Pastikan Proses KBM Berjalan Lancar

  • Bagikan
BERI ARAHAN. Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai, Wensislaus Sedan, gencar terjun monitoring ke seluruh sekolah untuk memberikan arahan, Jumat (19/4)

Kadis PPO Manggarai Terjun ke Seluruh Sekolah

RUTENG,TIMEX, FAJAR.CO.ID-Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai, Wensislaus Sedan, gencar terjun monitoring ke seluruh sekolah yang ada di wilayah itu. Terbilang setidaknya dari sekira ratusan sekolah, ada 81 lembaga yang dikunjunginya.

Hal yang dilakukannya ini tentu guna mengetahui, dan memastikan secara langsung terkait kedisiplinan di setiap lembaga sekolah, baik para guru dan peserta didik atau pelajar. Hal lain juga melihat seperti apa proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Aksinya itu mendapat respon positif, baik tingkat Sekolah Dasar (SD), dan Sekokah Menengah Pertama (SMP).

“Kenapa saya masuk dan apel di sekolah, karena saya mau membangun komunikasi yang baik dengan mereka bahwa mengurus dunia pendidikan itu tidak bisa sendiri, harus kolaboratif," Ujar Kadis Wensislaus, Jumat (19/4).

Lanjut Dia, komunikasi yang dibangun itu sebagai pimpinan dan teman-teman guru di lapangan. Dimana jika ada orang yang berkata bahwa pendidikan itu baik, namun dirinya sebagai pimpinan tidak melihatnya. Sehingga pihaknya harus melihat dengan mata kepala sendiri bahwa proses yang terjadi disana memang baik adanya.

Kemudian menurut Wensislaus, dunia pendidikan saat ini bahwa pembelajaran harus berpusat pada murid. Disini bisa saja guru belum tentu paham, sehingga dengan kehadiran dirinya sebagai seorang kadis, bisa memberikan pemahaman tentang hal itu. Bahwa ada berapa hal yang bisa dijalankan dalam sistem pembelajaran yang berpusat.

“Dengan mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, kita bisa melayani tiga hal, yakni Voice atau suara anak, pikiran, kreatifitas, inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Jadi guru wajib mengakomodasi ini,” jelasnya.

Selain itu sebut Wensislaus guru juga wajib menghargai pilihan anak. Maksudnya tidak bisa memaksa anak untuk harus berfikir guru atau anak punya pilihan sendiri. Juga pembelajaran menyenangkan atau membahagiakan murid. Jika hal tersebut telah diakomodir, maka akan menumbuhkan perasaan kepemilikan dalam diri anak terhadap guru.

“Karena itu, kenapa saya harus apel di sekolah, karena kita mau melihat lebih dekat soal kedisiplinan guru seperti apa. Banyak saya temukan disana, seperti saya apel, bersih-bersih sendiri bersama anak-anak saat guru belim ada," kata Wensislaus.

Dikatakanya, hal itu bukan karena dirinya sedang marah dengan guru, tapi itu adalah sikap kepanutan yang ditunjukkan kepada mereka, bahwa hal yang positif atau baik dan menggerakkan orang. Bukan juga pencitraan. Dasar pikirnya dari semuanya adalah sifat dasar anak SD maupun SMP, itu adalah meniru.

“Apa yang dilakukan oleh seorang guru yang pasti mereka akan meniru. Lalu kita juga melihat lebih dekat soal kualitas atau layanan pembelajaran yang terjadi di ruang kelas. Makanya saya tidak cuman apel, tapi saya juga harus didalam kelas, proses yang dilakukan oleh guru itu seperti apa,” bebernya.

Wensislaus menambah, tidak semua guru di kabupaten Manggarai mengikuti program guru penggerak, tetapi dengan komunikasi yang dijalankan itu, yakin guru akan pelan-pelan termotivasi untuk mengikuti program penggerak ini. Juga dirinya ingin mengetahui tentang manajemen pengelolaan sekolah yang baik, artinya bukan hanya sebatas bicara soal administrasi pengelolaan sekolah.

"Secara nasional ada yang namanya gerakan sekolah sehat. Bukan hanya soal lingkungan sekolah yang higienis, tetapi mulai dari hal yang kecil. Misalnya anak-anak perlu di ingatkan soal kebersihan, konsumsi, tentu performance dari seorang guru bahwa dia sendiri sehat,” bilangnya

Wensislaus selalu mengingatkan, bahwa pada pasal 5 undang-undang 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dimana setiap warga negara, peserta didik berhak mendapatkan pendidikan bermutu. Layanan pendidikan atau pembelajaran yang dilakukan didalam kelas bukan hanya formalitas tetapi harus ada aspek inovatif, kreativitas, dan aspek yang kualitas layanan. (kr1/thi)

  • Bagikan