Festival Golo Koe Diwarnai Prosesi Laut Patung Bunda Maria

  • Bagikan
Ketua Umum Panitia Festival Golo Koe, dr. Yulianus Weng memberi penjelasan kepada awak media terkait pelaksanaan festival di Rumah Kevikepan Labuan Bajo, Kamis (28/7). (FOTO: HANS BATAONA/TIMEX)

LABUAN BAJO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Dioses Keuskupan Ruteng akan menggelar Festival Golo Koe yang akan berlangsung pada 8 - 15 Agustus 2022 mendatang. "Kegiatan rohani ini bakal diwarnai prosesi patung Bunda Maria Asumpta Nusantara melalui laut dii perairan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar)," kata Ketua Umum Panitia Festival, dr. Yulianus Weng, M.Kes saat jumpa media di Rumah Kevikepan Labuan Bajo, Kamis (28/7). Ikut mendampingi, Wakil Ketua Umum Panitia, Rm. Rikard Manggu, Ketua Pelaksana, Rm. Manfred Habur, dan Ketua SC, Rm. Martin Chen.

Dokter Yulianus menjelaskan, prosesi laut bakal melibatkan perahu khusus serta ketinting milik warga sekitar perairan Labuan Bajo. "Kita sudah koordinasi dan membangun komunikasi dengan semua pihak. Prosesi ini merupakan tradisi umat Katolik Flores yang dijalankan dalam semangat kebersamaan dan toleransi dengan komunitas lintas agama," jelasnya.

Dikatakan, prosesi ini akan dimulai dari TPI, Kampung Ujung menuju Pantai Pede lalu menuju Marina Waterfront City selanjutnya prosesi darat menuju Bukit Golo Koe. Selama prosesi berjalan, baik itu di laut maupun darat, umat tetap dalam suasana doa bersama.

Mantan Kepala Dinas Kesehatan Manggarai ini mengatakan, dalam Festival Golo Koe ini juga ada acara lain yakni pekan pameran dan kuliner melibatkan UMKM dari seluruh wilayah Keuskupan Ruteng, dimana mereka akan menampikan keunikan dan kekayaan ekonomi kreatif masing-masing daerah.

"Juga ada pekan pentas seni keindahan suara dan tari serta teatrikal budaya serta konser penyanyi Ivan Nosterman dan malam penutup menghadirkan artis Citra Scholastika," kata Wakil Bupati Mabar ini.

Tidak hanya itu, lanjut dia, kegiatan Festival Golo Koe juga diisi dengan kegiatan ekologis dan karitatif berupa penanaman bambu dan bakau disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) serta pesisir pantai, pembersihan lingkungan, kegiatan sosial berupa kunjungan ke panti-panti dan pembagian sembako bagi warga yang membutuhkan.

Rm. Ricard Manggu menambahkan, kegiatan ini juga sudah disampaikan dalam forum komunikasi umat beragama (FKUB) dan mendapat respon serta dukungan positif dari tokoh lintas agama sehingga kegiatan ini juga melibatkan agama lain.

"Kita harus tunjukan kepada wisatawan bahwa Labuan Bajo menghargai toleransi dan perbedaan agama sehingga aman untuk dikunjungi," pungkasnya. (Krf7)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan