Oleh: dr. Steffani Maria Lainama *)
Setelah maraknya penyakit Covid-19, hepatitis baru pada anak, saat ini Indonesia menghadapi suatu penyakit baru pada anak, yaitu gagal ginjal akut yang tidak diketahui penyebabnya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan bahwa sudah ada 152 kasus gagal ginjal akut pada anak-anak sejak 26 September hingga 14 Oktober 2022. Dalam laporan tersebut didapatkan 16 provinsi melaporkan temuan kasus gagal ginjal akut misterius tersebut. Beberapa provinsi dengan kasus terbanyak, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, Bali, dan DI Yogyakarta.
Di NTT sendiri, telah didapatkan 1 kasus dugaan gagal ginjal pada akhir September 2020, di Kabupaten Rote Ndao. Namun, karena keterbatasan fasilitas kesehatan di daerah tersebut, pasien kemudian meninggal yang diduga disebabkan oleh gagal ginjal misterius tersebut.
Dalam laporan IDAI, gagal ginjal akut misterius ini didominasi oleh anak berusia 1-5 tahun. Gejala yang ditimbulkan pada anak yang diduga mengalami gagal ginjal akut berupa gejala prodromal seperti demam, gejala saluran cerna (muntah atau mencret) dan/atau gejala saluran pernapasan dengan gejala paling mencolok yakni frekuensi berkemih berkurang selama 24 jam atau tidak ada urin selama 12 jam. Kemudian bila diperiksa lebih lanjut, dapat ditemukan peningkatan ureum dan kreatinin yang menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal.
Hingga saat ini, penyebab dari gagal ginjal akut tersebut masih belum diketahui. Ada pendapat yang mengatakan bahwa gagal ginjal akut tersebut berhubungan dengan Covid-19 yang menyebabkan kejadian MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children). Namun, setelah ditatalaksana sebagai MIS-C tidak memberikan hasil yang bermakna.
Selain itu, adanya temuan virus-virus lain pada penderita gagal ginjal akut seperti virus influenza, parainfluenza, shigella, e.coli, dan sebagainya, menyebabkan penyebab pasti dari gagal ginjal akut ini perlu identifikasi lebih lanjut.
Adapun angka kematian akibat gagal ginjal akut ini lumayan tinggi, orang tua diharapkan mampu memantau buah hati masing-masing dan segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat bila ditemukan gejala demam, batuk, pilek, atau muntah mencret, yang disertai penurunan frekuensi berkemih, volume berkemih ataupun warna urin. Dengan mengenali gejala lebih awal dan segera mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan, anak diharapkan memiliki prognosis yang baik. (*)
*) Dokter di RS Leona Kota Kupang