Babinsa Ujung Tombak TNI AD

  • Bagikan
IST SIMAK PENJELASAN. Para Babinsa di wilayah Makorem 151/WS sementara menyimak penjelasan di sela kegiatan FGD di aula Sudirman Makorem 161/WS, Rabu (15/11).

Korem 161/WS Gelar FGD untuk Para Babinsa

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Komando Resort Militer (Korem) 161/Wira Sakti (WS) menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Tutorial Radikalisme Digital dan Pendidikan Karakter. Kegiatan ini fokus ke para Bintara Pembina Desa (Babinsa) di wilayah Korem 161/WS.

Kegiatan ini digelar di aula Sudirman Makorem 161/WS, Rabu (15/11). Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua Tim Pokja, Pa Sahli Tk III Kasad Bid Polkamnas, Mayjend TNI Gabriel Lema serta rombongan.

Danrem 161/WS, Brigjen TNI Febriel Buyung Sikumbang melalui Kasrem 161/WS, Kol. Cpl Simon Petrus Kamlasi mengatakan bahwa kegiatan tersebut memiliki arti yang sangat penting bagi semua, khususnya para Babinsa.

Karena itu, Kasrem 161/WS berpesan kepada para peserta kegiatan FGD tersebut agar betul-betul memanfaatkan momen itu untuk menambah wawasan dan pengetahuan sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di lapangan.

"Catat hal-hal yang penting dan tanyakan kepada narasumber apabila ada hal-hal yang belum jelas," ungkapnya.

Sementara Ketua Tim Pokja, Pa Sahli Tk III Kasad Bid. Polkamnas, Mayjend TNI Gabriel Lema pada kesempatan itu memberikan motivasi dan apresiasi kepada para Babinsa di Korem 161/WS. Dan Koptu Anronikus Tampani akhirnya meraih anugerah Soedirman Awards kategori Tentara Inovatif.

"Kalian semua merupakan ujung tombak dari TNI AD di wilayah. Kalian semua punya tugas dan tanggung jawab untuk membina wilayah binaannya. Dan harus mampu memberikan jawaban atas radikalisme dan pendidikan karakter dengan pendekatan kultural," jelasnya.

Ditambahkan, kepada para Baninsa agar mengenali dan memahami potensi-potensi yang memungkinkan tumbuh suburnya paham radikalisme. Pendekatan kultural tersebut ialah di NTT memiliki flora yaitu Pohon Cendana. Sedangkan fauna yaitu Komodo dan sisi seni yaitu alat musik Sasando.

"Pendekatan kultural ini dilaksanakan secara bersama-sama, kerja tidak boleh sendiri. Artinya, kita harus bersinergi dan berkolaborasi dengan istilah yang kita kenal dengan nama gotong royong. Harus juga ampu memanfaatkan potensi wilayah dan bisa membaca permasalahan dan kesulitan masyarakat di wilayah binaannya, inilah yang disebut dengan pendekatan kultural," tegas Mayjend TNI Gabriel Lema.

Dikatakan, penting untuk mencari dan memahami potensi wilayah. Selain itu, peka terhadap setiap permasalahan dan kesulitan masyarakat, sehingga mampu melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan aspek darat.

Prinsip hidup sebagai prajurit bahwa urusan diri sendiri sudah selesai, nyatakan itu, karena ke depan akan menghadapi permasalahan untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat.

Usai acara pembukaan, dilanjutkan dengan FGD tutorial dan pemantapan modul tentang peran TNI AD dalam meningkatkan pemahaman radikalisme digital dan pendidikan karakter oleh Pa Sahli Tk II Kasad Bid Kamteror, Brigjen TNI Dr. R Nugraha Gumilar. (r1/gat)

  • Bagikan