Harga Kedelai Meroket, Warga Minta Pemerintah Berpihak pada Rakyat

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Harga kacang kedelai melonjak dalam dua pekan terakhir. Kondisi ini tak hanya di rasakan di NTT, khususnya di Kota Kupang, namun terjadi secara nasional. Hal ini berimbas kepada produksi tempe tahu yang terpaksa mengalami kenaikan harga jual.

Kenaikan kacang kedelai ini dirasakan semua pengusaha tempe tahu, dan untuk menutup biaya produksi, pengusaha terpaksa menaikkan harga dari sebelumnya, bahkan ada yang memperkecil ukuran produk makanan kegemaran masyarakat ini.

Para pengusaha mengatakan, pihaknya bukan tak ingin adanya kenaikan harga kacang kedelai, namun yang mereka harapkan adalah kenaikannya harus harus terjadi secara wajar. Saat ini kenaikan harga terjadi hampir setiap hari.

Mascaya Marianus, salah satu Distributor Kedelai dari CV Rezeki Abadi Kupang kepada TIMEX, Senin (21/2) mengaku, selama ini pihaknya mendatangkan kacang kedelai dari Surabaya. Sebagai distributor, dirinya juga sangat kesulitan menentukan harga karena keuntungannya sangat sedikit jika disesuaikan.

Menurut Mascaya, untuk mendatangkan kedelai tersebut, pihaknya melakukan setiap dua kali dalam sebulan. Setiap pengirim itu satu kontainer. “Kalau permintaan banyak berarti satu bulan itu bisa dua kontener atau dua kali pengiriman,” ujarnya.

Mascaya mengatakan, saat ini kenaikan kacang kedelai perkilo senilai Rp 300 rupiah. Perkarung itu isinya 50kg kecang kedelai. Jika sebelumnya dijual dengan harga Rp 560 ribu/karung, kini kenaikannya mencapai Rp 575 ribu. “Keuntungan kami paling tinggi 15 ribu per karung. Belum lagi pemotongan biaya transport dan akomodasi lainnya,” ungkapnya.

Kenaikan tersebut dialami sejak satu minggu terakhir. Dan ini sangat berdampak kepada biaya produk lain-lain. “Biaya satu kali pengiriman satu kontainer kurang lebih Rp 200 juta dengan keuntungan mencapai Rp 5 juta,” beber Mascaya.

Mascaya menambahkan, pendistribusian ke setiap pengusaha atau pabrik tempe tahu di Kupang pun disesuaikan dengan permintaan pengusaha. “Tadi malam (Minggu, 20/2, Red) baru kita distribusikan lagi kepada pengusaha dan harganya menyesuaikan,” tandasnya.

Putut Parianto, pengusaha tahu dan pemilik usaha tahu tempe Pink Jaya, yang beralamat di Jalan W. J. Lalamentik, Kelurahan Oebufu, mengaku kenaikan ini berawal dari harga Rp 400 ribu pada bulan Januari 2022, dan kini naik menjadi Rp 575 ribu per karung kemasan 50Kg. “Kenaikan per karung itu senilai Rp 15 ribu jadi kita harus mengimbangi sehingga bisa ada keuntungan,” katanya.

Dikatakan, dampak terhadap tren pembeli juga fluktuatif karena pembeli kebanyakan tergantung pada kondisi ikan di pasaran. Ketika ikan melimpah otomatis harga turun dan masyarakat lebih banyak membeli ikan. Namun sebaliknya, jika ikan langka dan mahal akibat cuaca, maka masyarakat akan mencari tempe tahu.

BACA JUGA: Harga Kedelai Melambung Tinggi, Pengusaha Tempe Tahu Kewalahan

“Biasanya pada kondisi ini terjadi lonjakan pembeli. Kalau sepi pembeli, kami hanya mengolah lima karung kacang kedelai saja. Tapi kalau ramai, bisa sampai 10 karung bahkan lebih,” ujarnya.

Mascaya Marianus, Distributor Kedelai CV Rezeki Abadi (kanan) dan Putut Parianto, pemilik Pabrik Tahu Pink Jaya Oebufu (kiri) ketika ditemui TIMEX, Senin (21/2). (FOTO: INTHO HERIZON TIHU/TIMEX)

 

Putut menjelaskan, setiap satu karung kedelai, jika direndam dan diolah akan menghasilkan 15 papan tahu. Setiap papan tahu dibagi menjadi 64 potongan dan dijual per potong 1.000 rupiah.

Jika dihitung, keuntungan per harinya Rp 1,625 juta dari hasil produksi 5 karung kedelai. Maka setiap bulan itu keuntungan dari usaha penjualan tahu ini lebih kurang Rp 48,750 juta. Dari keuntungan tersebut dikurangi kebutuhan gaji, pembelian kayu, pembayaran listrik dan biaya tak terduga, maka keuntungan bersih per bulan bisa mencapai Rp 20 juta atau keuntungan bersih per tahunnya mencapai Rp 240 juta.

“Kalau jual per papan harganya Rp 60 ribu. Jadi setiap karung bisa memperoleh Rp 900 ribu atau keuntungannya mencapai 325 ribu karena harga kedelai per karung Rp 575 ribu. Dari keuntungan itu potong dengan kebutuhan lain-lain untungnya sangat sedikit,” sebutnya.

Putut juga mengaku sekali pesan kacang kedelai dari distributor mencapai 100 sampai 150 karung. Menurut Putut, sebelumnya mereka mendapat kemudahan dari pemerintah berupa subsidi namun sudah dihilangkan.

Usahanya yang dirintis sejak 1994 itu mempekerjakan sebanyak 10 orang karyawan. Dijelaskan bahwa untuk memproses hingga menjadi tahu kurang lebih membutuhkan 4 jam karena kacang terlebih dahulu direndam.

Natalia Loasan, warga Kelurahan Alak yang ditemui ketika membeli tahu menyebut dirinya merupakan pelanggan setia meski pun jarak tempuhnya sangat jauh ketika dibandingkan dengan lokasi pabrik tahu lainnya.

Dikatakan dirinya belanja di lokasi tahu Pink Jaya karena selain enak, tingkat keasaman dari tahunya juga hampir tak terasa. “Saya pelanggan setia di sini karena tahunya enak dan tidak asam. Di lain tempat tahunya sangat asam dan kurang baik untuk kesehatan,” ungkapnya.

Terkait kenaikan harga kacang kedelai yang kemudian berpengaruh terhadap harga, Natalia menyebut sebagai pembeli tidak merasakan dampaknya karena harganya masih sama.

Harga tahu jika dibandingkan dengan ikan maka masih lebih baik beli tahu karena harganya masih relatif murah dan bisa dikomsumsi seluruh anggota keluarga. “Tahu ini makanan kalangan menengah ke bawah dan dampaknya mungkin dirasakan pengusaha tapi kalau kita yang beli sedikit-sedikit ini tidak terasa,” ungkapnya.

Namun demikian, ia tetap berharap kepada pemerintah agar bisa menekan lonjakan harga kedelai ini karena masyarakat dalam kondisi sulit. “Pemerintah seharusnya berpihak kepada masyarakat, karena tempe tahu dikomsumsi orang dengan pendapatan kecil lalu situasi saat ini masih dalam kondisi pandemi, seroja, dan penyakit lainnya yang kemudian membuat pendapat masyarakat sangat kecil. Jadi sebagai warga berharap, pemerintah lebih berpihak kepada masyarakat kecil,” pintanya. (r3)

  • Bagikan