Anak Rentan Jadi Korban Bencana Alam

  • Bagikan
n FENTI ANIN/TIMEX LOKAKARYA. IBI Provinsi NTT bekerja sama dengan Unicef dan Pemprov NTT saat menggelar lokakarya peran pentahelix dalam situasi darurat bencana klaster kesehatan di Provinsi NTT di Hotel Neo Aston Kupang, Selasa (30/4)

Butuh Koordinasi Lintas Sektor Tangani Situasi Darurat Bencana Klaster Kesehatan

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi NTT bekerja sama dengan Unicef dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dan menggelar kegiatan lokakarya peran pentahelix dalam situasi darurat bencana klaster kesehatan di Provinsi NTT. Kegiatan ini bertempat di Hotel Neo Aston Kupang, Selasa (30/4).

Kegiatan ini melibatkan para peserta dari BPBD, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan dan stakeholder terkait lainnya. Kegiatan dibuka oleh Kepala Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Iin Andriyani yang diwakilkan oleh Sekretaris Dinas, Emma Simanjuntak. Turut hadir juga, Kepala Perwakilan Unicef NTT-NTB, Yudhistira Yewangoe didampingi Ketua IBI NTT, Damita Pelalangan.

Kepala Perwakilan Unicef NTT-NTB, Yudhistira Yewangoe mengatakan, Unicef memberikan perhatian terhadap kesiapan penanganan bencana terutama karena dari pengalaman yang terjadi, dalam setiap bencana, anak-anak yang paling rentan.

Yudistira mengatakan, Unicef sendiri masuk dalam beberapa bidang di struktur penanganan bencana, antara lain di bidang sanitasi air bersih, gizi, kesehatan anak dan pendidikan.

"Melihat dari pengalaman beberapa bencana yang terjadi akhir-akhir ini, memang perlu ada penanganan yang perlu diperkuat lagi. Terutama terkait penanganan lintas sektor. Sebab, kalau di sisi penanganan masing-masing lintas sektor, sudah cukup kuat, tapi kalau terjadi bencana yang besar, maka harus perkuat lagi sistem koordinasinya," jelasnya.

Dia menjelaskan, dalam setiap bencana, anak yang paling rentan, dan kalau gagal ditangani, maka akan berdampak pada masa depan anak itu sendiri. Dia meminta agar koordinasi lintas sektor ini diperkuat lagi, apa lagi sudah ada SOP-nya saat penanganan di lapangannya yang perlu diperkuat lagi.

"Sehingga ketika penanganan di lapangan, ketika ada penanganan bencana, lensa anak, anak rentan, gender itu diperhatikan dalam bantuan-bantuan yang diberikan," kaya Yudistira.

Ketua IBI NTT, Damita Pelalangan, mengatakan, lokakarya ini untuk memperkuat peran pentahelix dalam situasi darurat bencana khususnya klaster kesehatan yang ada si Provinsi NTT.

"Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari FGD di Hotel Naka beberapa waktu lalu, yang berhasil dipetakan beberapa hal yang harus ditindaklanjuti setelah diskusi dengan tim krisis kesehatan di Provinsi NTT," jelasnya.

Dia berharap, agar melalui lokakarya ini, masing-masing bisa tahu apa perannya saat terjadi bencana, jadi pemetaan peran masing-masing untuk meningkatkan perannya saat terjadi kasus emergency kesehatan.

"Kami melibatkan teman-teman dari dinas pendidikan, agar mereka juga tahu dan bisa mengajarkan kepada mahasiswa mereka. Ada juga dari dinas sosial, Bapelitbangda, BPBD, dinas kesehatan, dan institusi pendidikan," jelasnya.

Dia menambahkan, setelah ini akan dilihat kembali SOP nya, untuk direview sesuai dengan kondisi di NTT, dan dilanjutkan dengan simulasi. Jadi bencana yang dimaksud bukan hanya bencana alam, tetapi bencana non alam juga, misalnya kebakaran, kekeringan ekstrim, krisis kesehatan, kekurangan air bersih dan lainnya.

"Jadi harus diperhatikan juga kelompok-kelompok rentan, seperti bayi, ibu hamil dan lansia serta disabilitas. Diharapkan dengan kegiatan ini dapat meningkatkan sinergitas dari peran masing-masing, dan adanya komitmen dari klaster kesehatan masing-masing, untuk apa yang harus dia lakukan saat terjadi kondisi kedaruratan," tutupnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan dan Dukcapil Provinsi NTT, Emma Simanjuntak mengatakan, ada atau tidaknya bencana, simulasi sangat dibutuhkan sehingga pada saatnya masing-masing sudah bisa mengambil peranannya dengan benar sesuai dengan tugasnya.

"Kita bisa belajar dari kejadian bencana-bencana tidak terduga yang terjadi di Indonesia, diharapkan peserta dapat mengikuti lokakarya ini dengan baik. Terima kasih kepada semua yang hadir, dan kepada UNICEF dan IBI NTT yang memfasilitasi kegiatan ini," jelasnya. (thi/gat)

  • Bagikan