Bencana Tanah Geser Masih Berpotensi

  • Bagikan
IST KAJI. Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara mengkaji kondisi tanah di Kampung Nenu Desa Pangleleng, Sabtu (11/1).

BORONG,  TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Badan Geologi Kementerian ESDM melalui Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara, telah mengkaji kondisi tanah di Kampung Nenu Desa Pangleleng, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Sabtu (11/1).

Hasilnya, bencana tanah geser di wilayah itu masih berpotensi. Sehingga disarankan, sejumlah rumah diarea pergerakan harus direlokasi. Pengkajian dilakukan usai wilayah tersebut dilanda bencana tanah bergerak pada Desember 2024 lalu. Peristiwa itu menyebabkan kerusakan besar pada sekira 40 hektare lahan petani dan permukiman warga.

"Benar pada tanggal 11 Januari 2025, kami lakukan kajian lapangan terhadap kondisi tanah di Kampung Nenu dan hasilnya lokasi ini masih memungkinkan terjadi pergerakan," ujar Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara, Arios Ghele Radja kepada Timor Express, Selasa (14/1).

Arios menjelaskan, rumah-rumah didalam area pergerakan akan terus terdeformasi atau terdorong. Sehingga akan terjadi kerusakan ringan dan berat. Hal itu karena retakan dan pergerakan sangat besar, baik pada mahkota, sayap dan ujung longsoran. Faktor yang mengontrol dan memicu gerakan tanah adalah curah hujan yang sangat tinggi.

Dijelaskan, faktor pemicunya kondisi geologi (batuan vulkanik tua terdegradasi), kelerengan yang sedang-terjal dan muka air tanah yang dangkal, drainase serta saluran irigasi yang tidak tertata. Juga perubahan tata guna lahan menjadi areal perkebunan dan pertanian seperti persawahan dan perkebunan jagung.

"Jadi potensi gerakan tanah ini bisa meluas jika ada curah hujan tinggi dan getaran gempa bumi. Hasil kajian kami sudah disampaikan ke Pemkab Matim melalui BPBD dan bahkan sudah ditindaklanjuti. Disini kami melihat BPBD sangat sigap," bilangnya.

Pihaknya sangat mengapresiasi gerak cepat dari Pemkab Matim terhadap hal ini. Disamping itu diimbau untuk tetap menjaga kewaspadaan ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, mengecek lokasi sekitar permukiman jika ada retakan baru untuk langsung dilaporkan dan paling juga jangan beraktivitas di areal terjadi gerakan tanah.

Sementara, Kepala BPBD Kabupaten Matim, Petrus Subin menjelaskan pihaknya ikut mendampingi kegiatan pengkajian itu. Hasil kajian dari Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara, akan menjadi salah satu bahan pertimbangan terhadap perlu dilaksanakan relokasi warga korban bencana tanah geser di Kampung Nenu.

"Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu bagian dari upaya Pemkab Matim untuk membantu korban bencana tanah yang bergeser di Kampung Nenu. Warga sendiri juga telah menyatakan kesiapan untuk direlokasi demi keselamatan dan kenyamanan mereka selanjutnya," ujarnya.

Petrus menambahkan, Pemkab Matim juga berupaya maksimal untuk membantu dan meringankan beban warga terdampak dengan memberikan bantuan moril maupun materil. Pemkab Matim juga memastikan para korban dapat tinggal sementara di rumah keluarga mereka, sekaligus mengamankan barang-barang miliknya untuk mencegah kerugian lebih lanjut.

"Bencana tanah bergerak di Nenu ini, mengakibatkan kerusakan pada rumah warga dan puluhan hektare lahan pertanian. Pemkab Matim melalui BPBD telah berkoordinasi dengan Badan Keuangan Daerah guna memastikan penanganan lebih lanjut menggunakan anggaran belanja tidak terduga (BTT) dari APBD tahun anggaran 2025," tutup Petrus. (kr1/ays/dek)

  • Bagikan