KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kurang lebih 61 Tahun GMIT Jemaat Silo Naikoten I berdiri. Berbagai tantangan pelayanan dan pembangunan tak luput dari perjuangan para pendiri.
Sempat berpindah tempat ibadah sebanyak tiga kali, pihak gereja mulai berpikir untuk membangun gedung permanen yang lebih layak. Menyediakan gedung kebaktian menjadi pergumulan panjang bagi jemaat.
Melalui tagline Silo Pange Pulang, dibentuklah panitia pembangunan gedung kebaktian jemaat Silo. Kurang lebih lima tahun berproses, akhirnya panitia melakukan acara serimoni peletakan batu pertama pembangunan.
Acara tersebut dihadiri Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, Ketua DPRD NTT Emelia Nomleni, Penjabat Walikota Kupang George Hadjoh, Ketua DPRD Kota Kupang, Dansat Brimob Polda NTT, Serly Manutede dan Klasis Kota Kupang.
Gedung kebaktian ini ini direncanakan akan dibangun secara bertahap selama lima tahun kedepan dengan membutuhkan total anggaran mencapai Rp10,6 Miliar
Bangunan senilai Rp10,6 Miliar itu diharapkan dapat menyediakan akses bagi kelompok masyarakat yang selama ini tidak bisa mengakses ke gereja untuk mengikuti kebaktian bersama, seperti disabilitas, lansia, dan masyarakat pengguna kursi roda dan sejenisnya.
Hal itu ditegaskan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ketika menyampaikan sambutannya usai kebaktian peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja Silo Naikoten I, Minggu (5/6).
Disebutkan bahwa, dengan menyediakan akses tersebut maka orang-orang yang selama ini tidak bisa akses ke gereja bisa mengikuti kebaktian dan bisa mengetahui cara masuk surga.
"Saya minta, bangun ini bisa diakses oleh saudara-saudara yang disabilitas, lansia dan mereka yang mengalami sakit lalu menggunakan alat bantu kursi roda. Supaya apa, supaya mereka diajarkan bagaimana cara masuk surga," pesannya.
Orang nomor satu di NTT ini juga meyakini, pembangunan gedung tersebut dapat diselesaikan tepat waktu dan bisa digunakan sebagaimana mestinya.
"Ketika gedung ini selesai dikerjakan dan digunakan, maka disebut sebagai produk iman dari jemaat Silo Naikoten," pintanya sembari meminta para pendeta untuk mengajarkan jemaat melalui khotbah yang lebih detail dan tidak bersifat angan-angan saja.
"Ajaran gereja tidak boleh abstrak agar jemaat lebih memahami karena masuk surga tidak gampang," tandasnya.
Ketua Panitia Pembangunan, dr. Franky Telupere mengisahkan, sejak berdiri pada 5 Agustus 1962, gedung GMIT Silo Naikoten I belum pernah mendapat sentuhan renovasi. Gedung gereja yang telah berusia hampir 61 tahun itu baru mendapatkan renovasi pasca bencana Seroja yang menimpa pada April 2021 lalu.
Namun setelah dua kali melakukan uji kelayakan gedung, hasilnya kekuatan struktur bangunan gedung GMIT Silo Naikoten tidak mampu bertahan dalam jangka waktu lama sehingga butuh gedung kebaktian yang layak dan representatif dan mampu menjawab kebutuhan pelayanan jemaat.
Franky mengatakan, pembangunan gedung kebaktian GMIT Silo Naikoten I dirancang dengan memperhatikan aspek keamanan, kenyamanan beribadah, keindahan, dan representatif termasuk menyediakan layanan bagi jemaat anak maupun orang dewasa berkebutuhan khusus.
Terkait pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung dilaksanakan oleh pemenang tender dan jangka waktu pembangunan selama lima tahun dalam dua tahap.
Tahap pertama pembangunan melalui kontraktual untuk pembentukan desain struktur gedung kebaktian dan tahap kedua pembangunan secara swakelola yang melibatkan semua jemaat dan semua sumber daya.
"Biaya yang kami butuhkan untuk pembangunan gedung kebaktian mencapai Rp 10,6 miliar, dan yang baru terkumpul di tangan panitia pembangunan sebesar Rp 3,2 miliar, sehingga kami membutuhkan dukungan doa dan moril dari semua pihak yang tergerak agar mewujudkan kerinduan jemaat Silo memiliki gedung kebaktian yang representatif dalam jangka waktu lima tahun kedepan," jelas Franky. (r3)