Dosen UKAW Kembangkan Model Pembelajaran Terintegrasi

  • Bagikan
INTHO HERISON TIHU/TIMEX SUASANA. Tampak kandidat doktor UPI Jusuf Blegur dan peserta FGD di ruang rapat Karo Umum Setda NTT, Kamis (1/2)

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Jusuf Blegur, S.Pd.,M.Pd dosen Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang yang juga kandidat doktor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung menawarkan desain pembelajaran terintegrasi untuk mempersiapkan guru berkualitas.

Desain pembelajaran integrasi tersebut merupakan disertasi yang tengah dipersiapkan melalui penelitian. Sebelum ditetapkan sebagai produk model pembelajaran, terlebih dahulu dibahas bersama guru, akademik dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan.

Pembahasan ini dilakukan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) di ruang rapat Karo Umum Setda NTT, Kamis (1/2).

Kandidat doktor Jusuf Blegur menjelaskan penelitiannya dikembangkan model pembelajaran terintegrasi dan kini sampai pada fase desain.

“Pada tahapan ini saya meminta panelis dari akademisi, guru untuk mendiskusikan desain pembelajaran terintegrasi yang saya tawarkan,” katanya.

“Model pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengajar, keterampilan berpikir analitis, integrasi akademik dan kepemimpinan transformasional,” tambahnya menjelaskan.

Oleh sebab itu, lanjut Jusuf Blegur, dalam forum FGD tersebut akan dilihat perilaku-perilaku atau pengalaman belajar yang sudah disusun bersarkan literatur dengan delapan langkah ini sudah merepresentasi keempat keterampilan atau belum.

“Dari forum ini kita akan melihat dari semua aspek. Dari aspek akademisnya kita akan melihat pandangan para guru. Setelah lolos atau disepakati sesuai desain yang ditawarkan maka masuk dalam tahapan falidasi oleh tim pakar,” sebutnya.

Lanjutnya, jika sudah memenuhi syarat analisisnya dilanjutkan dengan eksperimen dikalangan calon guru. Jika semuanya sudah memenuhi baru ditetapkan sebagai produk model pembelajaran terintegrasi.

“Nanti habis penelitian kami kembali ada bimbingan bersama, draf disertasi dikirim kepada tim eksternal dan diseleksi dan mulai ujian,” ujarnya.

Sementara Dekan FKIP UKAW Kupang, Dr Andreas JF Lumba pada kesempatan tersebut menjelaskan FKIP UKAW Kupang bersama Jusuf Blegur, S.Pd.,M.Pd kandidat doktor UPI Bandung menggelar FGD untuk kepentingan penelitian.

Dikatakan judul penelitian “Inovasi model pembelajaran terintegrasi untuk meningkatkan keterampilan mengajar, keterampilan berpikir analitis, integrasi akademik dan kepemimpinan transformasional mahasiswa”.

Penelitian ini mengarah kepada mata kuliah Micro Teaching dimana dalam pembelajaran dalam kelompok kecil diarahkan untuk harus memasukan empat aspek yakni keterampilan mengajar, keterampilan berpikir analitis, integrasi akademik dan kepemimpinan transformasional mahasiswa.

Dari keempat aspek tersebut maka harus dilakukan FGD dengan melibatkan sejumlah komponen mulai dari akademisi guru dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan.

Terhadap empat aspek tersebut akan dikembangkan menjadi delapan langkah. Kedelapan langkah. “Dalam satu perkuliahan atau satu semester terjadi perkuliahan tatap muka sebanyak 16 kali maka dibagi menjadi beberapa bagian atau langkah yang dilakukan mulai dari langkah pertama yakni langkah orientasi, distribusi, eksperimen, presentase, analitis, pemecahan masalah dan refleksi, perlombaan dan langka terakhir adalah hadiah atau penghargaan.

“Tahapan pembelajaran ini nantinya memberikan pengalaman kemudian diberikan kepada mahasiswa. Sehingga melalui FGD ini digelar dengan tujuan bisa mendapatkan masukan-masukan baik dari guru akademisi maupun pemangku kebijakan agar dapat memperkuat disertasi ini,” ujarnya.

Dari hasil analisis pada FGD tersebut sudah menemukan suatu pembaharuan pembelajaran. Seorang calon doktor harus menemukan pembaharuan atau menemukan teori-teori pembelajaran.

Kalau mau pembelajaran mau bagus dan menghasilkan seorang guru yang berkualitas maka guru harus memiliki empat aspek tersebut.

“Kegiatan ini kita harus melalui beberapa langkah yakni sudah melakukan analisis kebutuhan awal, melakukan wawancara terkait pembelajaran yang baik dan FGD,” sebutnya.

Ia juga menyebut pembelajaran Penjas menjadi tanda tanya besar bagi sebagian orang karena pembelajaran Penjas tidak saja melalui gerak tetapi gerak itu muncul apa bila orang melakukan analisis.

“Melalui gerak akan membuat orang itu sehat secara jasmani dan rohani maka harus membutuhkan analisis mendalam sehingga ketika dilakukan pembelajaran tidak langsung bergerak namun mereka harus berada dalam suatu ruangan untukenentukan seberapa besar dan benar dari suatu gerak yang dilakukan serta apakah gerak tersebut sudah memenuhi kebutuhan sehat secara jasmani dan rohani atau belum,” pintanya.

“Selama ini proses belajar hanya dilakukan secara langsung saja namun tidak mengetahui beberapa kriteria yang mesti didapat untuk menjawab tujuan dari Penjas itu sendiri,” pungkasnya.

Untuk diketahui, tim promotor terdapat tiga orang yakni Prof. Dr. Amung Ma’mun, M.Pd, Prof. Dr. Berliana, M.Pd, Dr. Agus Mahendra, M.A. (cr6/thi)

  • Bagikan