Belum Berani Menangkap Ular, Cukup Pegang Senter

  • Bagikan
LOMBOK POS SERU. Marlin (kanan), ikut berfoto usai menjalankan tugas rescue bersama petugas Damkarmat Kota Mataram, Senin (17/2) malam.

Tiga Hari Mendebarkan Seorang Warga Jerman Bersama Damkarmat Kota Mataram

Seorang warga Jerman mendapat kesempatan berharga bersama Damkarmat Kota Mataram. Menjalankan aksi yang lucu hingga mendebarkan.

LALU MOHAMAD ZAENUDIN, Mataram

MARLIN sangat gembira. Ia baru saja mendengar kabar dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Kota Mataram yang menyetujui permohonannya "magang" kerja selama tiga hari.

Warga Jerman itu sebelumnya mengajukan permohonan secara lisan. Ia berharap diberi kesempatan merasakan pengalaman mendebarkan aksi penyelamatan berbahaya di wilayah ibu kota.

"Ini bakal jadi pengalaman yang hebat," kata Marlin melalui penerjemahnya, Senin (17/2).

Marlin, seorang pegawai pemerintah di negara bagian Jerman, bekerja di unit pemadam kebakaran.

Pengalaman ini dibutuhkannya untuk menaikkan kompetensi dan status di unit tempatnya bekerja. Dari keterangan penerjemahnya, posisi Marlin setara honorer.

Untuk meyakinkan pihak Damkarmat, Marlin membawa sertifikat kerjanya. Juga "baju tempur" khas pemadam kebakaran.

"Saya sedang liburan di Gili Trawangan dan kesempatan ini tidak akan saya lewatkan," tekannya.

Maka ketika pihak Damkarmat menyetujuinya bergabung dalam aksi penyelamatan, bukan main gembira Marlin. Ia menegaskan kesiapannya untuk ikut 'ngantor' sejak hari Senin (17/2).

Di hari pertama bekerja, Marlin banyak bertanya tentang fasilitas yang ada. Ekspresi pria itu terlihat tegang manakala para petugas Damkarmat menceritakan pengalaman sulit.

Situasi itu seperti saat armada yang macet hingga fasilitas pemadam yang sudah renta. Bagi Marlin, betapa berbahaya dan heroik kerja petugas dalam keterbatasan.

Di negaranya, peralatan pemadaman tidak hanya baru dan tangguh, tapi juga canggih. Bahkan, unit-unitnya memakai teknologi robotik.

Tapi, Senin itu, hampir seharian Marlin hanya bertukar cerita. Hingga waktu ngantor selesai pukul 17.00 Wita, Marlin memutuskan pulang ke penginapan.

Sekitar pukul 21.00 Wita, ponsel Marlin berdering. Seseorang memberitahunya segera bersiap. "Ini dia, tugas pertama saya," ucapnya antusias.

Marlin sigap memasang setelan pakaian tugas lapangan yang diberikan Damkarmat Kota Mataram.

Pakaian berwarna biru dongker, kaos dan celana serta sepasang sepatu PDL.

Marlin menaiki mobil Damkarmat yang meraung membelah jalanan kota. Jalanan itu lebih lengang daripada jalanan di negaranya.

Setiba di lokasi, Marlin sigap melompat. Mendekati sebuah rumah di mana warganya histeris ketakutan.

"Ada ular di bawah ranjang," kata pemilik rumah yang seorang wanita, setengah berteriak.

Marlin terdiam. Tapi ia siaga menunggu instruksi.

Petugas Damkarmat mulai mencari tahu kebenaran ular di bawah ranjang. Tapi kemudian, petugas menahan tawa sambil geleng-geleng kepala.

"Bukan ular, tapi anak biawak," ucap petugas.

Pemilik rumah bergidik. Ia pun meminta biawak itu segera dibawa keluar dan dibuang sejauh-jauhnya.

"Hanya seekor tokek," kata Marlin ikut tersenyum. Lalu diikuti tawa ringan petugas yang lain.

Tak berselang lama, panggilan kembali masuk. Seorang warga di Dasan Baru melapor rumahnya kemasukan ular kobra.

Marlin dan tim kembali meluncur. "Semoga bukan ulat," celetuknya.

Sesampai di lokasi, benar saja petugas menemukan seekor ular kobra. Ular itu merayap masuk ke dalam rumah dan membuat penghuni rumah berhamburan keluar ketakutan.

Marlin maju ke depan. Senter menyala di tangan kirinya.

Sebuah tuas atau tongkat panjang dipegang untuk menangkap ular yang bersembunyi di balik lemari kayu. Tapi untuk tugas penangkapan, Marlin menyerahkan pada pawang ular yang menyertai tim.

Jalannya rescue berlangsung cepat. Ular kobra itu akhirnya berhasil diamankan dan dikembalikan ke habitatnya di hutan Pusuk.

"Oke, tugas berhasil dikerjakan dengan baik," ucapnya senang dengan peluh di dahinya. (r7/jpg/ays/dek)

  • Bagikan