Hama Belalang Serang Tanaman Jagung di TTU, Mantri Tani Bergerak, Ritual Adat Jalan

  • Bagikan

KEFAMENANU, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Hama belalang kumbara dan hama ulat mulai menyerang dan merusak tanaman jagung milik petani di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Tanaman jagung yang sementara berbunga tersebut dipastikan tidak akan berbulir dan dipanen lagi karena sudah mati akibat serangan hama tersebut.

Guna mengantisipasi penyebaran hama tersebut, Dinas Pertanian Kabupaten TTU akan melakukan penyemprotan insektisida di lahan milik masyarakat yang terserang hama belalang dan ulat tersebut.

Sesuai data yang berhasil dihimpun TIMEX, serangan hama belalang kumbara dan hama ulat terjadi di Desa Sapaen, Kecamatan Biboki Utara dan Desa Humusu Wini Kecamatan Insana Utara. Luas lahan pertanian tanaman jagung yang rusak akibat serangan hama tersebut mencapai lebih kurang 10 hektare.

Petani jagung di Desa Sapaen, Kecamatan Biboki Utara, Leonardus Malafu kepada TIMEX, Minggu (16/1) mengaku, lahan jagungnya ikut menjadi sasaran hama belalang kumbara dan hama ulat.

Dikatakan, luas lahan pertanian jagung milik petani yang diserang hama belalang tersebut mencapai 5 hektare. Serangan hama tersebut berlangsung cepat sehingga sebagian besar tanaman jagung sudah mati.

Leonardus menambahkan, adapun upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran hama tersebut yakni dengan melakukan penyemprotan insektisida yang dilakukan oleh mantri tani bersama petani setempat.

“Di Desa Sapaen ini juga ada serangan hama belalang kumbara dan hama ulat grayak, namun tim dari mantri tani sudah melakukan penyemprotan insektisida untuk mencegah penyebaran hama tersebut,” jelasnya.

Sementara, Kepala Desa Humusu Wini, Fridus Bana, kepada TIMEX, Minggu (16/1) menuturkan, serangan hama belalang dan ulat grayak terjadi sejak beberapa hari terakhir.

Menurutnya, serangan hama yang telah merusak tanaman jagung yang ada dan dipastikan tidak akan bisa dipanen lagi. Pasalnya, dalam tanaman jagung yang sementara berbunga itu dipastikan tidak akan menghasilkan biker akibat dimakan belalang dan ulat grayak.

“Baru sebagian lahan petani yang sudah ada hama belalang dan hama ulat grayak. Hama ini juga baru muncul beberapa hari ini,” ungkapnya

Menurut Fridus, para petani di wilayah tersebut hanya bisa pasrah dengan keadaan itu. Serangan hama serupa pun pernah terjadi dua tahun lalu. Meskipun Pemerintah telah mengambil langkah untuk melakukan penyemprotan hama belalang, namun hal itu tidak memberikan hasil yang memuaskan.

BACA JUGA: Hama Belalang Serang Tanaman Jagung, Distan Libatkan Babinsa Semprot Insektisida

BACA JUGA: Belalang Serang Tanaman Jagung dan Padi, Camat: Warga Siapkan Ritual Tolak Bala

Fridus menjelaskan, salah satu upaya tradisional yang dilakukan oleh masyarakat setempat dengan melakukan ritual adat guna mengusir hama-hama tersebut.

“Dua tahun lalu juga ada hama belalang dan ulat. Semua jagung kami rusak. Kami semprot juga tidak mempan. Kami lalu buat ritual adat agar hama-hama iru bisa hilang dari kebun jagung kami,” jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten TTU, Gregorius Ratrigis, ketika dikonfirmasi TIMEX, Minggu (16/1), membenarkan adanya serangan hama belalang kumbara dan ulat grayak di sejumlah wilayah di TTU.

Dikatakan, data yang dikantongi pihaknya dari para petugas pendamping lapangan, wilayah yang paling parah terkena serangan hama belalang dan ulat grayak.

“Sekitar 10 hektare lebih lahan jagung yang menyebar di beberapa desa itu diserang hama belalang kumbara dan ulat grayak. Sementara untuk daerah lainnya sudah ada hama namun belum dalam skala besar,” tutur Gregorius.

Menurutnya, serangan hama belalang dan ulat grayak bisa bersifat endemik di wilayah yang tanahnya berpasir dan berkelikir. Hama tersebut akan menyimpan telurnya di struktur tanah demikian.

Gregorius menjelaskan, masa inkubasi telur belalang sekitar dua minggu bahkan tiga sampai 13 tahun. Telur belalang akan menetas bila suhu tanah dan iklim dalam kondisi tertentu. Jumlah telur per ekor belalang bisa mencapai kisaran antara 750 sampai 1.200 butir telur.

Saat ini, lanjut Gregorius, pihaknya telah bekerja sama dengan lintas sektor seperti Kodim 1618/TTU untuk melakukan upaya intervensi dengan penyemprotan insektisida. Pihaknya telah menggunakan puluhan liter insektisida untuk mencegah penyebaran hama belalang dan ulat grayak.

Gregorius berharap agar cuaca dapat segera berubah misalnya hujan besar di wilayah-wilayah yang terserang hama sehingga penyebarannya dapat diminimalisasi. Para petani diimbau untuk tetap berwaspada terhadap serangan hama khususnya hama belalang, mengingat penyebarannya bisa melalui angin.

“Hama belalang penyebarannya lewat angin. Tindakan antisipasi yang lain adalah pengelolaan hama secara baik. Harus melihat manfaat hama bagi manusia. Inilah yang ke depan dipikirkan untuk antisipasi. Yang saya sampaikan ini belum dilakukan di TTU. Harus dilakukan pelatihan pengelolaan hama bagi masyarakat terlebih dahulu,” pungkasnya. (mg26)

  • Bagikan