Tingkatkan Cinta Tanah Air dan Pendidikan WBP

  • Bagikan
Maliki

KUPANG,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sebanyak 21 Unit PelaksanaTeknis (UPT) Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan (Rutan) yang tersebar di wilayah NTT dan semuanya dibawa naungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) NTT.

Kepala Kanwil Ditjenpas NTT, Maliki menjelaskan bahwa terdapat beberapa program yang dijalankan untuk Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). sEPERTI, Program penguatan ideologi. Ini untuk menguatkan rasa cintah tanah air para WBP. Karena itu, setiap hari tepat jam 7 pagi, sebanyak 30.090 orang warga binaan yang tersebar di 21 UPT Lapas dan Rutan se-NTT diperdengarkan lagu Indonesia Raya.

Kemudian, ada juga program peningkatan kualitas pendidikan dan sudah laksanakan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas I Kupang.

"Saya sebagai deklarator, saya sebagai pelaksana bagaimana meningkatkan akademis anak-anak," kata Kakanwil Ditjenpas NTT, Maliki kepada media ini, Selasa (21/1).

Di LPKA Klas I Kupang, terdapat tiga jenjang pendidikan yaitu Paket A, B dan Paket C. Selama ini juga teah dilakukan kerja sama dengan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Ini karena guru SKB terbatas. Sehingga diupayakan untuk mendirikan Yayasan kemudian berupaya untuk menjadikan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) sehingga memiliki tenaga-tenaga pengajar.

"Pegawai kami di Pemasyarakatan ada 1.200 orang itu cerdas dan pintar sehingga nanti akan saya berdayakan," ungkapnya.

Maliki mengaku program pendidikan ini dimulai dari anak-anak terlebih dahulu, tapi akan berkembang ke seluruh Lapas dan Rutan se-NTT.

"Kalau di Lapas Kupang sudah berjalan yang kerja sama dengan Universitas sehingga sudah ada mahasiswanya di Lapas Kupang," jelasnya.

Harapannya, di LPKA Klas I Kupang setelah anak binaan menyelesaikan masa hukuman pidana mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dan mencari pekerjaan.

"Jadi, kesetaraan akademis yang saya genjot di LPKA Klas I Kupang," ujarnya.

Terkait pembelajaran di LPKA Klas I Kupang, kata Maliki, tidak lagi menggunakan buku, tapi telah disediakan Perpustakaan Elektronik. Proses pembelajaran sudah dua arah, tidak hanya guru menerangkan saja tapi anak-anak yang berkreasi.

"Di LPKA Kelas I Kupang adalah pembelajaran yang pertama di Indonesia. Perpustakaan Elektronik di LPKA itu dilaunching oleh Kepala BSK dari Kemendikbud RI hadir atas undangan saya," pungkasnya. (r1/gat/dek)

  • Bagikan