KUPANG-Kredit Usaha Rakyat atau KUR merupakan bantuan modal pinjaman dana dari Pemerintah bagi pemilik usaha mikro dalam mengembangkan usaha, tak terkecuali di bidang pertanian. Dengan bunga rendah, diharapkan para petani dapat menjangkau KUR ini.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa dengan adanya KUR, roda perekonomian Indonesia menjadi hidup kembali, terutama setelah pandemi.
“Petani muda harus berani berinovasi dengan memanfaatkan teknologi dan mencari terobosan dalam mengembangkan usaha pertaniannya. Untuk permodalan, KUR solusinya," ujar Mentan Syahrul.
Hal tersebut juga ditegaskan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi. “KUR itu ibarat bensin yang menjadi energi untuk menggerakkan agribisnis. Oleh karena itu manfaatkan KUR untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya, khususnya untuk petani muda ada program TaniAkur," kata Dedi.
Apa yang dikemukakan Mentan dan Kepala BPPSDMP ini telah diwujudkan seorang petani milenial bernama Dedi Tahoni, yang merupakan alumni Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Kupang.
Dedi setelah menamatkan studinya di SMK PP Negeri Kupang, mulai merintis bisnis hortikulturanya sejak tahun 2019 di daerah Insana Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam menjalankan usahanya ini, untuk pemeliharaan lahan, Dedi dibantu dua orang teman yang juga sesama alumni SMK PP Negeri Kupang. Dan tahun 2022, Dedi berhasil mengajukan KUR senilai Rp 30 juta.
Seiring berjalannya waktu, dimana usahanya membuahkan hasil, Dedi pun berencana melakukan TOP UP dana KUR ke plafond yang lebih besar, yaitu Rp 100 juta. “Sementara ini kami sedang berusaha mengajukan TOP UP KUR untuk menambah volume tanam demi kembangkan usaha yang ada saat ini. Kami sedang ada tanam sawi putih dan pare. Ada rencana untuk tanam tomat dan bawang di musim ini. Jika nanti ajuan KUR kami diterima oleh pihak bank, kami ingin membuka lahan baru untuk meningkatkan jumlah hasil panen,” jelas Dedi Tahoni.
Bagi Dedi, menjadi petani bukanlah pekerjaan yang kuno. Saat ini telah banyak smart farming yang sukses diterapkan. Itu membuktikan bahwa pertanian masa kini telah berubah menjadi keren dimana teknologi berperan sangat besar. Dedi sendiripun telah menerapkan salah satu smart farming di lahan yang ia kelola, yaitu sistem irigasi tetes.
“Dengan menerapkan sistem Smart Farming banyak manfaat yang di dapat, diantaranya dapat menjaga kelembaban tanah dan kehilangan air yang disebabkan musim kemarau sehingga ketersediaan air bagi tanaman terpenuhi dan juga dapat membantu memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sehingga dapat meningkatnya pemanfaaatan unsur hara pada tanah,” kata Dedi.
Dedi mengaku, dari hasil usaha di sektor pertanian saat ini, ia mampu membukukan pendapatan bersih pada kisaran Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta dalam satu bulan. Dedi pun berharap melalui dana KUR ini, ia dapat memenuhi permintaan pasar wilayah Kabupaten TTU sekaligus dapat meraup untung lebih besar lagi. (*)
Penulis: Luluk Juan