BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Pelayanan air minum untuk IKK Pota di Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), kini kembali normal. Hal itu setelah sekira satu tahun, pasokan air sumber Wae Tabar, mati total karena kondisi debit dan ada titik kerusakan pada jaringan transmisi.
Pihak UPTD SPAM sebagai operator air minum di Kabupaten Matim, maksimal tujuh hari berjuang perbaiki sejumlah titik kerusakan pada pipa transmisi, yakni terhitung sejak tanggal 6 hingga 12 Mei 2024. Pengambilan air baku di sumber Wae Tabar, berbagi dengan irigasi persawahan petani setempat.
"Bersyukur, pelayanan air minum ke Pota sudah kembali normal. Setelah debit Wae Tabar bertambah, karena terjadi
hujan cukup baik di wilayah itu. Juga setelah kami perbaik semua titik kerusakan pada jaringan transmisi," ujar Kepala UPTD SPAM Matim, Fransiskus Yun Aga, Senin (20/5/2024) di Borong.
Lanjut Fransiskus, terhitung ada sebanyak tujuh titik jumlah kerusakan yang terjadi pada pipa transmisi tersebut. Dimana, lokasinya ada dua titik di lahan kebun Bea Ri'i yang sengaja dilakukan oleh warga untuk minum. Hal yang sama juga dua titik kerusakan terjadi di Nampar Bakok dalam hutan, pasnya di kawasan sarang laba atau madu.
"Kerusakan di Nampar Bakok ini, warga ambil air untuk minum. Pas di tempat mereka istrahat saat mencari sarang madu. Solusinya, kita bangun satu keran untuk di Bea Ri'i, dan satunya lagi di Nampar Bakok," bilang Fransiskus yang akrab disapa Kevin.
Menurutnya, solusi buka keran, tentu untuk memastikan pada titik itu tidak terjadi ada masalah sosial lagi. Pihaknya pun telah membangun komunikasi bersama warga, bahwa dengan menyediakan titik keran, warga harus menjaga jaringan yang ada. Sebab, memilih jangan sampai mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk perbaikan.
"Mending kita kehilangan 0, sekian liter dari pada terus terjadi rusak yang akan mengganggu total pelayan ke Pota. Juga untuk pergi perbaik, membutuhkan biaya lebih besar ketimbang pendapatan yang ada. Jadi kondisi sosial yang dipenuhi, dan langkah seperti ini juga terjadi kita lakukan di tempat lainya," katanya.
Kevin mengatakan, selama tujuh hari pihaknya melakukan kegiatan fisik untuk memaksimalkan pelayanan air minum bagi IKK Pota. Namun dua pekan sebelumnya, dilakukan survei untuk temukan titik kerusakan. Pada 6 Mei 2024, dirinya bersama petugas teknis berangkat dari Borong, dan tiba malam hari di sumber Wae Tabar. Lalu hari kedua 7 Mei, melakukan kegiatan bersih di sumber.
Kemudian pada waktu yang sama, lakukan perbaikan jaringan transmisi yang rusak di Bea Ri'i dan Nampar Bakok. Termasuk pelayanan dua keran di wilayah itu, dan selesai hingga waktu malam hari. Titik kegiatan perbaik yang rusak itu cukup jauh dari sumber, dan juga pemukiman warga. Hari ketiga, pulang dari sumber dan tiba sore hari di Watu Ngong, Kecamatan Congkar.
"Kita harus ke Watu Ngong, karena perjalanan dari Sumber ke Pota, sangat jauh dengan kondisi jalan yang tidak memungkin cepat tiba. Sehingga hari keempat, kami jalan dari Watu Ngong dan tiba sore hari di Pota. Sore itu juga kami langsung ke titik yang rusak di Lengko Mbos. Disana ada pipa patah total, dan kita juga identifikasi ada dua titik lainya yang rusak di Lekong Jembu," ungkapnya.
Disana sambung Kevin, totalnya ada tiga titik yang rusak. Terhadap kerusakan itu, dilakukan perbaikan pada hari berikutnya. Termasuk kegiatan gali tanah untuk ditanam pipa. Setelah selesai dikerjakan, air mengalir masuk di bangunan reservoar produksi di Logo. Namun setelah dicek, kondisi bangunan itu penuh dengan material lumpur.
Selanjutnya pada hari keenam, membersihkan kotoran yang ada. Sore harinya dilakukan uji coba pelayanan ke seluruh jaringan di Pota. Hari ketujuh atau terakhir 12 Mei, petugas jalan ke rumah pelanggan atau titik pelayanan, dan semua teralir. Kondisi air masuk ke pota 8,5 liter per detik, dan pelayananya 24 jam.
Kevin menambah, sejak awal tahun 2023 lalu hingga awal Mei 2024, sama sekali tidak ada penerimaan dari IKK Pota karena tidak ada pelayanan. Puncak musim kemarau terjadi Juli 2023, dan masuk awal 2024, debit air perlahan mulai bertambah. Kegiatan dalam memastikan kembali produksi Wae Tabar, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada Camat Sambi Rampas, Rober Nardin.
Hal mana, Camat Rober sudah sangat positif dan kuar biasa membantu pada persipan survei hingga tahap perbaikan. Tentu dengan keterlibat seorang camat, berharap masyarakat lain sama-sama ikut menjaga jaringan air yang ada. Terkait debit turun, itu menjadi soal alam. Namun jika jaringan rusak bukan karena alam, tapi karena kekeliruan semua orang membuat rusak.
Kata Kevin, tidak bisa dipungkiri bahwa di musim kemarau, sumber air Tabar hanya bisa untuk kepentingan irigasi pertanian. Sebab fungsi utamanya adalah irigasi. Pada air baku yang sama, pemanfaatan dibagi dua, yakni untuk air minun dan irigasi. Namun, pengambilan untuk air minum, posisinya jaringan air irigasi lebih rendah.
Sehingga ketika debit turun, air cendrung mengalir ke irigasi. Dalam jangka panjang, UPTD SPAM telah menyampaikan ke Dinas PUPR Matim, untuk dicarikan alternatif sumber air baku yang lain. Tidak memaksakan dengan kondisi yang ada, karena suatu saat bisa saja curah hujan menurun, seperti pada bulan Juli.
"Sebagai operator pengelola benar-benar memaksimalkan produksi yang ada. Dimana dengan produksi yang ada, kita maksimalkan pelayanan. Kerusakan kita perbaiki, walau pun dengan medan yang cukup susah. Menurut pa Camat, ada banyak sumber lai di wilayah itu untuk dibangun bawa ke Pota. Kondisi sekarang, untuk IKK Pita ada sebanyak 464 pelanggan," tutupnya, (Kr1).