Kemarau, Kebakaran Lahan Rawan Terjadi

  • Bagikan
IMRAN LIARIAN/TIMEX KEBAKARAN LAHAN. Inilah salah satu kejadian kebakaran lahan di wilayah Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang sehingga dipadamkan oleh petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kupang, tahun kemarin

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Peralihan musim di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sesuai prakiraan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mulai terjadi di bulan April ini. Dampak dari musim kemarau selain kekeringan, juga rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Pengendalian Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kupang, Viktor Ataupah, Selasa (16/4) menjelaskan bahwa musim kemarau itu selalu didominasi dengan kebakaran lahan.

"Di tahun 2023 kemarin, jumlah kejadian kebakaran mencapai 200 kejadian dan didominasi kebakaran lahan," jelas Viktor.

Dikatakan, data sejak Januari hingga 15 April, sudah terjadi 13 kali kejadian kebakaran yaitu kebakaran rumah, lapak dan bengkel tambal ban.

Menurutnya, di musim kemarau, kebakaran lahan selalu mendominasi. Faktor-faktor terjadinya kebakaran lahan salah satunya adalah kelalaian dari masyarakat yang dengan sengaja membuang puntung rokok pada lahan yang ditumbuhi rumput yang sudah mengering.

Dan, faktor lainnya yaitu terbakar sendiri atau disebut dengan nyala merta. Hal ini disebabkan akibat pancaran sinar matahari lalu ditambah tiupan angin sehingga terjadi gesekan pada rerumputan kering tersebut dan menyebabkan terjadinya kebakaran. Nyala merta itu dapat terjadi mulai pukul 11.00 Wita sampai pukul 16.00 Wita.

"Di jam-jam itu kondisi panas sangat terik sehingga dapat menyebabkan nyala merta," ungkapnya.

Pihaknya sudah melayangkan surat pemberitahuan kepada Pemerintah Kelurahan di Kota Kupang agar menyampaikan kepada masyarakat yang memiliki lahan dan ditumbuhi rumput kering maka segera dibersihkan. Pasalnya, potensi kebakaran sangat tinggi terjadi.

"Kadang kami sampai kewalahan kalau kebakaran di waktu yang bersamaan," ujarnya.

Viktor yang juga menjabat sebagai Kasie Ops Pemadaman dan Investigasi, menambahkan bahwa saat ini hanya dua unit mobil Damkar yang aktif dari total keseluruhan delapan unit.

"Dua unit mobil pemadam ini dibantu dengan empat unit mobil tangki suplai," ujarnya.

Armada yang ada ini siap beroperasi. Setiap ada laporan kebakaran, petugas pemadam langsung bergerak cepat ke lokasi.

"Tahun ini, kita akan pengadaan satu unit mobil pemadam lagi," tandasnya.

Bidang Pencegahan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kupang telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta untuk bersama-sama mencegah terjadinya kebakaran.

Selain itu, kesadaran warga juga sangat tinggi saat berada di jalan raya, karena waktu mobil Damkar melintas maka kendaraan bermotor langsung menepi.
Tingkat kesadaran masyarakat juga sangat tinggi.

Pihaknya juga sudah melakukan penyuluhan kepada masyarakat, termasuk anak-anak TK, SD, SMP dan SMA tentang bahaya kebakaran. Informasi ini disampaikan estafet, mereka dapat menyampaikan informasi ke teman lain yang belum tahu menjadi tahu.

Sementara Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Sti Nenot'ek menjelaskan bahwa saat ini wilayah NTT telah berada pada masa peralihan dari periode musim hujan menuju periode musim kemarau (masa pancaroba).

Suhu muka laut di perairan NTT masih hangat serta didukung dengan kondisi atmosfer yang labil dan lembab mulai dari lapisan bawah hingga atas sehingga mendukung pembentukan awanawan konvektif dan berpotensi hujan ringan sedang yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang berdurasi singkat.

Aktifnya gelombang Equatorial Rossby menyebabkan sebagian wilayah NTT berpotensi hujan sedang yang dapat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat. Kondisi cuaca ini sejak tanggal 16-18 April.

Karena itu, masyarakat perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi yang terjadi pada masa peralihan (masa pancaroba) seperti angin kencang berdurasi singkat, puting beliung, hujan secara sporadis dalam durasi singkat yang bersifat lokal, banjir dan tanah longsor. Selain itu, potensi dampak yang menyerupai seperti sambaran petir, pohon tumbang dan baliho roboh. (r1/gat)

  • Bagikan