Undang Investor Baterai EV-Petrokimia

  • Bagikan
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kiri) bersama Minister of Industry and Information Technology (MIIT) China Jin Zhuanglong (kanan) usai melakukan pertemuan di Beijing, China, Kamis (13/6/2024). ANTARA/HO-Biro Humas Kemenperin/am.

Menperin Agus Gumiwang Bertemu dengan Menteri Industri Tiongkok

JAKARTA,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Kerja sama industri antara Indonesia dan Tiongkok terus diperkuat di berbagai subsektor. Hal itu menjadi agenda utama Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita yang melakukan pertemuan dengan Minister of Industry and Information Technology (MIIT) Jin Zhuanglong dan jajarannya dalam kunjungan ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada Rabu (12/6) dan kemarin (13/6).

Pada pertemuan tersebut, Menperin menyampaikan situasi bisnis di Indonesia yang sangat strategis bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk menjalankan aktivitas industrinya. Menperin dan MIIT membahas beberapa isu yang diharapkan bisa dikembangkan menjadi kerja sama kedua pihak. Yaitu, industri otomotif dan petrokimia.

Agus menyebutkan, industri battery electric vehicle (BEV) asal Negeri Panda itu berkontribusi luar biasa terhadap perkembangan ekosistem electric vehicle (EV) di Indonesia.

Dari enam industri BEV yang beroperasi di Indonesia, empat di antaranya berasal Tiongkok. Hal ini tidak hanya menunjukkan kepercayaan industri Tiongkok terhadap pasar Indonesia, tetapi juga memperkuat hubungan ekonomi kedua negara yang semakin erat, ujarnya.

Agus menyampaikan, Indonesia merupakan pilihan paling strategis sebagai pusat produksi dan ekspor kendaraan listrik. Khususnya, kendaraan setir kanan yang bisa diekspor ke 54 negara pengguna.

Dia juga mendorong industri mobil listrik Tiongkok untuk meningkatkan kontribusi terhadap nilai ekspor melalui ekspor kendaraan BEV serta menjajaki penggunaan baterai sel nickel manganese cobalt (NMC) dalam negeri.

Untuk industri petrokimia, Agus melihat peluang investasi baru yang sangat terbuka dan menguntungkan bagi para investor yang sudah berpengalaman. Hal itu berdasar kapasitas industri petrokimia nasional yang saat ini mencapai lebih dari 14 juta ton per tahun, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Dengan begitu, total impor produk petrokimia mencapai 8,5 juta ton dengan nilai USD 9,5 miliar pada tahun lalu. Naik signifikan dari 2022 yang mencapai 7,75 juta ton.

"Kami memahami RRT merupakan salah satu pemain global petrokimia yang berhasil mengoptimalkan berbagai sumber daya migas dan batu bara menjadi produk-produk kimia yang unggul. Sehingga, kami mengundang para investor asal RRT dengan tangan terbuka untuk berinvestasi dan saya memastikan akan adanya kemudahan dalam berinvestasi di Indonesia," urai Menperin.

Menperin juga meminta kepada MIIT RRT untuk bekerja sama dalam bidang semikonduktor. Khususnya, chip design, sebagaimana disampaikan pada pertemuan sebelumnya di Shenzhen pada 2023.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengatakan bahwa pihaknya optimistis kerja sama perdagangan, investasi, dan aspek ekonomi lainnya antara Indonesia dan Tiongkok akan terus meningkat.

Misalnya saja untuk teknologi-inovasi, logistik, properti, hingga infrastruktur yang tengah menjadi prioritas pemerintah. Mereka (Tiongkok) telah lama menjadi champion menangani proyek infrastruktur skala besar serta punya posisi strategis sebagai global financial hub yang membuka peluang kerja sama investasi sektor perbankan, keuangan, dan wealth management, ujar Shinta. (agf/c7/dio/thi/dek)

  • Bagikan