah dan orangtua dapat melakukan kegiatan kreatif seperti mengaktifkan permainan daerah di rumah, melakukan pembelajaran outdoor mandiri di tempat terbuka masing-masing keluarga dengan modul yang diarahkan sekolah seperti aktivitas berkebun, eksplorasi alam dan lain sebagainya. Untuk rekomendasi bermain dapat mengutip dari rekomendasi permainan anak sesuai rekomendasi IDAI.

Anak dengan komorbid

Anak dengan komorbiditas dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak. Komorbiditas anak meliputi penyakit seperti keganasan, diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, penyakit autoimun, penyakit paru kronis, obesitas, hipertensi, dan lainnya. (jpc/jpg)

  • Bagikan

Exit mobile version