Hujan Sebabkan Longsor, Ruas Jalan Sabuk Merah Perbatasan di Desa Nualain Putus

  • Bagikan
RUSAK BERAT. Kondisi ruas jalan negara Sabuk Merah Perbatasan RI-Timor Leste di Desa Nualain yang rusak berat. Kondisi kerusakan ini juga melumpuhkan akses transportasi di wilayah setempat ke ibukota kabupaten. (FOTO: PETRUS USBOKO/TIMEX)

ATAMBUA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Ruas Jalan Negara Sabuk Merah Perbatasan RI-Timor Leste di Desa Nualain, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, putus total akibat hujan deras yang mengguyur wilayah setempat dalam dua pekan terakhir.

Akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan sejumlah wilayah mengalami longsor yang berakibat pada rusaknya sejumlah fasilitas publik. Salah satunya infrastruktur jalan Sabuk Merah Perbatasan ini.

Pantauan langsung TIMEX, jalan nasional yang putus total tersebut menghubungkan Kecamatan Lamaknen Selatan dengan Desa Lakmaras, Henes, Ekin, Sisi, Debolulik, Louna, Lutarato, dan Nualain. 

Persis di Kampung Tei Golo, badan jalan beraspal sudah runtuh semua sehingga hanya menyisahkan sedikit sisi jalan yang cukup dilintasi kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat memanfaatkan sisa badan jalan dan bahu jalan yang ada.

Kepala Desa Nualain, Martinus Seran kepada TIMEX, Jumat (22/4) mengatakan, rusaknya ruas jalan tersebut akibat longsor yang disebabkan intensitas hujan yang tinggi di wilayah Lamaknen Selatan dalam dua pekan terakhir.

Akibat rusaknya ruas jalan negara ini menyebabkan arus transportasi terganggu. Aktifitas masyarakat setempat pun ikut terganggu karena kesulitas memasarkan hasil bumi maupun mengakses pasar untuk pemenuhan kebutuhan pokok.

"Jalan di Tei Golo longsor karena timbulnya air di bawah badan jalan tersebut. Padahal selama ini tidak pernah ada air di lokasi longsor itu dan mungkin hujan berlebihan," ungkap Martinus.

Martinus menambahkan, selaku Kades Nualain yang merasakan dampak langsung dari kerusakan ruas jalan tersebut meminta Balai Wilayah Jalan Nusa Tenggara II untuk mempercepat proses pemeliharaan.

Menurut Martinus, ruas jalan tersebut merupakan akses satu-satunya bagi masyarakat Kecamatan Lamaknen Selatan ke Kota Atambua dan ke Puskesmas Nualain. "Tolong buatkan penahan jalan sementara supaya mobil besar bisa melintas. Sebab kalau dalam dua hari ada hujan maka pasti jalan nasional tersebut putus total dan masyarakat mau bagaimana lagi jika ke Atambua maupun ke kantor camat atau Puskesmas," katanya.

Martinus menyebutkan, salah satu penyebab longsor yang memutus jalan negara itu karena di sepanjang jalan di wilayah Lamaknen hingga Lamaknen Selatan tidak ada satupun pohon yang ditanam untuk menopang area tersebut.

Pada tahun 2018, kata Martinus, para ASN lingkup Pemkab Belu menanam pohon di Tei Golo yang menjadi titik longsor. Tetapi sayang, setelah penghijauan di pagi hari, malam harinya masyarakat lepas ternak sapi dan habiskan pohon yang ditanam itu.

"Ini fakta yang harus diselesaikan masyarakat Lamaknen hingga Lamaknen Selatan. Sebab menjaga stabilitas tanah ya harus tanam pohon. Jangan membebankan ke pemerintah saja dalam hal ini Balai Jalan Wilayah Nusa Tenggara II untuk perbaiki jalan namun tidak mau merawat jalan nasional yang telah diberikan pemerintah pusat," kritiknya. (mg26)

PENULIS: Petrus Usboko

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan