SMK Maritim Nusantara Pastikan Siswa Belajar Aman

  • Bagikan
FENTI ANIN/TIMEX BERI KETERANGAN. Kepala SMK Maritim Nusantara, Jesica Sodakain bersama orang tua siswa-siswi memberikan keterangan pers di Waroeng Seafood, Jalan Veteran, Kota Kupang, Kamis (28/11).

KUPANG,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Kepala SMK Maritim Nusantara, Jesica Sodakain memberikan keterangan pers di Waroeng Seafood, Jalan Veteran, Kota Kupang, pada Kamis (28/11), tentang status dan keabsahan data pokok pendidikan (Dapodik) yang kini sudah dikantongi SMK Maritim Nusantara. Berbagai upaya untuk mengganggu sekolah ini, kata Jesica, juga terus bermunculan, hingga berujung ke laporan polisi.

Menanggapi hal ini, Jesica mengaku bahwa tudingan untuk melakukan upaya pemindahan Dapodik siswa-siswi dari SMK Pelayaran ke SMK Maritim Nusantara tersebut berawal dari adanya polemik antara SMK Pelayaran dan SMK Maritim Nusantara yang terus bergulir sejak Juli lalu.

Jesica mengaku bahwa semua orang tua siswa-siswi setuju dan sepakat untuk memindahkan anak mereka ke SMK Maritim Nusantara yang kini juga sudah memiliki izin operasional.

"Pemindahan Dapodik siswa dari SMK Pelayaran ke SMK Maritim Nusantara tersebut atas persetujuan dan permintaan dari para orangtua siswa sendiri," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa Dapodik itu sah dan pemindahan itu atas permintaan orang tua siswa dan siswi, sehingga tidak ada persoalan apa pun. Sebab, pada prinsipnya pilihan itu ada di tangan orang tua.

Jesica berkata, pemindahan Dapodik para siswa tersebut bukan atas keinginannya, namun hal tersebut dilakukan karena atas dasar permintaan orang tua siswa untuk dikeluarkan dari SMK Pelayaran Kupang.

Selain dituding memindahkan Dapodik siswa, Kepala SMK Pelayaran juga disebut telah dipecat dari jabatan Kepala Sekolah Dewan Pembina Yayasan Yaspeltra Marindo.

"Saya sama sekali secara pribadi tidak memegang surat pemecatan dari yang terhormat dewan pembina, kalau memang ada suratnya, mana buktinya," tambah Jesica.

Orang tua siswa Kelas XII SMK Maritim Nusantara, Nikodemus Padakama juga mengatakan, kisruh internal antara SMK Pelayaran dan SMK Maritim Nusantara jangan membuat anak atau siswa menjadi korban. Sehingga, para orangtua siswa sepakat menandatangani surat persetujuan tanpa paksaaan pihak manapun untuk mengeluarkan anak-anak dari SMK Pelayaran dan masuk ke SMK Maritim Nusantara.

"Kami tidak mau anak-anak kami terlantar, sehingga atas kemauan sendiri, kami orangtua dan anak sepakat untuk pindah atau dikeluarkan dari SMK Pelayaran, saya juga termasuk tandatangani surat itu," kata Nikodemus.

Sari Dewi Astuti, orangtua siswa Rehan Malelak Kelas XI menjelaskan sebagai orangtua dirinya tidak merasa diintimidasi atau dipaksakan, namun atas kemauan sendiri demi pendidikan anak, diputuskan untuk dipindahkan ke SMK Maritim Nusantara, sehingga untuk urusan Dapodik, proses Belajar Mengajar (KBM) dan manajemen sekolah diserahkan sepenuhnya ke SMK Maritim Nusantara.

"Untuk intimidasi tidak ada, karena kami bukan anak kecil, kami orangtua kami yang mengeluarkan uang untuk sekolah, sehingga kami percayakan ke SMK Maritim Nusantara," ujar Sari.

Pemerhati pendidikan, Lany Koroh menjelaskan, pendidikan di NTT sedang tidak baik-baik saja. Setelah masalah di Universitas PGRI, kini muncul konflik antar SMK. Masalah internal yayasan telah mengorbankan para siswa.

"Pada intinya, kami tidak mau siswa - siswi menjadi korban, karena kepercayaan orangtua dititipkan pada SMK, meski ada kisruh anak - anak tidak boleh dirugikan,” tegas Lany.

SMK Maritim Nusantara Kupang saat ini memiliki 295 siswa-siswi dengan 25 tenaga pengajar. Untuk siswa tetap belajar dengan nyaman dan aman pihak yayasan SMK Maritim Nusantara menyewa gedung untuk memastikan siswa tetap bisa belajar dan mendapat pendidikan terbaik demi masa depan para siswa. (thi/gat/dek)

  • Bagikan