Jejak JK di Taman Nasional Komodo

  • Bagikan
PERDANA. Dari kiri, mantan Wagub NTT Esthon Foenay, mantan Gubernur NTT (Alm) Frans Lebu Raya, Dirut Timex Sultan Eka Putra saat vote massal perdana dukungan terhadap TNK melalui SMS di Alun-Alun Rujab Gubernur NTT, Oktober 2011. Foto kiri, Jusuf Kalla sebagai Duta Komodo memperlihatkan cicin emas dari Pemprov NTT. (Dok/Timex)

TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - TAMAN Nasional Komodo (TNK) saat ini menjadi salah satu dari lima destinasi super premium. Harus diakui daya tarik TNK dengan binatang purbanya Komodo, tidak terlepas dari statusnya sebagai salah satu dari tujuh keajaiban baru dunia (New 7 Wonders of Nature) yang ditetapkan 11 November 2011.

Ada aktor di balik sukses itu. Dialah mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang didaulat sebagai Duta Komodo. Walapun hanya sekitar sebulan menjadi Duta Komodo, namun JK -demikian sapaan Jusuf Kalla- mampu mempersembahkan yang terbaik bukan hanya untuk masyarakat Manggarai Barat atau NTT tetapi untuk Bangsa Indonesia. TNK menjadi salah satu keajaiban dari tujuh keajaiban alam dunia.

Ternyata JK tidak hanya menerima jabatan itu begitu saja tetapi dirinya juga aktif mempromosikan Komodo kepada dunia internasional. Dan terutama menjadi penggerak utama vote Komodo secara nasional. Ketika menerima mandat sebagai Duta Komodo dari Komunitas Penggalangan Pemenangan Komodo akhir September 2011 lalu, JK menegaskan dirinya akan berjuang menjadikan TNK sebagai tujuh keajaiban dunia karena banyak manfaat yang akan diperoleh.

”Jika Pulau Komodo masuk tujuh keajaiban dunia, itu promosi luar biasa yang bisa memajukan pariwisata di pulau tersebut dan akhirnya memakmurkan ekonomi masyarakat. Berapa banyak peningkatan jumlah turis yang akan datang. Itu akan memberi citra positif bagi bangsa Indonesia sekaligus memajukan pariwisata kita,” kata JK saat menerima daulat itu.

Jejak perjuangan JK untuk TNK ternyata jauh sebelum dirinya menjadi Duta Komodo. Sebagaimana dikatakan mantan Wagub NTT Esthon Foenay kepada koran ini, Selasa (2/8). Esthon yang menjadi Wagub saat pelaksanaan vote Komodo itu menjelaskan, JK dan ibu Mufidah Jusuf Kalla turun langsung ke Pulau Komodo untuk melihat langsung Komodo dan habitatnya. Bukan hanya Pulau Komodo tetapi juga ke Pulau Rinca yang juga dihuni ribuan ekor komodo itu.

"Waktu itu saya juga hadir menemani Pak JK dan Ibu. Pak JK benar-benar serius menjadikan TNK sebagai objek wisata unggulan yang bisa meningkatkan kesejahteraan penduduka setempat, daerah dan bangsa Indonesia," kata Esthon seraya menambahkan saat kunjungan itu ditandai insiden menarik dimana Ny. Mufidah Jusuf Kalla membuang tas warga merah yang dibawanya ketika mendengar informasi dari Jagawana pengunjung tidak boleh berpakaian merah atau aksesoris merah. Sontak tas itu langsung ditangkap Esthon yang berada di belakang Ny. Mufidah. "Saya yang membawa tas Ibu Mufidah Jusuf Kalla," ujarnya.

Esthon melanjutkan, saat kunjungan itu, JK menegaskan, promosi tentang TNK khususnya Komodo harus dilakukan lebih serius oleh semua pihak. "Sehingga beberapa saat setelah itu saya dengar Pak JK jadi Duta Komodo saya tidak kaget lagi," Esthon.

JK memang serius dan masif melakukan gerakan vote massal komodo setelah dirinya menerima mandat sebagai Duta Komodo. Seperti yang dilakukan di Makassar dengan vote massal yang menghadirkan lebih 100 ribu warga Kota Makassar.

Sebagai penghargaan atas jasa dan dedikasi JK, jelas Esthon, setelah pengumuman TNK sebagai salah satu dari tujuh keajaiban baru dunia, JK diundang saat perayaan HUT NTT 20 Desember 2011.

"Waktu itu Pak JK datang menggunakan pesawat jet pribadi untuk menerima hadiah cincin emas dari Pemprov NTT. Luar biasa Pak JK mau hadir," kata Esthon.

Bagaimana dengan NTT? Esthon mengatakan, harus diakui peran seluruh elemen masyarakat NTT sangat penting dalam menjadikan TNK sebagai tujuh keajaiban dunia sangat besar. Namun menurut Esthon, untuk vote secara massal, pihak yang pertama kali menggerakan vote massal adalah Harian Timor Express.

"Saya masih ingat dengan baik vote massal itu dilaksanakan di halaman Rujab Gubernur di bulan Oktober 2011. Waktu itu Timor Express yang menggandeng Dinas Pariwisata NTT dan komponen elemen masyarakat lain mulai melakukan vote Komodo dimulai dari Rujab Gubernur," jelas mantan Kepala Bappeda NTT itu.

Setelah vote massal itu, lanjut Esthon, vote massal selanjutnya dilakukan secara masif oleh masyarakat NTT yang ingin agar TNK jadi salah satu keajaiban dunia.

Hal yang sama dikatakan tokoh masyarakat Theo Widodo. Kepada koran ini Selasa kemarin, Theo yang mengaku mengikuti vote massal yang digelar di halaman Rujab Gubernur itu mengatakan, setelah itu vote massal semakin gecar dilakukan masyarakat NTT.

"Seperti yang kami lakukan di halaman Lippo yang dulu masih sebagai arena pameran yang melihatkan beberapa elemen. Di situ kami melakukan vote massal. Animo vote massal semakin hari semakin dilakukan masyarakat NTT yang ingin TNK jadi keajaiban dunia," kata Theo. Menurutnya, TNK menjadi terkenal setelah menjadi keajaiban dunia itu karena peran aktif dari seluruh elemen masyarakat NTT. (ito)

  • Bagikan